Hari ini adalah hari kedua dimana Lera baru saja pulang dari rumah sakit, semenjak tiga minggu ia mendekam di sana untuk pemulihan saraf di otaknya yang terbilang melemah karna benturan keras pada saat kecelakaan waktu itu.
Luka di lengannya juga sudah sembuh, begitu juga dengan bekas jahitan operasi yang sudah mengering.
Jika dilihat dari luar keadaan tubuh Lera memang tidak terlalu buruk, namun keadaan mentalnya pada Gino tak semudah luka ditubuhnya yang mengering.
Lera masih bingung, takut, juga tiba-tiba panik jika berhadapan langsung dengan Gino sendirian. Karna dulu, sebelum kejadian yang menyebabkan dirinya terluka seperti ini. Jika ia sedang berbicara berdua dengan Gino, pria itu tiba-tiba saja langsung memukulnya, membentak, atau menampar pipinya.
Berulang kali ia mencoba biasa saja. Namun itu semua tak semudah yang diucapkan lewat mulut. Hal itu sampai sekarang ia masih mencoba untuk menahannya, dan tidak menceritakan hal ini pada siapapun. Apalagi, memperlihatkan hal seperti ini didepan umum. Sungguh, itu akan membuatnya semakin gugup dua kali lipat.
Tapi tak apa. Lera harus kuat, ia tak boleh lemah begitu saja. Dari kecil didikannya memang sudah keras bukan? Jadi ia harus belajar, belajar dan belajar untuk mengontrol perasaannya.
~Pukul 22.45 Wib
Sedari tadi Lera masih bertahan melek demi tugas kuliahnya sebagai mahasiswi. Tiga minggu dirumah sakit itu, sudah cukup membuang-buang banyak waktu untuk mengerjakan skripsinya.
Padahal anak itu baru saja sembuh, namun ia memaksakan diri untuk terus mengutak-atik skripsinya demi mengejar target dan lulus cepat demi ayahnya.
Malam ini Lera dirumah sendirian, karna Dito ada jadwal patroli ketertiban sejak sore tadi. Mungkin tak lama lagi ia datang.
Cklek
"Assalamualaikum" salam Dito pelan, ketika ia memasuki kamar.
Lera tak membalas salam dari Dito, kupingnya mendadak budek karna saking fokusnya pada laptop juga buku-buku dihadapannya.
Dito manyun, ia melangkahkan kakinya mendekat pada Lera yang duduk bersila diatas kasur sembari menatap laptop.
Cup
"Eh" Lera langsung menoleh, ketika pipinya merasa di kecup oleh seseorang.
Dito duduk disamping Lera. "Kamu mentelengin apa sih Ra? Kok sampe aku dateng aja ngga sadar?" tanya Dito sembari melirik laptop Lera yang menyala.
Lera mengerjap. "Ini,, ngerjain skripsi"
"Skripsi?" dahinya berkerut. "Udah malem, dilanjutin besok lagi aja. Inget kan kata dokter, otaknya jangan terlalu diforsir untuk memikirkan hal-hal yang berat" ujar Dito.
Jari-jari Lera yang menari diatas keyboard, kini berhenti. "Hmm...iya" Lera menurut, ia menutup buku dan laptopnya. Lalu beranjak dari kasur dan meletakkan laptop serta bukunya dimeja belajar.
"Perutnya udah dikasih salep?" tanya Dito.
Lera berjalan mendekati Dito. "Kan udah kering, tinggal bekasnya aja"
"Iya tau, kan tetep aja harus dikasih. Sekalian biar bekasnya cepet ilang" ucap Dito.
Lera mengangguk. "Emm belom, nanti dikasih"
"Sekarang aja kenapa ngasihnya?"
Lera menyipitkan matanya. "Kamu mandi dulu, nanti Lera kasih"
Dito menggeleng. "Engga mau"
Lera mengangkat sebelah alisnya. "Kamu ngga mau mandi?"
Dito kembali menggeleng. "Bukan gitu, aku mandinya nanti. Abis liat kamu pakein salep diperut"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Polgan [TAMAT]
General FictionMARI HALUU(๑¯◡¯๑) ~~~~ Follow my account Okay! [CERITA INI HANYA UNTUK UMUR DELAPAN BELAS KEATAS] Karna akan mengandung unsur kata-kata yang kurang pantas diucapkan dibawah umur Pernah nggak ditilang sama polisi ganteng, masih muda, murah senyum, ng...