°Lentera Senja°

15 3 0
                                    

Vote before reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote before reading

*~*~*~*


Juna pov.

Cinta sejati?
Kalau boleh jujur, aku tak pernah mempercayai hal itu. Sekalipun aku menonton film Habibie dan Ainun berulang kali.

Tapi entah mengapa semenjak bertemu dengan Mella saat masa orientasi mahasiswa baru, aku mulai menyadari bahwa cinta sejati memanglah ada dan nyata.

Dan aku juga menyadari, cinta sejati bukan hanya rela mati untuk satu sama lain. Tapi juga bagaimana cara kita menjaga rasa cinta itu sampai di akhir kehidupan.

Amella Putri Senja, nama yang indah, bukan?
Seperti namanya, ia memang cantik dan indah. Dan lihat betapa hebatnya ia bisa membuat Arjuna Raka Aditya percaya akan cinta.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dan lentera ungu yang ku beli semalam adalah kadonya. Tak perlu main rahasia, kado itu memang Mella yang memintanya.

"Mas Juna!" panggil Dika. Bagaimana aku bisa langsung tau? Itu karena suara Dika yang memang khas dan suka menggelegar. Kulihat ia sedikit berlari setelah aku berbalik badan.

"Dicariin mas Johan tuh. Katanya suruh ke basecamp, mas Johan mau kasih sesuatu," jelasnya dengan sedikit terengah dan wajah pucatnya.

Aku baru teringat akan Johan yang semalam berbincang denganku via telepon.

"Oke deh. Lu mau ke basecamp juga?" tanyaku. Dika meresponnya dengan gelengan, "Ngga deh, mau balik kost aja. Lagi gak enak badan," keluhnya.

"Ya mending lu ke basecamp lah, dik. Lu kalo balik kost malah ngga ada yang ngawasin. Nanti kalo keadaan darurat gimana? Kan kost lu jauh. Dah, ayo ikut ke basecamp aja!"

Tanpa pertimbangan lagi, Dika mulai nurut dan mau untuk ikut ke basecamp.

Di perjalanan, aku berhenti sejenak di apotek dan membeli obat demam untuk Dika. Sudah seharusnya kakak merawat adiknya yang sakit kan?

Bukan, kami bukan kakak beradik biologis. Dika adalah teman seperkumpulanku, hanya saja dia memang lebih muda dariku.

Sesampainya kami di basecamp, yang kukira tadinya banyak yang datang, ternyata hanya ada Johan dan Wira.
"Dika langsung istirahat aja sana!" perintahku. Johan yang mendengarnya terlihat cukup cemas. Ditambah lagi ia melihat wajah pucat Dika.

"Dika kenapa, Jun?" tanya Johan setelah mengantar Dika beristirahat di kamar.
"Ngga enak badan katanya. Kayaknya sih demam. Tadi udah beli obat, cuma ternyata dia belum makan."

Kantong plastik yang sedari tadi ada ditangan kananku langsung ku berikan kepada Wira yang baru datang menghampiri kami.

"Nih, ra, makanan sama obatnya. Adik kesayangan lu sakit tuh. Dirawat yang bener," pesanku. Wira yang terkenal pendiam itupun hanya mengangguk dan membawa kantong itu ke kamar.

Lentera Senja || Wen Junhui [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang