YOUR POV :
Aku menyiapkan seluruh bahan-bahan yang aku butuhkan di meja dapur rumahku, aku akan memasak Almond tofu kesukaan teman kecilku, Xiao.
Aku sudah mengenalnya sejak 10 tahun yang lalu, saat aku masih anak-anak, aku tidak sengaja bertemu dengannya, untuk beberapa alasan aku selalu mencarinya setiap hari saat aku merasa bosan.
Tidak seperti rumor yang beredar di Liyue, biasanya aku selalu dapat menemui Xiao dengan mudah.
Sejujurnya aku tidak bisa memasak sehebat itu tetapi Xiao pernah mengatakan padaku bahwa dia menyukai rasa masakanku, jujur saja, sangat sulit mendapatkan pujiannya.
Dia mengatakannya saat aku baru saja berhasil memasak Almond tofu pertamaku, saat itu aku masih berumur 9 tahun.
"Akhirnya jadi juga, sempurna!" gumamku sambil memandangi sepiring Almond tofu yang baru saja matang dengan bangga.Aku mengambil tas kecilku dan beberapa makanan anjing yang aku buat sendiri kedalamnya.
"Oke, saatnya pergi." Aku berjalan keluar rumah menuju tempat favorit kami seperti biasa.Sudah 2 hari ini Xiao tidak bertemu denganku di tempat favorit kami, sungguh tidak biasa, itulah sebabnya aku membawa Almond tofu bersamaku, hehe.
Sebenarnya aku sangat khawatir dengan Xiao, namun apa yang harus dikhawatirkan? dia seorang Adeptus agung! aku harus percaya pada kekuatannya.
Sesampainya aku di tempat itu, beberapa anjing liar sudah menungguku, em- mungkin lebih tepatnya menunggu makanan yang aku bawakan untuk mereka setiap hari.Salah satu anjing berwarna coklat muda menghampiriku dengan semangat diikuti dengan beberapa anjing yang ukurannya lebih besar darinya di belakang, mereka mengibaskan ekornya dengan cepat, sangat lucu dan menggemaskan.
"Baiklah, baiklah, kalian sudak kelaparan ya? maaf aku sedikit terlambat, ada yang harus kulakukan lebih dulu tadi." aku tersenyum dan menepuk pucuk kepala mereka secara bergantian dan berjalan duduk di bawah pohon rindang dengan daun berwarna agak kuning kemerahan, warna lembayung yang indah di sore hari.Aku duduk dan memberi makan anjing anjing didepanku, desiran angin membelai pelan kulitku, langit sore yang memanjakan mata menghiasi pemandangan yang ada, belum ku temukan wujud seseorang yang ku cari-cari sejak kemarin lusa.
Detak jantung ku semakin terpacu khawatir, berbagai pikiran negatif mulai mendatangi otak secara liar, aku tidak ingin meragukan kekuatan Xiao, tetapi tetap saja, manusia tidak pernah luput dari rasa khawatir pada yang yang istimewa menurut kita bukan?
Aku putuskan untuk memanggil namanya, siapa yang tau kalau Adeptus itu sedang mengerjai teman kecilnya ini bukan?"Xia-"
"Ada apa?"
Tiba tiba suara yang sangat ku rindukan memasuki indra pendengaranku.
Xiao duduk tepat di samping kananku, menatapku dengan jarak yang kurang dari 5 inci dari wajahku.
"Astaga Xiao!" Tentu saja aku terkejut! siapa yang tidak terkejut jika diperlakukan seperti itu!
Berbeda dengan reaksi ku yang sedang sibuk mengatur nafas agar tenang, Xiao hanya memiringkan kepalanya, tanpa kusadari semburat merah muda dan sedikit senyuman terlukis diwajahnya saat menatapku.
"Dari mana saja kau?"
"Hanya melakukan tugasku.""Kau ini benar-benar! aku menunggumu sejak kemarin lusa! kupikir kau sedang dalam masalah! seharusnya kau mengatakan sesuatu kepadaku! jangan hilang dan datang begitu saja-" Omelanku terhenti saat aku melihat Xiao tersenyum.
"Terimakasih sudak mengkhawatirkanku, (Name)"
Seketika tubuhku menegang, jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya, Xiao hampir tidak pernah memanggil namaku selama ini, apalagi di hiasi dengan senyum yang SANGAT langka miliknya.
Aku memalingkan wajahku, aku tidak ingin Xiao melihat wajah yang aku yakin sudah berubah menjadi semerah tomat saat ini, Ini terlalu memalukan!
"K,kau pasti kemari karena mencium aroma Almond tofu kan? Ini, makanlah." Aku menyerahkan kotak makanan berisi Almond tofu buatanku tadi tanpa melihat wajah Xiao.
"Siapa bilang aku kemari karena benda ini?"
Walaupun mulut Xiao berkata seperti itu tangannya tetap mengambil kotak makan di tanganku dan menyantapnya tanpa banyak basa basi.
"Huh, bilang seperti itu tapi tetap dimakan." ejek ku.
Aku memperhatikannya dalam diam dari ekor mataku, Xiao makan seperti biasanya, kurasa dia baik baik saja. Aku tersenyum lega.
Menit demi menit berlalu dengan cepat, tak terasa bulan sudah menunjukkan keindahannya, ribuan bintang mengisi langit malam seperti kanvas hitam yang diberi bintik-bintik putih secara acak oleh seorang pelukis, sungguh indah.
Salah satu anjing tertidur di pangkuanku sedangkan yang lainnya tertidur disekitar kaki kami.
"(Name)" Panggil Xiao secara tiba-tiba.
"Ya?" jawabku reflek.
Xiao menarik nafasnya, "Apa kau mau menjadi teman ku?"
Aku terdiam sejenak, "Dia ini ngomong apa?" batinku.
"Apa yang kau bicarakan? kita sudah berteman sejak pertama kali kita bertemu." aku tertawa canggung sambil menahan rasa pilu didada.Selama ini hanya aku yang menganggap kita teman? menyedihkan sekali.
"begitu,"
"kalau gitu, bisakah kita menjadi lebih dari teman?" Sambung Xiao sambil terus menatapku.Dengan detakan jantung yang tidak beraturan dengan beberapa emosi yang tercampur aduk di dalam dada, aku tidak bereaksi, aku hanya bisa mematung.
"Maksudmu?" hanya ini yang bisa keluar dari mulutku.
Xiao tiba-tiba berdiri tanpa menatapku, "Lupakan saja."
Dia pasti sudah pergi jika saja aku tidak menahan tangannya.
"Maksudmu lebih dari teman itu,, kekasih?" Tanyaku ragu."memangnya ada makna lain?" Satu tangannya yang bebas menutup mulut dan pipinya, saat itu aku baru tersadar kalau kali ini wajah Xiao sudah menjadi semerah wajahku. Dia serius.
Aku terdiam sejenak, aku melepaskan genggaman tanganku padanya, Xiao menoleh kearaku, sedangkan aku tertunduk malu.
"Tentu saja,, kita bisa." Suaraku hampir tidak bisa keluar, suaraku bahkan bergetar! oh! aku harap Xiao mendengarnya, aku tidak ingin mengulangi kata-kata memalukan itu lagi, sungguh!
Tidak ada jawaban lagi dari Xiao, aku mendongakkan kepalaku untuk memeriksa keberadaannya, tiba-tiba sebuah kecupan cepat mendarat di bibirku, aku membelalakkan mataku karena tidak percaya dengan apa yang baru saja ku lihat.
Xiao berdiri tepat didepanku, wajah kami hampir tidak berjarak, kedua tangannya memegang rahangku, memaksaku terus mendongak menatap matanya walaupun aku merasa malu setengah mati.
Seketika aku sadar, Xiao sama malunya denganku, pipinya kini semerah tomat, walaupun di dalam kegelapan malam pun aku bisa tau, itu terlihat jelas di mataku.
Xiao tersenyum hingga matanya hampir tertutup,
"Terimakasih (Name), Panggillah namaku kapanpun kau merindukanku atau membutuhkanku, aku akan selalu berada di sampingmu."Satu ciuman lembut menutup kalimat manis itu, tak membiarkanku menjawab kalimat itu terlebih dahulu, aku menutup mataku, sama seperti yang Xiao lakukan padaku.
Setiap orang punya cara mereka sendiri untuk mengatakan 'cinta', dan inilah cara Xiao untuk mengatakannya.
Hope you like it ya'll^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Genshin Impact One Shot~
Historia Cortaone shot Genshin impact ^^ open request ^^ Warning chara Ooc!!