2. Fanasya Qila Giandra

46 12 0
                                    


Haiii makasih banyak buat yang vote komen dichapter satu, jangan lupa ya vote komen dichapter ini hehehe.



Happy Reading



Berbeda dengan Alkana, Fanasya Qila Giandra adalah anak tunggal kaya raya yang terlihat sangat kesepian.

Walaupun orangtuanya punya segudang harta Fanasya tidak menikmati kekayaannya itu.

Dulu hidup Fanasya baik-baik saja, tapi semenjak orangtuanya cerai hidupnya tidak jelas sama sekali dan ia jadi jarang berinteraksi dengan orang lain bahkan orangtuanya sendiri.

Sekarang ia tinggal bersama Mamanya. Tetapi ia lebih sering murung di dalam kamar atau galeri lukis yang terletak di samping rumahnya.

Ia lebih sering menghabiskan waktunya untuk melukis dan mendengarkan lagu di sana untuk menghilangkan sejenak beban yang ada di dalam kepalanya.

Dan hari ini ia harus kembali sekolah seperti biasanya. Ahh Fanasya sangat membenci hari Senin untuk bersekolah apalagi untuk bertemu temannya satu ini yang sangat menyebalkan.

Tetapi ia sangat sayang pada temannya walaupun sesekali ia ingin melempar cup yang terisi cat penuh ke kepala temannya itu.

°°°°°

Fanasya tidak seperti Alkana yang susah untuk di bangunkan, ia sudah bangun sejak pukul 5 dini hari. Fanasya pun segera mandi dan memakai seragam lengkap sesuai jadwal karena hari ini akan upacara bendera.

Lalu ia turun ke bawah dan mendapati Mamanya yang sedang sibuk dengan kegiatannya menyiapkan makanan untuk sarapan.

"Aduhh Mama masak apa sih baunya sampai ke kamar Asya, kayaknya enak nih hahaha." Ucap Fanasya sedikit menggoda Mamanya.

"Bisa aja kamu ah Mama cuma masak nasi goreng kesukaan kamu kok." Jawab Tania sejujurnya.

"Ini masih pagi banget Asya kamu kenapa udah rapi saja, Mama baru mau bangunin kamu."

"Hehe iya soalnya nanti mau upacara bendera." Jawab Fanasya sembari memakai ikat pinggangnya.

"Memangnya kamu yang menjadi petugasnya?" Tania bertanya lagi.

"Enggak sih" Jawab Fanasya sambil menyengir tidak bersalah.

"Mama enggak kaget juga sih, lebih kaget kalo kamu beneran yang jadi petugas upacaranya." Tania menjawab dengan tertawa kecil.

Fanasya hanya memutar bola matanya mendengar jawaban Mamanya yang sedikit menyebalkan.

Tania sudah menyelesaikan membuat nasi goreng yang pasti dengan telur mata sapi kesukaan anaknya itu dan segera menuju meja makan untuk dihidangkan bersama.

"Hmm gak pernah salah deh buatan nasi goreng Mama, enak banget parah" Puji Fanasya sambil mengunyah nasi goreng yang penuh di dalam mulutnya.

"Hati-hati tersedak, habiskan dulu yang di mulut baru ngomong" Peringatan Tania dengan nada yang sangat halus.

Fanasya mengunyah halus-halus makanannya itu dan menelannya lalu mengulang pujiannya tadi yang terdengar tidak jelas.

"Emang gak pernah salah deh buatan nasi goreng Mama, Enak banget parah  sampai mau meninggal Asya astaga." Ulang Fanasya dengan nada yang terdengar lebay ditelinga Tania.

Tania hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

Fanasya di rumah memang sedikit cerewet tetapi kalau sudah di luar rumah ia bisa saja menjadi seorang introvet.

Kanvas yang Telah UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang