AURA GADINE
19th
HAJUNG DANU
20thnote : Hajung sama sekali tak mengerti dengan perasaan yang ia rasakan saat ini. entah itu cinta atau sebuah rasa kagum. ia benar benar tidak bisa membedakan keduanya. perlahan mencoba merasakan ketulusan dengan menuruti naluri hati, lalu mencoba berbagai cara agar bisa membuktikan bahwa ia benar benar merasakan cinta yang amat dalam.
benar
Aura Gadine, perempuan yang selalu bersamanya diwaktu kecil sampai menginjak usia dewasa. mereka tak terpisahkan meskipun keadaan mendesak mereka untuk berpisah, tidak akan pernah.
mereka bukanlah sepasang kekasih yang terikat hubungan. melainkan hubungan abu abu yang sulit untuk disampaikan. sama sama merasa ragu untuk menentukan pilihan, walaupun yang satu sudah bulat dengan keputusannya. tapi yang satunya lagi sulit untuk memberikan kepastian.
🦋🦋🦋
"bentar lagi gue tanding." ucapnya seraya mematikan layar ponselnya menatap lawan bicara.
"iya." jawaban itu didapatkan tanpa beralih pandang lantas terus memainkan ponsel.
"lo ga mau nahan gue gitu?"
"engga." raut wajah sang pendengar jawaban mulai kusut.
"beneran?" alih alih jawaban itu berubah.
namun kenyataannya, "gue bilang engga ya engga..."
"kalo gue kenapa napa gimana?", kali pertama.
"itu kan urusan lo."
"kalo abis tanding gue ga balik gimana?", kali kedua.
"lagian sih, siapa suruh lo ikutan tanding kalo tau akhirnya juga bakal ngerugiin diri sendiri." muak dengan keadaan.
tawa kecil terdengar jelas. "makasih ya."
"lah?"
"makasih udah mau khawatir." tersenyum lebar memperhatikan lawan bicaranya.
"gue bukan khawatir."
"trus kenapa? jelas jelas lo kawatir gitu kalo tentang gue."
"bukan. gue gedeg aja liat sifat lo yang makin hari makin ga jelas kayak gini. harusnya dari dulu gue ga ngeladenin lo. gue tau kok lo bersikap kayak gini bukan ke gue doang tapi kesemua cewe. jadi buat apa gue khawatir sama lo?"
senyuman itu mulai pudar. "udah?"
"belum, sampai lo jadi milik gue."
"yaudah sekarang lo milik gue." kembali merekah meskipun sesaat.
gadis di depannya berusaha bersikap tegas. "kalimat yang sama diwaktu yang berbeda. gue cuma becanda kali. lagian ngapain juga gue ngomong kayak gitu."
"tapi kalimat lo tadi sama sekali ga ada unsur candaan bagi gue," perlahan melangkah mendekati gadisnya. "mulai hari ini dan seterusnya lo milik gue, ra."
"gue jadi milik lo? cuma mau pamer ke mantan mantan lo doang kan? siapa tuh namanya, oh iya. si arley, jassie, jane, gladis, disty, mawar, angg--"
ia mengernyit. "ra, udah."
"anggun, dara, fazira, atau si han--"
"gue bilang udah!"
ia menggenggam kedua tangan gadis itu. "ikut gue. dan lo bakal liat seberapa besar fakta dari ucapan gue tadi. gue ga akan mundur kalau pun lo ngingetin jumlah mantan yang ga ada hubungannya lagi sama gue. ra, gue mau lo. gue butuh lo."
tapi sang empu menolak." iya, gue tau lo butuh. tapi ga gini juga caranya. lo bisa bikin kontrak kok. dalam jangka waktu lama juga gue bakal terima. atau lo mau---"
"shut the fuck of about contract. lo bisa ga berhenti liat sisi buruk gue. kali ini gue serius."
"berarti omongan lo yang bulan lalu?"
"lo juga tau kan kalo gue lagi di situasi yang rumit dan sulit untuk milih. jadi gue milih orang yang bisa ngertiin gue diwaktu yang tepat, dan itu lo."
"udahlah jung..."
"ra, kita udah deket dari kecil padahal. kenapa lo masih berpatokan sama pemikiran lo yang sempit itu? tampang gue juga ga keliatan jahat jahat amat dah.
"lo bejat." sarkas nya.
"ra, mau ya?" dengan tampang meyakinkan
namun, "engga." selalu tertolak.
kemudian pasrah. "oke hari ini gue gagal. so, ra. sampai kapan pun gue bakal ngelakuin hal yang sama sampai lo ga bisa ngelak dan nolak perkataan gue lagi."
-end-