Usai semalaman diguyur hujan lebat, Runi, Revan, dan Yudha berencana berolahraga. Suara kegagahan ayam masih beradu silih berganti memamerkan kemerduannya.
Azan subuh berkumandang memanggil kaum muslimin muslimah
Runi yang sedari tadi terjaga, bergegas membangunkan Revan dan Yudha untuk salat subuh. Kendati bukan seorang muslimat, ia tetap menghargai kepercayaan teman-temannya."Van, Yud, bangun udah subuh!" Pintanya seraya menepuk pundak mereka.
"Masih ngantuk, Runi."
"Ayolah kalian bangun salat, setelah itu kita lari keliling batalyon," bujuk Runi.
Usai rayuan andalan digentorkan, mereka pun terbangun mendirikan salat.
Mereka memakai baju seragam olahraga "Raider", dengan sepatu sport yang dipakainya menambah kegagahannya sebagai abdi negara.
Embun pagi masih kental aromanya, hingga pukul 06.30, raja siang memunculkan wajahnya, bersinar menerangi bumi.
Mereka pun beraksi mengadu otot-otot kakinya. Berlari mengelilingi batalyon.
Beberapa putaran, mereka mulai tersengal-sengal, hingga mereka memutuskan untuk melanjutkan senam.
"Revan, ngapain kamu di situ? Jangan lakukan kebiasaan buruk langsung duduk, ayo sini ikut senam!"
"Capek Run, kita juga capek, jiwa raider tuh membara, pasukan elit, ya kan Yud!"
"Betul banget!"
Mereka dipandu oleh musik yang ada diponsel Revan. Semua lagu tersimpan rapi di memori ponselnya, dia yang sedari tadi layu saat musik dimulai, dia jua yang paling antusias bergerak dan berhasrat menjadi pemandu kedua temannya itu.
"Aku yang di depan ya," desisnya.
"Yuhui, semangat nih yeh," ejek Yudha.
"Berisik, ikuti gerakanku."
Runi yang sedari tadi fokus ke gerakan Revan, sangat asyik mengikutinya, lain halnya dengan Yudha yang asyik mengambil video.
"Nanti saja videonya, ayo lanjut senam!"
"Raider!"
Runi bergegas mengambil air Aqua kecil botol, diteguknya untuk memanjakan dahaganya yang sedari tadi meraung kekeringan.
Ia berdiri sekejap, kemudian ia pun duduk seraya menghempaskan pandangannya menikmati sebuah keindahan taman di batalyon.
Bulir-bulir peluh mengerumuni raganya, kulitnya yang putih bersih disekanya hingga ia bergegas mandi, membersihkan tubuhnya usai olahraga.
"Aku duluan ya!"
"Siap," jawab Yudha dan Revan bersamaan.
Yudha dan Revan pun masih asyik bermain dengan cahaya matahari, bahkan mereka bergegas baring di atas rumput liar seraya bercakap.
"Emangnya, kamu tidak curiga sama Runi," desis Revan.
"Emang Runi kenapa? Apa dia menyembunyikan sesuatu? Lalu, tindakan pidana apa yang pernah diperbuatnya?"
"Ah, kamu itu. Maksud aku, keseharian Runi kan sederhana, ia tak memiliki barang-barang mewah, tapi kok kalau masalah traktir gitu ia di garda terdepan? Aneh tidak. Kupikir perekonomian keluarganya juga tidak mampu, tapi kok boros ya?"
"Runi, kan memang baik, karena itulah kamu harus bersyukur punya sahabat kayak dia."
"Iya juga ya."
Gerakan mentari merayap pelan-pelan, wajahnya kian menjulang tinggi menyenyumi makhluk Tuhan.
Mereka pun bergegas mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senapan Yang Penuh Keajaiban (Tamat)
Genç KurguPemilik nama lengkap dr. Meisya Glavita Kirana jatuh hati pada seorang prajurit bernama Runi Andrianto Pratama. Perkenalan dimulai saat sang pratu menolong seorang di jalan yang hendak melahirkan, hingga ia segera membawa wanita itu ke rumah sakit t...