48. 4 Agustus

703 64 65
                                    

Kenapa dia mudah sekali melakukan sandiwara sepanjang gue mati-matian melindunginya?

Mulai dari dia yang menghilangㅡmeninggalkan gue kayak orang idiot sendirianㅡkembali, lalu mengacaukan tatanan hati gue yang saat itu lagi tergila-gila dengan Bening. Kemudian, sekarang, saat fakta bahwa selama ini dia tidak hilang ingatan, membuat dada gue tercabik-cabik.

Hansel masih berdiri memandang Gladys, meminta bayaran atas apa yang telah Gladys pinta selama ini: menjauh darinya.

"Kamu tau sendiri, papa udah dua tahun mendekam di penjara, setelah bebas hidup papa luntang-lantung nggak jelas. Padahal, harusnya tugas kamu sebagai anak untuk merawat papa, kan? Dan sekarang, saat kamu sudah berhenti transfer papa uang, apakah salah papa minta langsung ke hadapan kamu?" Hansel tidak melepaskan tatapannya sedetikpun pada Gladys. Pria dengan jenggot dan kumis memenuhi wajahnya itu sepertinya begitu rindu dengan anaknya. "Papa juga kangen sama kamu dan cucu papa. Apakah bolehㅡ"

Gue nggak mengucapkan kalimat apa pun selain menarik paksa tangan Gladys masuk ke dalam kamar rumah sakit kemudian menutup pintu dengan deru napas yang memberat. Mahyra sedang asyik bermain dengan dua penjaga di luar, jadi dia nggak akan mendengar apa-apa yang akan gue ucapkan pada Gladys.

Salahkah gue merasa begitu kecewa terhadap seseorang yang udah gue anggap sebagai belahan jiwa hanya karena dia telah membohongi gue?

"Maaf." Belum apa-apa Gladys lebih dulu mengucapkan kata sialan itu. "Aku melakukan ini karena nggak mau membebani kamu." Gladys menatap gue dengan air mata yang mengalir ke pipi. "Akuㅡ"

"Sungguh, aku kecewa banget sama kamu, Glad. Selama ini ternyata kamu membohongi aku, kamu nggak pernah benar-benar lupa ingatan." Gue tertawa masam. "Biar apa, hah? Biar apa kamu melakukan ini semua?!"

"Biar kamu melupakan Bening. Biar kamu fokus ke aku. Biar aku bisa mendapatkan kamu seutuhnya." Gladys berusaha menyentuh jemari gue, tapi langkah gue menjaga jarak. "Mas, dari awal kamu tau sendiri kalau papa aku itu gila harta. Dia penjudi, pemabuk, dan dia bahkan pernah ingin menjual aku. Aku masih ingat kamu membayar semua hutang papaku dan sejak itu aku ngerasa bersalah banget, karena setelah itu papa selalu minta uang ke aku tanpa peduli aku dapat uang dari mana."

"Persetan sama hutang-hutang itu, Gladys! Yang gue benci dari lo sekarang adalah lo menganggap hubungan kita seakan main-main. Kalau tujuan lo karena ingin gue meninggalkan Bening, berarti misi lo udah selesai." Gue nggak peduli lagi dengan kosa kata gue yang berantakan karena otak gue benar-benar mau pecah. "

"Mas, jangan sampai hanya karena ini kitaㅡ"

"Hanya karena kata lo? Segampang itu buat lo untuk mengarang sandiwara ini, tanpa mikir apa efek yang akan lo timbulkan? Dan apakah lo nggak ngerasa berdosa udah bikin bokap lo semengerikan itu hidup sendirian di luar sana?" Gue menggeleng nggak habis pikir. "Kalau gini lo bukan cuma bikin kecewa papa lo, tapi gueㅡorang yang selama ini lo anggap suami. Orang yang selama ini lo paksa curi perhatiannya biar dia merasa harus membalas semua perhatian lo."

Gladys masih berdiri dalam keheningan. "Jay, aku tau aku salah, tapi tolong jangan tinggalkan aku. Kita masih punya Mahyra. Kita masih punya mimpi-mimpi yang belum tercapai, jadi aku mohon, stay here. Tetap bersamaku seakan nggak ada apa-apa."

Gue menggeleng lemah. Seluruh sendi gue rasanya ingin ambruk. "Lo mau tau satu hal, Glad?"

Gladys tahu apa yang akan meluncur dari bibir gue, tapi dia tetap menggeleng dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

"Dengan kesadaran penuh, gue menjadikan lo istri hanya karena kasihan sama lo. Hanya karena lo udah menemani gue di saat-saat gelap. Hanya karena lo ada di saat gue butuh bantuan. Hanya karena waktu telah mempertemukan kita lagi, tapi lo nggak pernah tau tentang perasaan gue. Bahwa setiap malam gue kangen sama cewek lain. Gue kangen denger suaranya. Gue kangen dipeluknya. Gue kangen sama perhatiannya. Dan gue kangen sama anak yang bahkan bukan darah daging gue sendiri. Jadi, sekarang lo udah tau fakta yang selama ini mati-matian gue sembunyikan, kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Matahari Sebelum Pagi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang