#7 Blind

279 78 8
                                    

Seohyun mengerutkan dahi saat puterinya nampak tak bersemangat. Sejak tadi, Tzuyu hanya mengaduk makanannya. Bahkan, ia belum melihat Tzuyu memasukkan makanannya ke mulut.

"Tzuyu, kau tidak akan kenyang jika hanya mengaduk makananmu. Ayo makan."

Tzuyu menghela napas seolah beban hidupnya begitu berat. Padahal, gadis itu hanya sedang tak ingin memeriksa perkembangan pembangunan dari pabrik yang baru. Ia ingin bertemu Jungkook hari ini. Bukan pergi ke tempat panas juga berdebu itu. Meskipun, mengajar juga sama saja. Namun, perbedaannya pada kemungkinan bertemu Jungkook.

Tzuyu mendongak saat sang ayah mengusap pucuk kepalanya. Pria paruh baya itu kemudian duduk di samping anak gadisnya, mencoba mencari tahu masalah apa yang membuat puteri kesayangannya sudah memasang wajah cemeberut sepagi ini.

"Apa kau kalah tender?"

Tzuyu menggeleng dengan bibir yang semakin mengerucut. Tak mungkin ia mengatakan jika ia mencintai seseorang yang tinggal di permukiman kumuh. "Tidak ada, Ayah. Aku baik-baik saja."

"Atau ... Kau ingin mobil baru?"

Tzuyu kembali menggeleng. Ia memang sudah mulai jenuh dengan mobil lamanya. Namun, kali ini bukan mobil yang membuat suasana hatinya buruk. "Ayah, aku rumah, boleh?"

Mendengar permintaan Tzuyu, tentu Gunho juga Seohyun terkekeh. Pasalnya, puteri mereka tak semandiri yang terlihat. Mereka tak bisa bayangkan jika Tzuyu tinggal terpisah. Mungkin, dalam waktu 2 hari saja, Tzuyu akan kembali pulang. Sama seperti 2 tahun lalu, di mana Tzuyu mengatakan ingin tinggal di rumah sendiri. Pada kenyataannya, ia kembali sembari mengatakan rumahnya tidak nyaman.

"Tzuyu, kau ingin membeli rumah lagi? Pertama, belajarlah untuk mandiri. Kau bahkan akan ke kamar Eomma saat mimpi buruk."

Tzuyu mencebik. Ia bukan ingin rumah yang besar seperti rumah orang tuanya. Ia ingin rumah yang ada di dekat permukiman itu. Ia tidak masalah jika rumahnya tak besar. Yang terpenting, ia bisa dengan mudah bertemu Jungkook.

"Untuk yang itu, sepertinya kita tunda saja. Ayah akan kabulkan keinginanmu yang lain."

"Tidak mau. Keinginanku hanya itu." Tzuyu kembali mengaduk makanannya. Sekarang suasana hatinya semakin buruk karena ibu dan ayahnya tak percaya jika ia bisa tinggal sendiri. Mungkin, selama ada Hyeri, ia bisa melakukan apa pun. Berbeda dari sebelumnya di mana, ia benar-benar sendirian saat malam hari. Ia tak mungkin mengajak asisten rumah tangganya berbincang karena rasanya terlalu canggung.

Gunho tersenyum lalu kembali mengusap pucuk kepala puterinya. Untuknya, Tzuyu tetap puteri kecilnya meski sudah menginjak usia 22 tahun. Ia takkan melepasnya dengan sangat mudah. "Tidak perlu rumah baru. Ayah akan kesepian jika kau pergi. Nanti tidak ada yang berteriak saat ulang tahun."

Seohyun mengangguk setuju. Meskipun selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang pengusaha, ia akan merasa kehilangan jika puterinya pergi. "Lagi pula, suatu hari kau akan menikah. Tunggu saja sampai saat itu, baru kau bisa meninggalkan rumah ini."

Wajahnya mulai bersemu. Mendengar kata 'pernikahan' sungguh membuat otaknya langsung tertuju pada Jungkook. Seolah, otaknya sudah terprogram hanya untuk mendeteksi lelaki tampan itu.

"Baiklah, aku akan pindah jika menikah."

Dengan Jungkook Oppa.

💎💎💎

Dengan sweater rajut model turtleneck berwarna cokelat, serta dipadukan dengan rok tenis putih di atas lutut juga sepatu boot dengan warna senada, gadis itu melepas kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Ia mengembuskan napas, lalu menoleh dan berharap Hyeri akan melepaskannya. Namun, kali ini Hyeri justru menggeleng, membuat gadis dengan rambut terurai itu menghentakkan kaki dengan kesal.

"Jika kau terus kesal, aku tidak akan mengantarmu ke sana lagi."

Tzuyu mengerucutkan bibinya. "Apa tidak ada ancaman lain?"

"Tidak boleh bertemu Jungkook." Hyeri membantu Tzuyu untuk mengunakan helm berwarna kuning itu. Mereka harus masuk ke dalam, melihat bagaimana progres dari pembangunan pabrik itu.

Hyeri heran sebab gadis itu tak bertanggung jawab meski selalu mengatakan ingin punya pabrik es krim. Bahkan, Tzuyu seolah tak mau tahu soal pabrik itu. Padahal, Hyeri merasa pembangunannya terlalu lama. Apalagi, banyak orang yang dipekerjakan di sana.

"Jangan mengancam menggunakan nama Romeoku." Tzuyu mengerucutkan bibirnya sembari mengekori Hyeri. Andai tak diancam, ia tak mau ada di sana. Baginya, lebih baik mengajar dibanding ke tempat seperti ini.

Tzuyu terus menggerutu sembari melangkah masuk. Ia lantas menatap sekitar. Proses pembangunannya masih sekitar 60 persen. Ia belum bisa melihat bentuknya secara jelas. Namun, yang bisa ia lihat jelas saat ini adalah seorang pria dengan kaus hitam sedang mengangkut ember demi ember adukan di sana.

Tzuyu membulatkan mata, segera berbalik agar tak tertangkap. Ia tak tahu Jungkook akan bekerja di situ. Pasalnya, jarak permukiman dengan lokasi pabriknya yang kini sedang dibangun, cukup jauh.

Matilah aku. Penyamaranku akan ketahuan.

Lain dari penampilannya jika datang untung mengajar, kini Tzuyu sungguh mencerminkan jika ia adalah seorang puteri satu-satunya dari pemilik perusahaan besar. Bahkan, tas selempangnya terlihat sangat bermerek.

"Eh? Kau mau ke mana?" Hyeri meraih kerah bagian belakang pakaian Tzuyu. Tentu, ia takkan membiarkan Tzuyu pergi begitu saja sebelum melihat-lihat.

"Ini darurat," bisiknya. Ia menutup wajah sembari memastikan Jungkook tak melihatnya. "Romeo ada di sini. Aku harus pergi."

"Memangnya kenapa?"

Tzuyu berdesis. Ia bersembunyi di balik tubuh Hyeri yang lebih mungil dari dirinya. "Aku kan menyamar, jika ketahuan, dia tidak akan mau padaku."

Tzuyu kembali berdiri tegap saat terlintas sesuatu di otaknya. Ia melepas tas selempang dengan simbol merek ternama itu. Ia menyampirkannya di bahu Hyeri. "Anggap itu milikmu. Kau yang pemilik dan aku asistenmu. Kau harus ikut berdrama denganku, eoh?"

Hyeri terkekeh dengan rencana dadakan Tzuyu. Pasalnya, ia yakin siapa pun takkan bisa terbodohi. Tzuyu seolah punya aura sendiri yang memperlihatkan jika gadis itu bukan gadis sembarangan. Namun, ia akan tetap mengikuti permainan Tzuyu, sembari mengawasi semuanya agar sang atasan tak mudah terpengaruh. Terkadang, Tzuyu terlalu baik hingga tak mempermasalahkan jika orang yang iacintai, menguras isi rekeningnya.

"Nona, apa kau butuh minum?" Tzuyu memang bicara pada Hyeri. Namun, matanya terus melirik Jungkook yang melewatinya dengan 2 ember penuh adukan. Tentu, Suara itu membuat Jungkook terhenti. Ia menoleh, membuat Tzuyu tersenyum tak karuan–seperti biasanya.

Astaga, apa dia menguntit?

Jungkook memilih tak memedulikan Tzuyu. Lagi pula, ia ada di sana untuk bekerja. Bukan untuk meladeni gadis aneh yang terus mengejarnya seperti Tzuyu. Ia tak mau jika ia dipecat karena kurang fokus.

Apa dia seorang pangeran? Dia sungguh tidak cocok bekerja seperti itu.

"Eonni, tolong berikan gaji dua kali lipat padanya," bisik Tzuyu diakhiri senyum. Ia kembali memerhatikan lelaki itu, dibanding mengawasi pembangunannya. "Ah ya, aku juga ingin bekerja seperti itu. Ya, ya, ya? Boleh 'kan?"

"Tzu—" Hyeri menghela napas saat Tzuyu berlari menghampiri para tukang yang kini sibuk. "Astaga, tadi dia begitu kesal. Kenapa sekarang sangat bersemangat? Cinta memang akan membuatnya buta. Maka aku harus jadi mata untuknya."


💎💎💎💎💎

23 Sep 2021

Can I Love You? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang