Seiring berjalannya waktu, rasa itu seakan terasa nyata. Namun, tak bisa dipungkiri jika memang kecemasan dalam suatu hal yang entah apa akan terjadi atau tidak itu terus menggrogoti perasaannya serta pikirannya.
"Flo! Panggilan nih," teriak Maysaroh diambang pintu yang bermakna jika ada yang memanggilnya.
Hampir seluruh teman-temannya menoleh ke arah Maysaroh, membuat dirinya tersipu dan sembunyi sebentar di balik pintu kelas sambil cengengesan.
"Ehm, srepet terus!" sahut Grace sebelum Flo beranjak dari bangkunya.
"Yang sebenernya ngegantung tuh siapa sih, Flo?" sindir Arely.
"Elo!" sahut Tama yang baru saja kembali ke bangkunya.
"EAAKKK!!"
"CIEE ECCIEEE!!"Gemuruh sorak dari teman-temannya setelah Arely mendapatkan respon dari Tama.
Flo pun meninggalkan mereka sejanak untuk menghampiri Aksa yang sudah menunggunya. Namun, langkahnya terhenti ketika Eggy menghalanginya saat di depan papan tulis.
Eggy memang baru masuk kelas hari ini, dengan tangan kiri yang masih di gips. Ia menunduk di hadapan Flo, membuat cewek di hadapannya itu tercengang. Hingga sebagian teman-temannya pun menyorot mereka.
"Eh, eh. Ngapain tuh!!" sorak Grace sambil bersiul dengan bantuan jarinya.
"Deg-degan gak sih?!" timpal Zeze yang turut mencomot momen ini.
Setelah Eggy jongkok di hadapan Flo. Ternyata ia hanya ingin membenarkan tali sepatu milik Flo yang berantakan. Eggy memang tak bisa menalinya dengan sempurna, tapi ia berusaha menyelipkan tali sepatu itu ke sela-selanya agar tidak mengganggu langkah Flo.
Flo membeku di tempat saat itu. "Gy, gak usah gak usah," ujar Flo merasa merepotkan.
"Gak pa-pa!" jawab Eggy setelah selesai melakukan kegiatannya tadi.
"Makasih ya!" ujar Flo saat Eggy kembali berdiri. Sedangkan di luar sana Aksa hanya memandangi mereka berdua.
"Lohalahh, tak kila mau cepak-cepak jedell!!" sahut Rudi.
"Cepak-cepak jederr, Rudd!!" omel Arely kesal.
"Ya itulah pokoknya."
Flo membalikkan badan untuk keluar kelas, dan mata Aksa sudah memandangnya, seakan minta penjelasan.
"Ehm ... ngapain, Kak, ke sini? Waktunya jam pelajaran kan," tutur Flo di depan Aksa yang sedang bersender di dinding.
Aksa memutar bola matanya lalu mengangkat kedua alisnya. "Cuma mau nyamperin aja."
Flo mengangguk, ia terdiam karena memang tak tau harus apa lagi.
Namun, yang sebenarnya ialah Aksa ingin berbincang lebih dengan Flo, tapi entah, sepertinya ia sudah tak ingin lagi setelah melihat sikap Eggy ke Flo saat di kelas tadi.
"Kalau nggak ada apa-apa, mending balik ke kelas!" pinta Flo.
Aksa meliriknya. "Eh, bukan maksud ngusir gituu, tapi kan, daripada diem-dieman gini?" sambung Flo.
"Iya, gue juga mau balik." Aksa kembali berdiri tegap setelah tadi bersender di dinding.
Sebelum ia pergi, tak lupa ia mengusap ujung kepala Flo dengan lembut. Cewek yang kini rambutnya sedikit acak-acakan itu menatap kepergian Aksa dari tempatnya berdiri.
"Lo nggak tasyakulan?" ucap Rudi mencolek bahu Grace.
Grace pun menoleh. "Ngapainn?"
"Kucing lo kan abis lahilan tuh, hahahah," seru Rudi yang ditanggapi oleh Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOGY
Teen FictionTentang meninggalkan dan ditinggalkan. Tentang pengorbanan dan keikhlasan untuk merelakan. ••0•• Sebelum itu, follow akun wp: an_riy Ig: al.vinnuri/by.an_riy