CH 02

132 17 3
                                    


Gun berjalan dengan gagah nya ke bandara. Bersama dua bawahan nya di belakang. Gun menjemput Title yang katanya akan sampai hari ini ke Thailand. Itu adalah tanggung jawab Gun, karena dia adalah kakak tertua. Mengingat pekerjaan kantor nya sudah ada yang mengurus, Plan Rathavit salah satu karyawan yang Gun percaya.

Gun tersenyum saat melihat Title terlihat di hadapan nya. Title pun membalas senyuman Gun dan memeluk nya sejenak. "Kenapa kau repot-repot menjemputku?"

Alhasil, Gun menjitak jidat sang saudara. "Sudah bagus di jemput, ni anak malah protes."

Title yang kesakitan hanya bisa tersenyum. Memang kebiasaan Gun sedari dulu menjitak dahi adik-adik nya. Tentu saja bentuk kasih sayang dari nya, walaupun sakit.

"Ya sudah ayo pulang, Saint dan Mean sudah menunggu mu."

"Hahah pasti mereka merindukan ku."

Title pada dasar nya di kenal sebagai anak kalem, tentu saja tidak berlaku pada ketiga saudara nya.

Gun merangkul Title dan berjalan bersama ke parkiran.

Adarchin's house.

Karena teknologi yang canggih dan keluarga adarchin yang kaya. Pintu tempat tinggal mereka mampu terbuka sendiri.

Gun masuk di ikuti Title di belakang nya. Mean terlihat sedang membaca majalah sembari makan camilan bersama Saint, pada akhirnya berdiri setelah melihat kedatangan Title.

"Wah konser mu sangat ramai," ucap Mean menggoda sang adik dengan menepuk bahu nya.

Sedangkan Saint mengambil koper Title dan membantu meletakkan nya. Lalu kembali ke arah tiga kakak nya. Walaupun termuda tapi kasih sayang Saint pada ketiga kakak nya sudah seperti ibu yang menyayangi anak-anaknya

"Kenapa kau bisa tahu?" Title menjawab ucapan Mean.

"Karena masuk tv."

Title tertawa dengan balasan Mean. Itu sudah pasti karena dia di kenal di seluruh dunia.

"Kau pasti lelah ya?" Tanya Saint.

"Tidak, aku sudah terbiasa dengan ini."

"Baguslah, ini sudah malam, sebaiknya kita semua tidur."

Gun, Mean dan Title sama-sama tersenyum. Sedari kecil, Saint selalu seperti ini, mengerti tentang keadaan mereka walaupun diri nya sendiri di penuhi akan kesibukan.

"Saint..." Gun memegang kedua bahu Saint. "Kau kan seorang mahasiswa pascasarjana dan juga seorang koki, pasti semua nya berat bagi mu, tidak usah mengkhawatirkan kami. Kau harus fokus dengan belajar mu oke, soal restoran tempat kau bekerja, biar aku yang urus." Tutur katanya sangat lembut. Walaupun terkenal egois dan kejam. Gun tetap sayang pada semua saudara nya.

Saint hendak menangis karena terharu. Tapi dia urungkan karena malu. "Terima kasih." Saint memeluk Gun dengan penuh kasih sayang nya. Mean dan Title juga ikut memeluk mereka.

Begitulah keharmonisan keluarga Adarchin. Walaupun tumbuh tanpa kehadiran orang tua. Kasih sayang antara kakak adik saja sudah cukup untuk mereka.

GN Cooperation

Gun berangkat kantor dengan kaki pincang nya. Hayolah, kemarin dia baru saja terjatuh di kamar mandi. Membuat kaki nya keseleo. Tapi, Gun tetap bersikeras untuk bekerja karena kasian pada adik-adiknya yang sudah bekerja keras.

Homophobic FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang