Epilog

996 75 8
                                    

Asap dupa mengepul, menyebarkan bau wangi yang menusuk penciuman. Dalam ruangan serba merah itu tampak sosok berpakaian serba hitam tampak menggigil menghadap sebuah meja bertaplak merah.

Di atas kain merah itu tampak peti kayu kecil mirip peti mati berwarna hitam legam.

Hmmmm hrgghh

Mulut pria itu komat-kamit merapal mantra pemanggil setan, pujian kidung seram ia panjatkan dengan sepenuh hati. Nada suaranya mendayu penuh kerinduan seakan ingin bersua dan menyatu dengan sosok iblis junjungannya.

Sesekali ia menggeram seperti kesurupan. Tanganya yang besar mengambil baskom tembaga, sosok itu kemudian bergetar terbatuk-batuk hebat lalu memuntahkan cairan kental kemerahan berbau amis dari mulut.

Hoeekkk hieekkk

Setelah puas memuntahkan isi perut, baskom tersebut telah berisi darah kental hingga separuhnya, lelaki itu mengulap bibir yang belepotan, ia sejenak puas dengan hasil malam ini, terlihat dari seringai giginya yang memerah. Segera ia benamkan kotak hitam itu kedalam baskom sambil menembang kecil.

Peti itu ia lumuri darah dengan hati-hati dan penuh perasaan sayang. Layaknya memandikan jabang bayi yang masih merah. Tak lama peti itu bergetar, netra lelaki itu melotot hampir keluar melihat satu persatu kepingan logam keemasan berjatuhan dari dalam peti kedalam baskom bersimbah darah.

"Uang! Emas!  Aku kaya, hak hak hak"

Baskom penuh berisi emas itu ia siramkan ke atas kepala, lelaki itu mandi kepeng emas berselimut darah kental. Seringai seram dari mukanya yang melotot, begitu mengerikan, bukan lagi berwujud manusia karena mulut itu tertarik kebelakang tidak wajar, memperlihatkan deretan gigi yang meruncing diujung.

Manusia tidak akan pernah puas, dia akan terus berkata lagi dan lagi hingga tanah kuburan menyumpal mulutnya. Sehingga manusia cenderung mencari sekutu gelap untuk mendapatkan keinginan walaupun dengan cara yang salah.

***

Desa Maruyung merupakan desa perbatasan kerajaan Kalingga. Desa ini sangat sering digempur pasukan demit namun karena kesaktian Lurah Singodimejo ditambah pasukan Kalingga yang selalu dikirim untuk berpatroli maka desa itu menjadi aman sentosa.

Namun beberapa purnama berlalu banyak terjadi warga hilang satu persatu bagai hilang ditelan bumi.

Bahkan sehari lalu ditemukan tiga mayat di lokasi terpisah mati secara mengenaskan, satu di sendang,  dua lainnya di persawahan, terlihat dua lubang di salah satu bagian tubuh layaknya digigit suatu hewan. Tubuh mereka kering kerontang seperti darahnya habis disedot.

Oleh karena itu lurah Singodimejo mewajibkan warga untuk saling berpatroli di sekitar kawasan tempat tinggal.

Bulan purnama mengintip di balik awan tebal, suasana malam kali ini terlihat sepi, para warga memilih tidur lebih awal, jendela ditutup, lampu minyak dimatikan. Desa itu menjadi senyap dan gelap seperti desa hantu.

Tampak lima orang bertugas ronda, mengelilingi kampung sementara waktu sudah semakin larut. Kabut mulai datang karena hawa dingin menusuk tulang. Terlihat satu membawa kentongan, lainnya membawa lentera. Golok panjang tak lupa tersampir di pinggang.

"Setelah lewat pematang sawah itu tugas jaga kita selesai teman-teman. Nantinya prajurit Kalingga akan ambil alih tugas jaga selanjutnya." ujar Jali tak sabar.

"Iya kang, malam ini terasa sangat seram, entah kenapa ekor mataku seperti menangkap ada sosok orang di belakang mengawasi." timpal Jampar, ia menengok kebelakang.

Hanya terlihat kegelapan pekat menyelimuti batang pohon yang tinggi. Jampar membuang muka, entah kenapa bulu tengkuknya berdiri semua.

"Ssst kita harus waspada, terlebih tadi sore ada dua orang aneh berjubah hitam-hitam yang datang ke kampung kita meminta tempat untuk menginap."

LARANTUKA  PENDEKAR CACAT PEMBASMI IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang