''Mr. Arthur, Nona Valerie sudah sampai di kediaman apartemen yang Anda inginkan." Depson menemui seorang pria yang sedang sibuk dengan tumpukan berkas di kantornya.
Wajah dingin dengan sorot mata tajam yang sering membuat orang lain merasa takut untuk berbicara, apalagi mendekati Arthur Davidson. Seorang pria yang berusia 32 tahun sudah cukup matang untuk ukuran seorang pria yang sukses dan tampan, bukan? Namun mendekati Arthur tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Semua wanita harus menghela nafas kecewa karena Arthur telah memiliki tunangan yang berada di New York saat ini. Pertunangan itu bahkan terjadi saat mereka masih remaja.
Bisa dikatakan bahwa kalaupun mereka menikah, itu hanya akan menjadi pernikahan perusahaan.Arthur melepas kacamatanya dan meletakkannya di atas meja kayu. Dia meregangkan kepalanya hingga mengeluarkan suara renyah. Arthur sudah bekerja terlalu lama, ia seperti robot tapi di ciptakan dalam rupa dan kepintaran yang nyaris sempurna.
''Bagus. Tugasmu selanjutnya adalah mengantar dan menjemputnya, saat dia berangkat kerja. Apa kau sudah memberitahunya apa saja persyaratan perusahaan? Aku tidak ingin dia datang ke perusahaan dengan mengunakan terbuka seperti wanita jalang yang bekerja sebagai sekretarisku sebelumnya," ucap Arthur kepada Depson orang kepercayaannya.
Kali ini Arthur memperingati Depson agar kejadian yang lalu tak terulang kembali. Sebelumnya, Depson pernah merekomendasikan seorang sekretaris kepadanya, tapi wanita itu justru tak layak untuk di sebut sekretaris. Tidak mau bekerja untuknya, dan hanya terus mencoba merayu Arthur dalam setiap kesempatan benar- benar seperti pelacur!
''Iya, Mr. Arthur. Saya akan memastikan bahwa Nona Valerie tidak akan berprilaku seperti itu. Depson menunduk lalu berpamitan pergi, rasanya jantungnya nyaris putus setiap kali mata Arthur menatapnya dengan kilat marah. Setiap melihat Arthur marah, Depson seperti melihat singa buas yang lapar di hadapannya.
Setelah Depson meninggalkan ruangannya. Arthur segera memusatkan kembali pandangannya ke layar monitor besar, yang berada dihadapannya ia sedikit memperlihatkan senyum tipisnya. Saat mendengar nama Valerie, yang tanpa disadari telah melangkah mendekatinya sampai sejauh ini- meskipun ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan, Arthur tetap tidak akan menunjukkan perasaan bahagianya di depan orang. Valerie benar- benar membuat Arthur mabuk, ia terobsesi ingin memiliki Valerie seutuhnya sejak malam itu. Pikiran Arthur hanya tertuju kepada pemilik gaun merah, dengan bola mata yang bulat dan tatapan yang begitu polos.
Tentu saja tidak! Arthur tidak pernah jatuh cinta pada seorang wanita. Dia hanya menginginkan Valerie sebagai bonekanya. Arthur tahu betul bahwa seorang pria tidak akan bermain dengan boneka, tapi dia menyukai boneka untuk waktu yang sangat lama dalam hidupnya.
Arthur membelinya dengan uang dan memanjakan mereka dengan harta dan kesenangan. Jadi apa masalahnya? Masalahnya adalah mereka tidak diizinkan untuk memiliki perasaan terhadap Arthur, apalagi membuat kesalahan fatal dengan hamil.
''Sangat indah.'' Itulah kata-kata yang keluar dari bibir Arthur saat melihat gerak-gerik Valerie yang mengenakan kemeja kasual sambil menikmati roti di meja makan.
Arthur bukanlah orang yang bodoh! Dia telah memasang beberapa kamera CCTV di setiap sudut apartemen yang ditinggali Valerie saat ini-satu hal yang hanya pernah dilakukan Arthur pada seorang wanita bernama Valerie; Arthur tidak pernah melakukan hal ini pada sebuah boneka.
Jika Valerie telah menyetujui kesepakatan yang akan ia berikan, Arthur akan langsung masuk, tinggal di apartemen yang sama dengan Valerie. Dan menyentuh seluruh tubuh Valerie, membayangkannya saja membuat Arthur merasa panas dan dingin karena penasaran.
Di sisi lain, Valerie tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi; dia hanya merasa bosan di apartemennya yang luas. Bukannya Valerie tidak suka memiliki apartemen yang besar dan lengkap; hanya saja dia merasa kesepian, dan seandainya saja dia bisa memelihara seekor kucing, maka hidupnya akan lengkap.
Valerie menguap karena merasa mengantuk setelah menikmati sepotong roti dengan selai stroberi di sore hari. Tidak ada pilihan lain selain masuk ke kamar utama, dan beristirahat sebelum kembali bekerja keesokan harinya.
Kaki Valerie melangkah menapaki tangga yang akan membawanya ke kamar tidur utama yang sangat sepi. Tanpa banyak bicara, Valerie langsung melompat ke tempat tidur yang empuk memejamkan mata, dan tertidur.
Tanpa Valerie sadari, Arthur beberapa kali tertawa tanpa sengaja karena hal-hal konyol yang dilakukan Valerie. Entah berapa menit, Arthur terus memperhatikan gerak-gerik Valerie dari CCTV yang terpampang besar di layar monitornya. Melihat Valerie tertidur pulas membuat Arthur lupa akan semua pekerjaannya yang masih belum selesai.
*****
Valerie bangun lebih awal karena ia juga tidur lebih awal semalam. Sebelum membuat sarapan, Valerie membersihkan diri terlebih dahulu. Valerie tidak mau melewatkan waktu mandinya. Lagi-lagi, mulut Valerie ternganga ketika melihat semua fasilitas kamar mandi di kamar tidur utama.
"Apa aku sedang bermimpi?" Valerie menepuk-nepuk pipinya sambil mengagumi bak mandi besar dan pancuran air di balik dinding kaca. Dan wastafel marmer yang mewah.
Tangan Valerie menyentuh wastafel dan memutar keran air berwarna emas. Air jernih yang menyentuh tangannya pada kaca besar di depannya memantulkan wajah Valerie yang malang.
Sejujurnya, meskipun ia memiliki seorang ibu teladan yang selalu memberinya uang, Valerie tidak pernah menggunakannya untuk menjadi kaya atau membeli semua barang yang tidak pernah ia miliki.
"Bukankah semua ini terlalu berlebihan? Tapi kenapa aku malah takut bertemu dengan miliarder yang menjadi bos aku? Apa ini hanya firasatku bahwa ada motif tersembunyi?" monolog Valerie berbicara pada dirinya sendiri. Ini adalah sesuatu yang terus menghantui Valerie dan bahkan terbawa hingga ke dalam tidurnya.
Ia segera terbangun dari lamunannya dan pergi ke bilik shower untuk segera menanggalkan pakaiannya. Menyalakan shower dan membasahi seluruh tubuhnya dengan air hangat yang jatuh dengan lembut di atas kepalanya, Valerie menggunakan fasilitas sabun cair yang ada di pinggir dan menyeka seluruh tubuhnya dengan sabun yang beraroma maskulin, namun ia menyukainya.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, ia memilih pakaian kantor yang sama dengan yang ia kenakan setiap hari saat bekerja di Chicago. Kemeja berwarna hijau pastel dengan rok ketat hitam sebatas lutut.
Valerie mengambil sebuah tas kecil yang berisi semua alat rias wajahnya yang sederhana. Wajah Valerie tidak pernah memiliki masalah dengan kosmetik apa pun dalam alat make up semua makeup adalah barang murah yang dirinya beli dengan harga diskon.
Pulasan tipis lipstik merah muda di bibirnya yang pucat sudah cukup mempercantik wajah Valerie. Ia menguncir rambutnya agar tidak mengganggu pekerjaannya. Valerie menyemprotkan parfum dengan aroma buah-buahan dan memasang dua anting-anting kecil berhiaskan permata di telinganya.
"Aku rasa penampilan aku sudah cukup sopan; tidak ada yang terbuka, dan aku harap ini sudah sesuai dengan peraturan perusahaan." Valerie mengoreksi penampilannya sekali lagi di depan cermin sebelum mengambil tas kecil dan heel berwarna hitam.
"Aku harap kau akan tetap aman," kata Valerie pada heels tua miliknya. Valerie selalu memperbaiki, selama masih nyaman di kenakan dia tidak akan menganti barang tersebut.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐘𝐎𝐔𝐑 𝐌𝐘 𝐎𝐁𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍, 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄 ( 𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓 ) Repost
Romance⚠️ 21+ Arthur Davidson secara tidak sengaja bertemu Valerie Ashley di sebuah acara pertunangan. Sejak hari itu, Arthur terus mencari keberadaan Valerie. Dia begitu terobsesi untuk menjadikan tubuh Valerie miliknya. Valerie menjadi sekretaris Arth...