Gue cuma perlu cari tau.
Shena merelakan jam tidurnya untuk mencari tahu laki-laki yang sekarang bersarang di kepalanya. Mobilnya berjalan lurus masih mengikuti seseorang di depan. Yang tidak boleh terpecah dari konsentrasinya adalah ia harus tetap menjaga jarak agar tidak dicurigai.
Shena tidak melihat jika kehadirannya bisa terendus oleh laki-laki ini. Bisa diduga kalau ia masih aman hingga ketika sebuah belokan mengantarkannya pada sebuah tempat asing. Ia terpukau. Tempat berhalaman luas yang tersembunyi dari ingar-bingar dunia luar. Bangunan itu seolah sengaja dijadikan tempat untuk berkumpul manusia-manusia ini. Ya, manusia berjaket sama yang semakin banyak berkeliaran tertangkap matanya.
Shena menghentikan mobilnya tiba-tiba. Ia tak lagi melihat orang yang sedari tadi diikutinya. Ia menyesal karena berusaha mencari ponsel yang jatuh hingga tidak bisa menjaga pandangan mangsanya. Mungkin Shena gagal.
"Kok, dia ilang, sih." gerutunya seraya memukul kemudi.
Tak lama setelahnya, Shena memutuskan untuk keluar. Sama sekali tidak takut jika sewaktu-waktu dirinya bisa saja terancam berada di tempat asing tanpa persetujuan siapa pun.
"Nyari siapa, Cantik?"
Shena terpelonjak. Ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang laki-laki berkulit putih, kurus, tinggi, dan rambutnya dicat purple metallic berjalan mendekat ke arahnya. Ia mundur selangkah, tetapi laki-laki itu justru semakin dekat.
"Tumben ada cewek cantik ke sini." Ucapnya diselingi seringai seperti serigala yang menemui mangsanya tanpa sengaja.
Shena menampik tangannya. "Jangan pegang-pegang!"
"Galak juga ternyata." Ucapnya diselingi kekehan.
"Woy!"
Suara itu. Shena sangat mengenalinya. Laki-laki yang tiba-tiba muncul di hadapannya seolah menjadi jawaban. Mulutnya dibuat bungkam dan tak berniat mengucapkan apa-apa.
"Lo kalo nggak bisa jaga sikap sama cewek, keluar dari sini. Gue gak suka sama sikap lo." Ancamnya pada laki-laki berambut purple metallic tadi. Gertakan yang Shena rasa cukup untuk membuat orang yang mengganggunya diam tanpa ingin melawan.
"Dia cewek lo? Tenang, gue gak akan ganggu, kok." Sahutnya sembari tersenyum tenang lalu menepuk pundak laki-laki yang menyelamatkan dirinya dan pergi. Shena melihat keakraban yang sebenarnya terlibat antara kedua manusia ini. Tapi di waktu yang bersamaan ia bisa melihat ketidaksukaan dari sepasang mata elang di depannya.
Tanpa kata lain, laki-laki itu memaksa kakinya berlari kecil dan memasuki area yang tidak pernah ia jelajahi seumur-umur. Shena ditarik masuk dan melewati tatapan aneh dari beberapa orang yang seolah bertanya tentangnya. Ia sekilas melihat sebuah lambang di salah satu dinding yang ia lewati.
Laki-laki itu kini melepasnya. Shena baru saja hendak mengeluarkan kalimat protes, tetapi lagi-lagi terurungkan karena ucapan yang menggetarkan tubuhnya. "Lo ngapain di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STALEMATE
Roman d'amour⚠️Harsh words, physical and psychological violence, verbal abuse, and some parts have adult scenes. Only recommended for readers 17 years and up⚠️ Apakah sebuah pengkhianatan masih bisa dimaafkan? Pertanyaan yang selalu menjadi bumerang ketika Edgar...