Kursi yang di sediakan untuk para wartawan dan beberapa orang yang hadir di persidangan satu persatu mulai terisi. Melihat sang hakim yang sudah duduk membuat beberapa kamera di segala penjuru ruang persidangan langsung mengotak-atiknya. Dan saat hakim itu mengangguk memberi aba-aba agar persidangan di mulai, spontan juga Jefan menggosok-gosokkan kedua jarinya dan menggoyangkan kakinya ke lantai beberapa kali agar tidak gugup. Seumur hidup baru pertama kalinya dia membuat kesalahan langsung di sidang dan acara sidang itu langsung di tayangkan di YouTube dan TV secara live.
Sang pengacara Una maju ke tengah-tengah sambil membawa beberapa kertas di tangannya. Postur pengacara itu menatap Jefan sejenak, barulah menatap sang hakim.
"Pada jam 09.40 di Spanyol siang hari tepatnya tanggal 17 Juni 2021, terdakwa Jefan Irsyada sedang berada di dekat korban Unalia Resyan. Keduanya sedang menaiki gunung bersama rombongan pertukaran pelajar Indonesia dan Spanyol lainnya, tetapi Una, Jefan, Sowon, Umey, Ines, Reyhan dan teman-teman terdakwa lainnya berada di barisan paling belakang.
"Pada pukul 10.00 tepatnya sebelum pukul 10.15 kejadian korban jatuh. Diduga terdakwa pergi ke toilet dan lima menit setelahnya Una jatuh dari jurang oleh laki-laki berbaju serba hitam, topi hitam, dengan tinggi 179 cm dan ciri-ciri tersebut sama persis seperti Jefan.
"Berdasarkan bukti-bukti yang ada dan beberapa para saksi yang saya dapatkan bahwa terdakwa melakukan tindakan ini bersama temannya di Jakarta. Bukti itu di perkuat ketika Jefan kembali ke rombongan pada jam 10.20.
"Motif pelaku sangat-sangat jelas ingin membalas dendam ke korban karena cintanya di tolak. Keduanya pernah menjalin hubungan, tetapi beberapa kali juga tersangka melakukan tindakan kekerasan terhadap pelaku." Pengacara tersebut menutup buku yang di pegangnya. Pandangannya menatap wajah Jefan yang terlihat sudah kesal akan penjabaran kasusnya.
"Oleh karena itu saya menuntut terdakwa Jefan Irsyada atas pembunuhan berencana berdasarkan Pasal 340 KUHP." Tutup beliau memandang Jefan dengan tatapan dingin.
Saat pengacara penuntut Una duduk, dan setelahnya terlihat sang hakim menatap pembela Jefan. "Pengacara apakah anda mengakui dakwaan?"
Reza berdiri menatap sang hakim dengan sorot mata yang yakin. "Terdakwa tidak melakukan dakwaan tersebut, dan bahkan terdakwa tidak pernah melakukan kekerasan terhadap Una saat keduanya berpacaran---."
"BOHONG!" sela sang pengacara Una langsung. "Terdakwa pernah mengguyur air panas ke tangan Una dan saya punya buktinya, yang mulia."
Kala melihat pengacara Una menunjukkan flashdisk, sang hakim menyuruh seseorang mengambil flashdisk tersebut dan memutarnya. Beberapa menit saat vidio di putar para penonton yang melihat sidang tersebut menganga tak percaya, bahkan beberapa dari mereka langsung ada yang mencela Jefan terang-terangan.
"Yang mulia itu editan!!! Itu vidio saya saat Ines menguyur tangan saya menggunakan air panas!!" sahut Sowon berdiri.
Tok!
Tok!
Tok!
"Penonton harap jangan membuat ke gaduhan!" kata sang hakim.
Sowon kembali duduk dengan muka di tekuk. Umey yang duduk di sebelahnya pun langsung menenangkan gadis itu. "Sabar, Sowon. Kita punya bukti yang lebih kuat dari pada mereka."
"Enggak yang mulia, mereka salah. Saya ada beberapa foto dan video Una dan Jefan saat mereka berpacaran, dan di vidio tersebut keduanya tampak bahagia," jelas Reza sambil menunjukkan beberapa bukti-bukti yang dia dapatkan.
Melihat vidio miliknya sudah di putar, Reza maju di tengah-tengah. "Ijinkan saya memanggil beberapa saksi bahwa Jefan tidak pernah melakukan kekerasan terhadap Una selama keduanya pacaran," mohon Reza pada sang hakim.
Hakim mengangguk.
Dan kini di tempat duduk saksi sudah ada Alex yang mendudukinya. Setelah cowok itu mengucapkan janji bahwa dirinya tidak akan berkata bohong akan kesaksiannya, cowok itu menatap ke arah Jefan sejenak. Memberikan senyum terbaiknya agar Jefan tetap semangat.
"Jadi ... sebagai teman terdekat terdakwa dan korban apakah anda pernah melihat terdakwa melakukan tindakan kekerasan?" tanya Reza.
"Tidak," ujar Alex langsung. "Bahkan korban cerita ke saya bahwa dirinya cinta sama terdakwa itu asli bukan paksaan, dan selama ini saya tidak pernah melihat terdakwa melakukan tindakan kekerasan terhadap korban."
"Lalu apakah vidio yang tadi di putar itu benar-benar Jefan yang melakukannya?"
"Itu editan. Liat saja peletakan dari vidio tersebut ada yang tidak pas dan bahkan beberapa barang yang tidak ada di sekolah kami, di vidio tersebut malah ada."
"Kenapa anda begitu yakin akan opini anda?" tanya Reza kembali.
"Saya sahabat Una. Dia menganggap saya seperti Kakak kandungnya, dan beberapa hal yang harusnya menjadi rahasia Una, rata-rata dia ucapkan semuanya ke saya," balas Alex.
"Dan saya berkata benar apa adanya. Bukan karena Jefan teman saya, saya berbohong untuk menyelamatkan dia, tetapi emang benar Jefan tidak melakukan kekerasan ataupun tuduhan percobaan pembunuhan. Saya punya buktinya yang mulia," akunya membuat jaksa dari Una menaikkan salah satu alisnya ke atas.
"Apa?" tanya sang hakim.
"Tepat sebelum satu hari pertukaran pelajar di pulangkan. Saya bersama teman-teman menemukan sebuah topi di TKP. Di topi tersebut terdapat DNA rambut dan sidik jari pelaku," jelas Alex membuat beberapa wartawan terkejut.
"Tindakan mereka mengambil bukti itu melanggar hukum yang mulia!!" bentak pengacara Una. "Udah tau ada garis polisi kenapa mereka lewati! Itu sama saja mereka melanggar hukum."
Alex memutarkan tubuhnya menghadap sang pengacara yang tadi menunjuk-nunjuk ke arahnya dengan wajah arogan. "Kalau tindakan saya melanggar hukum, lantas apakah editan vidio anda bukan melanggar hukum?"
Melihat respon dari sang pengacara hanya diam, kembali duduk membuat senyum sinis Alex terbit. "Topi, hasil DNA, dan sidik jari nya ada di pengacara, yang mulia."
Alex menatap Reza. Memberinya kode agar mengambil barang bukti tersebut. Reza yang di tatap langsung menunjukkan bukti-bukti tersebut ke beberapa kamera dan setelahnya barulah ia memberikan pada sang hakim.
"Dari bukti tersebut dan dari fakta bahwa orang yang menaiki gunung terlambat itu berjumlah 15 orang terdapat 6 orang yang hasil DNA nya sama seperti hasil tes, dan hanya satu oranglah yang cocok 100% dengan sidik jari pemilik topi tersebut," kata Reza tersenyum penuh arti.
Bertepatan dengan keadaan yang makin sengit karena tidak menemukan titik terang apakah Jefan pembunuh aslinya atau bukan. Pintu dari ruangan persidangan terbuka, dan karenanya juga beberapa netra langsung mengarah ke orang tersebut.
"Dan dia adalah orang yang saya maksud. Orang yang pemilik DNA dan pemilik sidik jari dari topi itu," tunjuk Reza seseorang yang baru masuk ke ruangan, karena itu banyak pasang mata menatap ke arah pintu terkejut kala tau siapa yang di maksud Reza.
***
24-oktober-2021Yey tamat^^
Lama ye? Sorry...
Enggak rela endingnya gantung? Hubungan lo ame doi di gantung aja rela😭 hahaha canda.
Mau ada part spesial? Gue jabanin hehehe tapi asal lu semua sabar nunggu nya karena emang gue bukan anak hukum:)
Kalau ada yang kurang dalam persidangannya juga mon maap. Referensi gue cuman dari drakor:')
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lies || Eunkook
Fanfic[Romantis-Komedi-sad] Kau tau hal apa yang palingku benci didunia ini? PERSAHABATAN. Ya persahabatan, persahabatan bisa sejahat iblis dan bisa sebaik malaikat. Namun, yang ku temui di dunia ini adalah sahabat yang sejahat iblis. Se...