Yarckel, Paradise.
“Nngh …,”
Lenguhan kecil terdengar dari kamar besar berwarna cloud dan sapphire itu, iris obsidian terbuka namun cahaya temaram yang ada di ruangan itu menyilaukan matanya. Kepala Erhardt terasa sangat berat sedikit pening, tubuhnya juga terasa kaku dan dengan susah payah ia mencoba bangun dari ranjang berukuran 3 kaki itu.
Tidak jauh dari ranjangnya, samar-samar Erhardt bisa melihat seorang gadis yang baru masuk dari pintu bercat mahogany seraya membawakan beberapa segelas air.
“Angela?” batinnya.
Ya, gadis itu adalah Angela. Angela meletakkan gelas berisi air yang di bawanya ke meja kemudian langsung menghampiri Erhardt yang baru terbangun dari pingsannya.
“Ini di mana?”
“Jangan banyak bergerak dulu, oh iya, apa kau tau siapa aku?”
Erhardt mengernyitkan alisnya. “Angela, nama lo Angela, emang kenapa nanyak sih? Lo lupa nama lo sendiri ya?”
Sungguh, ingin rasanya Angela memukul keras kepala Erhardt supaya cowok itu amnesia sungguhan. Ia sempat khawatir jikalau Erhardt mengalami amnesia setelah pendarahan di kepalanya cukup hebat. Ia menghela nafas panjang lalu duduk di sebuah kursi tepat di samping ranjang Erhardt.
“Ini di mana?” tanya Erhardt lagi. Ia benar-benar tidak mengenali ruangan asing tempatnya sekarang.
“Kita di distrik Yarckel, dan sekarang ada di rumah kedua Papaku,”
“Yarckel? Provinsi Sheena?”
Angela mengangguk.
“Lalu gimana bisa lo ada di sini?”
“Udah kubilang ini adalah rumah kedua Papaku, jadi di manapun Papa berada aku akan selalu ada di dekatnya meskipun aku dibencinya,”
Erhardt memandang wajah Angela yang gelap, sorot matanya menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Cowok itupun menepuk-nepuk bahu Angela menguatkan. “Pasti berat ya,” dibalas anggukan kepala dari Angela.
“Haaahhhhh, gue udah terlalu jauh dari rumah,” Erhardt menyentuh kepalanya yang diperban dan dalam sekejap ia teringat sesuatu.
Elissa. Ia teringat akan Elissa. Kejadian beberapa jam yang lalu setelah kepalanya dihantam oleh kayu berbentuk balok ia ingat bahwa telah menyuruh Elissa untuk segera lari dan setelah mengatakan itu semuanya menjadi gelap. Ketika dirinya membuka mata tahu-tahu sudah berada di tempat asing saja.
“Lalu di mana adek gue?!” tanya Erhardt spontan, wajahnya terlihat panik.
Angela membuang nafas. “Dia ada di sini juga tapi di ruangan yang berbeda. Cukup sulit untuk menemuinya karena rumah ini dijaga ketat oleh anak buah Papaku,” jelas Angela sendu.
“Bodoh! Gue gagal ngelindungin adek gue satu-satunya. Aduuuhh!!!! Sekarang gue harus apa?! Mana Papa sama Mama gak tau lagi kalo anak kesayangan mereka lagi diculik. Nasib banget sih jadi orang ganteng, kerjaannya asik diculiiiik mulu. Heran gue. Kayaknya cowok-cowok yang berwajah ganteng pada gak tenang hidupnya ya, gue juga bla bla bla …,”
Erhardt terus mencerocos panjang lebar, mengeluarkan unek-unek yang ada di hati dan pikirannya. Wajahnya sudah tidak terlihat panik lagi melainkan sekarang ia terlihat lebih mirip ibu-ibu tukang protes yang tidak akan berhenti bicara sebelum isi hatinya tercurahkan semua. Erhardt adalah definisi dari aneh yang sesungguhnya.
Karena tidak ada orang yang diculik terlihat biasa saja malah mempermasalahkan nasib kegantengannya yang tidak selalu menggiringnya ke jalan yang mulus, ia merasa bahwa kegantengannya telah membawanya ke dasar jurang saat ini. Erhardt mendengus kesal dan mulutnya tidak pegal telah mengeluarkan ribuan huruf dalam bentuk pelampiasan kekesalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to The Past ✓
Fanfiction[Book Three] [Complete] Lanjutan dari Dandelion. Disarankan baca Dandelion terlebih dahulu sebelum baca ini. Erhardt dan Elissa sudah tumbuh dewasa, dan gara-gara sebuah buku mereka melintasi waktu kembali lagi ke zaman orangtua mereka saat masih mu...