"Jangankan melupakan. Untuk mencintai orang barupun kadang sesulit itu."
Vanilla terbangun. Ia melihat sekelilingnya sambil merintih kesakitan.
"La, lo kenapa? Masih pusing?" Tanya Tisa.
"Gue dimana?" Tanya Vanilla.
"Tadi lo pingsan dan Rey ngegendong Lo ke UKS." Jawab Rere.
"Kepala lo sakit?" Tanya Rere.
"Gue lagi datang bulan, terus perut gue nyeri, kepala gue pusing. Sakit banget." Keluh Vanilla.
"Lo istirahat aja dulu disini. Gue juga udah ngabarin Kak Jeje kok." Tambah Rere.
"Duh kok lo bilang sama Kak Jeje sih, dia tuh panikan. Mungkin sekarang udah ngos-ngosan lari kesini." Jawab Vanilla.
"Nanti kalau lo ada apa-apa, terus Kak Jeje marah, Yang kena kita juga." Balas Rere.
"Gapapa lagi Laa, sekalian kita cuci mata gitu." Centil Tisa.
"Elo sihh, dari mana ajaa? Gue sama Rere cariin lo, bisa-bisanya lo izin ke toilet tapi gabalik-balik." Omel Tisa.
"Dari toilet terus gue pusing singgah duduk bentar, eh taunya gue udah ada disini." Jelas Vanilla.
"Makanya lain kali bilang dong, biar gue temenin." Ujar Rere.
"Eh btw tadi lo bilang Rey yang nge-gendong gue?"
"Iya, Tadi gue sama Rere izin keluar kelas buat nyati lo karena lama banget. Terus kita ngeliat lo pingsan dikoridor. mau ngangkat lo tapi gabisa, mana lagi jam pelajaran jadi sunyi. Untungnya gue ngeliat Rey lewat dari toilet. Jadinya kita minta tolong Rey buat ngegendong lo." Jelas Tisa.
"Dia ngegendong lo kesini terus keluar bentar, balik-balik dia bawa ini." Adu Rere sambil memberikan sachet-an kompres perut khusus datang bulan.
Vanilla menutup mukanya memakai tangan.
"Duh, malu bet gueee, kenapa harus Rey lagi sihh." Keluh Vanilla."Dan lo mau tau nggak yang lebih bikin gue melting ngeliat perlakuan Rey? Baru aja tadi dia ditemenin Edgar dan Daffa ke klinik buat ngelepas gips ditangannya. Tapi tadi waktu gue liat dia, gue manggil buat bantuin kita neggendong lo gitu. Eh tau-taunya dia bilang 'biar gue sendiri yang gendong' Deg-degan banget gue tangannya kenapa-napa." Jelas Rere
"Lo deket sama dia ya? Akhir-akhir ini lo sering ketemu dia." Curiga Tisa.
"Nggak, cuma kebetulan aja."
Tiba-tiba Jeje datang membuka pintu UKS dengan nafas berderu.
"Laaa lo kenapaaaa? Ada yang luka?" Panik Jeje memeriksa tubuh Vanilla.
"Gapapa." Jawab Vanilla.
"Dia kenapa? Kok bisa pingsan?" Tanya Jeje kearah Tisa dan Rere.
"Kepalanya pusing kak, lagi datang bulan." Balas Rere.
"Kenapa gak bilang ke gue sih kalau lo nggak enak badan."
"Sekarang udah gapapa kok. Udah agak mendingan. Lo balik ke kelas aja deh Tis, Re. Kak Jeje juga balik sana, ini masih jam pelajaran kan? Nanti lo semua dikira bolos." Ucap Vanilla.
"Udah minum obat nggak?" Tanya Jeje.
"Iya nanti. Gue mau tidur dulu. Gabisa tidur kalau kalian masih disini. Udah sanaa byee." Balas Vanilla menutup seluruh badannya dengan selimut lalu berbalik memunggungi ketiga orang itu.
"Yaudah deh, mungkin dia lagi butuh istirahat. Kalau gitu kita balik duluan ya Kakk." Pamit Tisa yang tersipu melihat Jeje.
"Hm iya. Oiya makasih udah nolongin Vanilla."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Vanilla Blue
Teen FictionAda banyak trauma dan rasa sakit yang dialami oleh berbagai tokoh didalamnya. Sebelum cewek ini datang dihidup gue, rasanya hidup gue flat-flat aja tanpa ada kemajuan. Sampai gue ketemu Vanilla, yang bisa support gue secara fisik maupun mental. Be...