senja kala itu

409 46 3
                                    


Sudut pandang Hinata shoyo 

Kulihat matahari telah terbit dan memancarkan sinarnya. Manusia yang terbangun untuk melakukan kegiatannya di hari ini, dan aku yang terbangun karena mimpi buruk.

Ku lihat di sekeliling ku, tak ada siapapun yang berdiri di sampingku, tak ada yang meneriaki ku untuk bangun lebih awal, dan yang aku lihat hanyalah alat alat rumah sakit.

Tuhan, aku tak tahan dengan semua rasa sakit ini, jika aku boleh mengulang waktu, aku ingin kembali dimasa sma ku, aku ingin kembali bermain voli bersama temanku.

Tuhan sakit ini menyiksaku.

Sudut pandang orang ketiga

Flashback hinata sma.

Senja dikala itu

Sudut pandang hinata shoyo.

"Di antara awan yang menggumpal, dan sang matahari yang mulai tenggelam jauh di ufuk barat.

Bolehkah aku menyerah?, berpura  pura itu tidaklah menyenangkan, tertawa dalam tangis yang tak terlihat, tersenyum seolah diri paling kuat.

Padahal nyatanya, aku hanya seorang yang gagal melangkah, bak balita yang tidak bisa berjalan, terseret dalam angan yang memabukkan,
Tanpa pernah terpikir bahwa itulah, yang akan menimbulkan duka yang tidak terbantahkan." Gumam ku.

Senja adalah waktu yang kutunggu setiap hari, saat senja aku selalu bercerita tentang apa yang terjadi, menangis saat senja itu mungkin sudah jadi rutinitas ku.

Aku terdiam dan sedikit mengingat kata ibu ku dulu.

"Senja mengajar kan kita untuk ikhlas dan rela akan sebuah kehilangan, dan senja membuat kita sadar bahwa semua hal pasti akan ada akhirnya."

Kata kata itu muncul di kepala ku, seakan memberi isyarat agar aku mengikhlaskan kepergian ibuku.

"Bu.. Aku sudah ikhlas, semoga kau tenang ya di sana" Gumamku.

Matahari tenggelam dan bulan datang. Aku berjalan melewati rumah rumah para warga. Sesampainya aku di rumah aku menemukan natsu sedang menangis di ruang tamu.

"Hey mengapa kau menangis, jika ada masalah sini ceritakan pada ku, kau pasti butuh pendengar yang selalu mendengarkan semua keluh kesah mu kan?" Ucapku menggenggam tangan natsu.

"Kak, aku tak ingin kehilangan lagi, aku takut aku tak memiliki siapa siapa lagi di dunia."

"Walaupun semua orang meninggalkan mu, aku janji akan tetap bertahan. Natsu, aku akan selalu ada dengan mu, aku kakak mu. "

Natsu menangis sejadi-jadinya lalu memelukku. Aku berusaha menenangkannya, betapa kejamnya dunia ini terhadap keluarga ku.

Hampir 30 menit waktu yang ku butuhkan untuk menenangkan natsu, dan sekarang ia sedang sibuk   masak untuk makan malam, aku jadi teringat ibuku saat natsu memasak.

Dahulu aku sering memeluk ibuku saat ibu sedang masak, lalu pasti ibu bilang.

"Jangan mengganggu nanti kau terkena minyak atau kepanasan" Ucap Ibu di waktu itu.

Dan sekarang semua hanya kenangan, ibuku meninggal akibat terjatuh dari tangga. Ibu meninggal saat senja, langit tampak indah saat itu, dan ibuku meninggal saat aku berulang tahun.

Senja di hari itu adalah senja yang sangat indah tapi juga senja yang membawa kesedihan yang mendalam.











See you next chapture


Ayoo follow biar dapat info lainnya (≧∇≦)/

ebola • Haikyuu [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang