Tasha mengerjapkan matanya saat suara bising terdengar ditelinganya. Bukan suara kendaraan melainkan suara tawa dan sorakan beberapa orang yang tengah memberikan semangat seseorang. Dengan malas ia membuka matanya dan betapa terkejutnya saat ia mendapati dirinya tengah berbaring diranjang yang tidak terlalu luas, namun cukup nyaman berada diruangan itu.
Tasha melangkahkan kakinya dan membuka pintu kamar yang entah milik siapa. Sorakan serta tawa beberapa orang semakin jelas saat ia mendekati pintu yang terbuka didepannya.
Lapangan yang tidak terlalu luas berada dilahan belakang rumah yang dihuni beberapa anak laki-laki dan perempuan, usia mereka sekitaran tujuh tahun sampai dua belas tahun. Ada juga anak-anak kecil dan dua orang bayi kembar berjenis kelamin laki-laki semakin meriahkan rumah asuh tersebut. Rumah asuh yang dijaga seorang ibu pengasuh, dua pembantu, serta dua orang penjaga kebun dan seorang sopir, menciptakan sebuah keluarga yang harmonis meskipun tidak ada ikatan darah diantara mereka.
"mba Tasha udah bangun, sini mba duduk sini.."
Tasha tersenyum lembut ke arah anak perempuan yang diperkirakan berusia belasan tahun. Beberapa anak perempuan yang sedang duduk disana menatap kedatangan Tasha dengan ramah.
"ayo.. Tendang bolanya, Rian.."
Teriakan elias membuat Tasha menatap ke arah lapangan, dimana Elias yang tengah menyemangati seorang anak laki-laki yang sedang menggiring bola kaki. Gerakannya cukup lincah, bahkan lawan pemainnya berhasil ia lewati dengan mudah.
Gollll
Elias dan beberapa teamnya pun bersorak senang saat team mereka memasukan bola ke gawang lawan. Elias yang menyadari kehadiran Tasha pun memilih keluar dari permainan dan menghampirinya yang masih menatapnya diteras belakang bersama dengan anak-anak perempuan.
"baru bangun??" tanya elias saat sudah didepan Tasha
"om, kok nggak bangunin aku.."
Elias mengendikan bahunya acuh dan duduk disebelah Tasha, meminum air mineral yang disediakan ibu pengasuh.
"kak El, ayo main lagi.."
Salah satu anak laki-laki berteriak memanggil Elias untuk bermain kembali.
"udah sore, cepetan kalian mandi terus siap-siap makan malam.." ujar Elias
Sekitar sepuluh anak laki-laki itu pun kembali masuk ke dalam rumah, menuruti ucapan Elias yang sudah dianggap kakak bagi mereka.
"kita bantu ibu Rosa sama bi Narsih ya kak El.." dua orang anak perempuan pun ikut pamit ke dapur membantu ibu Rosa menyiapkan makan malam mereka
Tasha memperhatikan beberapa anak perempuan sedang menuju ke dapur, ia pun ikut beranjak mengikuti mereka.
"mau kemana??"
Tasha yang baru saja ingin ikut serta dengan anak-anak menuju ke dapur pun terhenti saat Elias menarik tangannya dengan lembut.
"ke dapur.."
"ngapain??" tanya Elias lagi
"ya mau bantuin mereka lah om.." ujarnya
"nggak usah, mereka udah terbiasa bantuin ibu Rosa. Mendingan aku ajak kamu ke suatu tempat.."
Tanpa protes ia mengikuti Elias yang masih menarik tangannya, menuju ke salah satu ruangan yang ada di rumah tersebut. Dibukanya pintu ruangan yang ada didepan mereka, disana ada dua boks bayi yang cukup besar bahkan kesan kamar itu begitu cantik dengan hiasan beberapa mainan serta cat dinding bernuansa biru muda. Membuat suasana begitu nyaman.
"Nia, mereka sudah mandi??"
Seorang perempuan yang sedang memakaikan baju pada salah satu bayi, menoleh ke arah Elias yang sedang menatap ke arah boks bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasha ( Sayangi Aku Mama) (END)
Romance"om.." "dasar bocah, sejak kapan gue nikah sama tante Lo??" geram Elias Pria tampan, dewasa, dan sedang menikmati hasil kerja kerasnya. Ia selalu kesal dengan Tasha yang selalu memanggilnya dengan sebutan om, padahal umurnya baru tiga puluh tiga. T...