Deel 01 - de Man

3.1K 198 2
                                    

"Companionship is a foreign concept to some people. They fear it as much as the majority of people fear loneliness." - Criss Jami.

----

"El, please deh. I beg you. Cepetan nikah gih, atau paling nggak ada pasangan gitu," kata Kaleen Mikaela Macbain dengan frustasi di meja makan kepada Elijah William Macbain, kakak laki-lakinya yang hanya lebih tua satu tahun satu bulan darinya.

"Bisa diam, nggak?" Elijah merespon lontaran kefrustrasian adiknya itu dengan nada khasnya yang sangat datar dan masih sibuk menyantap makanan favoritnya setiap kali pulang ke rumah; masakan mama.

"Sumpah deh. Orang-orang bakal ngira lo gay." Elijah kadang-kadang merugakan kompetensi Kaleen sebagai dokter spesialis kandungan setiap kali mengatakan hal nonsense seperti ini.

"Ya, terus? We should stop caring about what others have to say about us. I don't care. Look at me! I'm happy," Elijah berkata dengan kepedean level maxnya. Kaleen hanya merespon dengan memutar matanya malas.

"Mama kepengen banget tuh punya cucu dari lo, masa lo nggak kasian?"

"Mom, you really want it?" Elijah bertanya sambil menoleh kepada mamanya yang baru saja memasuki ruang makan.

"You want it? If you want it, then It's okay," balas Riana Macbain duduk disebelah Kaleen, menjawab dan menatap kepada anak keduanya yang berjiwa bebas itu.

"See?" Sambil menaikan alisnya dan tersenyum meremehkan, Elijah menatap Kaleen.

Pertanyaan kapan dirinya akan menikah dan memiliki anak adalah pertanyaan wajib yang akan terus diberikan Kaleen dan Sean Ellia Macbain, kakak pertamanya yang tinggal di Singapore, setiap kali mereka bertemu. Dan entah sampai kapan akan selalu seperti itu. 37 tahun, berwajah tampan, fisik yang sangat mendukung, pekerjaan yang stabil dan uang yang melimpah. Apalagi yang menghalangi Elijah dari memiliki pasangan dan menikah? Kecuali dirinya beneran gay.

Untuk standar negara Indonesia, orang-orang seperti Elijah mungkin hanya ada sekali dalam seratus tahun. Seseorang yang berjiwa sangat bebas. Bahkan kerap kali dengan sangat percaya dirinya, Elijah mendefinisikan dirinya sebagai Peter Pan.

"Jadi, kapan flight lo ke Doha?" Sambil mengawasi anaknya yang berumur 9 tahun makan di depannya, Kaleen yang udah kalah telak dalam perdebatan itu bertanya.

Pekerjaan Elijah sebagai corporate lawyer salah satu maskapai penerbangan ternama yang bermarkas di Doha, Qatar membuat ia harus bolak-balik Jakarta-Doha untuk urusan pekerjaan. Terkadang juga harus mengelilingi dunia untuk bertemu klien.

Dalam seminggu, 5 hari kerja, Elijah bisa berada di 5 negara berbeda. Mungkin ini adalah alasan terbesar dirinya masih menjomblo. 

"Tuesday. It should be. Anterin ya ke Airport."

"So, you wouldn't get married, om?" tiba-tiba Benedict, anak Kaleen bertanya kepada Elijah.
"We'll see, Ben." Jawab Elijah tersenyum sambil mengusap kepala Ben.

Jujur ia bingung bagaimana merespon Ben. Untuk tidur aja, Elijah bisa tidak punya waktu, bagaimana akan membagi waktunya untuk orang lain?

Di umurnya saat ini, ia juga sudah sangat siap untuk hidup sendiri for the rest of his life. Tidak ada waktu untuk itu. Semua hubungannya selama ini juga kandas karena investasi waktu pria itu dalam setiap hubungan asmaranya sangat sedikit, sementara wanita-wanita yang dikencaninya selalu menuntut lebih.

Things just didn't work out well. That's life.

"Kamu nggak ketemuan dulu sama temen-temen, El?" Tanya Riana. "Mau ketemuan malam ini. 8PM at Basque."

"Party mulu lo!" sindir Kaleen. "Dih, bilang aja lo sirik. Sirik tanda tak mampu."

Banyak budaya Indonesia yang sebenarnya tidak cocok dengan kepribadiannya. Tapi, budaya kumpul-kumpul menjadi satu dari kesekian budaya yang masih diberdayakan Elijah. Lebih tepatnya sih karena ia tidak punya banyak teman. So, he wants to keep what's left.

37 tahun, Elijah hanya punya 5 teman yaitu teman-teman dari SMP yang sudah dikenal oleh keluarganya. Introvert? Jelas. Let's say, tidak punya waktu adalah alasan pertama Elijah menjomblo dan introvert adalah alasan keduanya. Tidak punya waktu dan introvert... paket yang terlalu lengkap.

"Udah-udah," Riana melerai kedua anaknya dan melanjutkan, "Minumnya jangan banyak-banyak. Jaga kesehatan yang paling penting, ok?"

"Siap, Ibu Ratu."

***
Things just didn't work out well. That's life. Elijah harus ingat hal ini.

Bukannya berada di Basque, Gedung di depan Elijah saat ini justru bertuliskan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati; Tempat kerja adiknya.

Apple Watch-nya telah menunjukan pukul 20.40 WIB. Terima kasih kepada Kaleen dan segala dramanya, acara kumpul-kumpul Elijah kali ini harus reschedule dan terancam batal.

"Thanks ya, Kakakku sayang!" kata Kaleen, yang hanya memanggil Elijah dengan embel-embel 'Kakak' hanya ketika merasa diuntungkan dengan keberadaan pria itu, sangat tahu bahwa mood Elijah sudah sangat jatuh.

Kaleen terpaksa harus memaksa Elijah mengantarnya karena salah satu pasien yang akan melahirkan dan mengalami kondisi darurat.

Kenapa tidak naik taksi online? Lebih cepat jika kakaknya yang menyetir. Sangat riskan kalau Kaleen memaksakan diri berkendara sendiri dan berbicara di telepon mengarahkan salah satu dokter residen yang berada di timnya.

Jakarta and its traffic masih sangat fantastis membuat mood Elijah sangat jelek. Inilah alasan Elijah memilih untuk membeli properti dan mendirikan rumah di Bali daripada Jakarta. Ia hanya punya satu unit apartemen di daerah Kuningan dan hanya beberapa kali menginap di unit itu ketika harus bertemu klien di Jakarta. Sisanya, ia habiskan di Bali, Doha dan pesawat.

Setelah menurunkan Kaleen di depan pintu masuk UGD, Elijah langsung menuju pintu keluar lalu menepikan mobilnya tidak jauh dari pintu keluar tempat kerja adiknya.

Pria itu harus memberitahu teman-temannya bahwa ia tidak bisa menyusul mereka untuk party malam ini. Lagi-lagi, waktunya tidak cukup.

Gang Bengek
Elijah William Macbain:
So sorry guys. Kayaknya gue nggak bisa join. Kaleen's emergency.

Andy Saputro: Kan. Apa gue bilang, nggak mungkin banget lo dari Fatmawati ke Senopati cuman sejam bro.
Eddy Putra Irawan: Tenang. Masih ada next time.
Cantika Larasati: It's okay, bro.
Bayu Adhitya Setyo: Santuy lah pak pengacara.
Elijah William Macbain: Thanks guys. Next time gue yang traktir, mau makan apapun gas.
Andy Saputro: Ini yang gue tunggu-tunggu!
Bayu Adhitya Setyo: SIAP OM!!!
Cantika Larasati: Rezeki anak soleh ya allah!
Eddy Putra Irawan: Harus dong!!!

Elijah lanjut mengendarai mobil kembali ke rumah orang tuanya dan melakukan hal yang paling benar dilakukan; tidur. Sudah lama ia tidak berkencan dengan aktivitas itu.

***

GEVONDEN (COMPLETED on KaryaKarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang