Prolog

472 79 22
                                    

Cinta dan takdir adalah dua hal yang tidak bisa dihindari. Cinta sebuah fitrah, karunia yang Tuhan berikan pada setiap makhluk. Begitu juga dengan takdir, di mana setiap makhluk sudah memiliki peristiwa hidup yang digariskan oleh Tuhan.

----


Seneca, gadis yang baru berusia 18 tahun itu baru saja menginjakkan kakinya di bangku kuliah. Entah untung atau buntung, karena masa-masa itu adalah masa terandom baginya. Di mana dia harus dituntut untuk menjadi dewasa karena keadaan, harus bisa berpikir logis dan kritis dalam memecah semua persoalan, padahal Seneca belum benar-benar siap menghadapinya. Apalagi kalau sudah urusan sama cinta, duh ribet deh pokoknya!

Iya, masalahnya Seneca belum punya pengalaman soal jatuh cinta. Dia bahkan takut jatuh cinta, karena sering ditakut-takuti oleh ayahnya, katanya sakit hati itu lama sembuhnya, susah juga dapet obatnya.

Tapi masalahnya cinta itu kan fitrah, jadi mau mengelak, menghindar atau sembunyi pun tetap saja setiap manusia pasti bisa merasakannya.

Nah, di sanalah masalah Seneca dimulai!

Karena penasaran, dia mulai banyak bertanya entah itu kepada orang tua dan sahabatnya. Akan tetapi respon keduanya jelas berbeda.

----

Respon Ayah sama Ibu:

"Ayah, kayanya Neca lagi nggak baik-baik aja deh."

"Maksudnya?"

"Ih Ayah, gini loh! Neca itu nggak sengaja saling tatapan sama cowok, lekat banget sampe jantung Neca tuh berdebar dan kaya hampir copot! Kalau menurut ayah gimana?"

Ayahnya memandang Seneca dengan serius, tak kalah serius dengan Seneca yang menunggu tanggapan dari ayahnya.

"Oh itu. Jantung berdebar itu artinya sinyal kalau kamu jangan tatapan lagi sama orang itu. Kalau perlu nggak usah deket-deket lagi sama cowok itu. Pokoknya jaga jarak, bahaya!"

Seneca mengernyitkan dahinya, karena tanggapan sang ayah terdengar tak masuk akal.

"Ayah kamu bener. Dulu Ibu juga kaya kamu waktu nggak sengaja tatapan sama ayah, lekat sampai jantung berdebar nggak karuan. Tapi, ibu malah abai sama sinyal bahaya itu dan akhirnya terjebak hidup sama ayah sampai sekarang," terang Laila ketika duduk bergabung bersama suami dan anaknya.

"Bu.."

Terlihat jelas jika raut wajah sang suami sangat tak nyaman. Wajar saja, suaminya pasti mulai resah karena anak perempuannya mulai merasakan jatuh cinta.

"Neca, kamu mungkin tertarik sama cowok itu. Tapi belum tentu juga kamu lagi jatuh cinta, jadi kamu harus cari tau lebih jauh perasaan kamu itu," Laila menjelaskan lebih jauh kepada anaknya.

Sedangkan suaminya semakin gelisah.

"Ah gitu. Oke, nanti Neca cari tau, ini cinta atau bukan."

"Cowoknya ganteng?" tanya Ibu penasaran.

"Menurut Neca sih ganteng, kharismatik, pinter, lucu, terus..."

"Stop!"

Abdi lantas berdiri, dia tak tahan ketika anak gadisnya mulai memuji laki-laki lain di hadapannya. Tolong, dia belum siap!

"Neca, sayaaang. Fokus kuliah aja ya Nak, cinta-cintaannya nanti aja pas udah wisuda," wajahnya begitu memelas.

"Lah, gimana sih? Neca aja baru mulai kuliah ini."

Seneca, Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang