#8 Sebuah Drama

277 74 10
                                    

Terik matahari juga debu, nampaknya tak menyurutkan semangat Tzuyu. Ia serius memperhatikan para tukang membawa ember-ember adukan itu. Ia kemudian tersenyum, menghampiri salah satu pekerja.

"Boleh aku membantu?"

Melihat Tzuyu, tentu membuat pria paruh baya dengan tubuh bulat itu segera membungkukan tubuh. Sudah bekerja lama di bawah perusahaan konstruksi Gunho, rasanya mustahil jika ia tak mengenal gadis kesayangan sang atasan.

"Tidak boleh, nona."

Tzuyu mencebik saat keinginannya ditolak. Padahal, menurutnya itu tak sulit. Hanya membawa ember dan ia yakin pasti bisa. Atau, tidak apa-apa jika ia mengaduk semen itu. "Aku mohon, Paman. Aku janji tidak akan mengacau."

Saat ini lelaki itu merasa serba salah. Jika ia menuruti keinginan Tzuyu, bisa saja ia kehilangan pekerjaan. Namun, jika ia tak menuruti, mungkin ia juga akan kehilangan pekerjaan. Apalagi, yang ia tahu, Tzuyu akan keras kepala dan tak ingin mendengar siapa pun jika menginginkan sesuatu. Gadis itu sungguh menyudutkannya.

Tatapan memelas membuat lelaki itu tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ia kemudian meminta Tzuyu lebih mendekat, membuat gadis itu tersenyum kegirangan. Ia tak mau ambil risiko besar.

"Tapi ... Tolong jangan buat aku dipecat."

Tzuyu tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya yang terbalut sarung tangan. "Oke, Paman." Gadis itu melambaikan tangan agar lelaki itu mendekatkan telinga padanya. Ia lalu berbisik, "Aku akan naikkan gaji Paman sebanyak dua kali lipat."

"Sungguh?"

Tzuyu mengacungkan ibu jarinya sembari tersenyum dan mengangguk. Tentu saja ia takkan berbohong. Menaikkan gaji seseorang bukanlah hal yang sulit untuknya.

Pria paruh baya itu menutup mulutnya, memberi bahasa tubuh seolah menguncinya. Lalu, ia tersenyum sembari mengacungkan ibu jari, pertanda setuju dengan perjanjian mereka berdua.

"Kajja." Tzuyu mengambil alih cangkul itu, menunggu Jungkook kembali untuk mengisi embernya. Menurutnya, pekerjaan ini cukup menarik dibanding menyusun data atau menanda tangani dokumen. Apalagi, ia bisa bekerja dengan Jungkook. Itulah bagian terpentingnya.

Tzuyu memutar malas kedua bola matanya saat Hyeri malah memayunginya. Ia meletakkan cangkul itu dengan kesal lalu berbalik.

"Tzuyu, kau bisa pingsan."

"Ya ampun, aku tidak selemah itu. Jangan buat dramaku rusak." Tzuyu mengerucutkan bibir, kesal sebab Hyeri sama sekali tak mau mengerti. Lagi pula, ia terbiasa berolahraga. Mana mungkin ia pingsan dengan mudah.

"Letakakan itu dan ayo pulang." Hyeri menunjukan sepatu boots hitam yang sebelumnya Tzuyu gunakan. Ia juga memberikan sebotol air mineral juga jaket untuknya. Namun, gadis itu menolak. Mana mungkin ia pulang begitu saja saat Jungkook ada di sana.

"Tidak mau, Eonni." Tzuyu melangkah untuk menjauh. Namun, sepatu boots itu sungguh merepotkan. Ia jadi sulit berjalan dengan cepat. Bahkan, malah terlihat aneh.

Tak ada yang berani menertawakan. Beberapa pekerja takut jika tertawa membuat pekerjaan mereka hilang. Bahkan, sebagian besar memilih fokus pada pekerjaan mereka.

Tzuyu membulatkan mata saat Jungkook berjalan menuju ke arah sana. Ia memberi kode pada Hyeri dengan matanya, meminta gadis itu untuk pergi. Terkadang, sang asisten sama berlebihannya dengan sang ibu. Padahal, ia sudah besar dan ia merasa ia sudah bisa menjaga diri agar tak terluka.

Tzuyu tersenyum saat Jungkook datang. Namun, berkebalikan dengan respon lelaki itu yang masih menatapnya dengan dingin.

Astaga, kenapa dia sangat tampan? pekik Tzuyu dalam hati. Ia begitu terpesona dengan penampilan Jungkook saat ini. Kaus itu menunjukkan dengan jelas betapa kekarnya lengan Jungkook. Oh, jangan lupakan soal dadanya yang sungguh membuat Tzuyu semakin memekik. Andai bisa, ia akan berteriak di sana.

Can I Love You? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang