Chapter 85

70 4 1
                                    

Morisaki dan Wakabayashi sedang berlatih mandiri di sebuah lapangan.
"Haaah aku takkan sehebat Monsieur Boruto. Tendangan penaltinya CR7 saja bisa ia tepis", kata Morisaki.
"Jangan pernah berpikir seperti itu, Morisaki", kata Wakabayashi sembari lalu menepis bola yang diluncurkan lewat sebuah mesin peluncur bola.
"Habisnya mau bagaimana lagi? Di sini sudah jadi kiper kedua dan skillku pun tidak bagus - bagus amat. Bagaimana aku bisa mengikuti jejakmu ke Eropa kalau begini?", tanya Morisaki sembari menepis bola, tetapi tidak sesemangat Wakabayashi.
"Tinggal banyak berlatih keras". Wakabayashi lalu menepis bola yang mengarah ke sudut kanan bawah gawangnya menggunakan split. "Lalu". Ucapannya terpotong karena dua bola sekaligus mengarah ke dirinya dan keduanya berhasil ditepis. "Lalu jangan terlalu banyak mengeluh. Masih banyak waktu untuk memperbaiki diri, Morisaki. Camkan itu!".

Morisaki mengangguk lalu bersiap menepis bola selanjutnya.
"Sekarang fokuskan dirimu dan bersama kita hentikan bola - bola ini", kata Wakabayashi.

Setelah latihan, Morisaki menonton video youtube. Ia menemukan video laga Prancis vs Portugal.
"Sedang apa kau Morisaki?", tanya Wakabayashi.
"Aku sedang melihat video di mana Monsieur Boruto berhasil menepis tendangan penalti Mr. Ronaldo", kata Morisaki.
"Nampaknya menarik". Wakabayashi lalu ikut duduk di samping Morisaki. Mereka berdua lalu menonton video tersebut hingga selesai daaaan....

"Sugoi", kata Wakabayashi dan Morisaki memuji.
"Aku tak menyangka remaja seperti dia berhasil menepis tendangan penalti seorang Mr. Ronaldo yang selalu masuk. Mana dia juga merupakan kapten lagi. Pencapaian yang bagus untuk seorang kiper muda", kata Wakabayashi.
"Haaaah, kuharap saja dia mau datang ke sini setelah Euro 2020 selesai. Aku perlu belajar banyak darinya", kata Morisaki.
"Aku juga. Meskipun aku merupakan kiper utama di tim ini, tetapi tak ada salahnya belajar dari seorang bocah".
Morisaki sontak menatap Wakabayashi. "Bocah?".
"Saat kulihat profilnya, umurnya masih 16 tahun".
"Naniiiiiii!? Enam belas tahhuun!?". "Kau tidak salah dengar, Morisaki".
"Itu berarti kita akan benar - benar diajari cara menepis bola oleh seorang kiper berusia bocah. Haaah, benar- benar akan menjadi pengalaman yang unik".
"Memang".

Sementara itu di tempat lain, Tsubasa dan Roberto berada di kota Bucharest, Rumania. Di sana sedang diselenggarakan pertandingan 16 Besar antara Belgia vs Prancis.
"Aaah. Belgia vs Prancis. Duel antara dua negara berbahasa Prancis", kata Roberto.
"Kau benar Roberto, ini pasti akan menjadi pertandingan yang menarik... dan tentunya juga sengit", ujar Tsubasa. "Namun apa kau tahu, Roberto. Momen Mr. Ronaldo gagal penalti sampai jadi meme lucu. Duuuh, mau ketawa takut dosa".
"Memangnya meme nya seperti apa, Tsubasa?".
"Sebentar, biar aku ambil ponselku dulu". Tsubasa merogoh ponsel dari kantongnya dan mulai mencari meme penalti Ronaldo yang berhasil ditepis.

"Ahahahahahah baru kali ini Mr. Ronaldo diejek kiper lawan", kata Roberto ngakak.
"Sebenarnya ditambah yang ini. Itu sudah untuk yang kedua kalinya, Roberto", kata Tsubasa.
"Begitukah? Berarti penaltinya yang berhasil ditepis oleh Mr. Cech itu adalah yang pertama".
"Meskipun lucu, tetapi aku bisa mendapatkan pelajaran di sini. Sehebat apapun seorang striker pasti suatu saat tendangannya bisa ditepis oleh kiper, yang bahkan di atas kertas tidak mampu menepisnya".
"Jangan terlalu cepat menilai dan harusnya Mr. Ronaldo siap untuk yang tak terduga, itu yang kurang darinya sehingga tak mengherankan kalau ia jadi emosi bukan main saat penaltinya berhasil ditepis. Bahkan sampai membuang ban kaptennya".

Pertandingan Belgia vs Prancis begitu panas. Hingga 90 menit berjalan belum ada gol.
"Kalau seperti ini apakah tak ada pemenangnya?", tanya Tsubasa.
"Masih ada kesempatan yaitu melalui babak extra time 2 x 15 menit. Dan jika memang tak bisa, maka akan dilanjutkan dengan adu penalti", kata Roberto. "Meskipun sebenarnya, kalau mau tanding ulang dalam selang waktu satu hingga dua hari ke depan juga tidak masalah".
Tsubasa sontak menoleh ke Roberto. "Apakah itu artinya akan ada tanding ulang?".
"Ada. Namun itu berlaku hanya saat tahun - tahun pertama Piala Euro dilaksanakan yaitu sekitar tahun 60an".
"Berarti aturan tersebut tidak berlaku lagi untuk sekarang". Tsubasa lalu menatap ke lapangan dan membatin. "Ayo Monsieur Boruto, berikanlah penampilan terbaikmu. Kau pasti bisa".

Di lapangan, hingga babak extra time berakhir, skor masih kacamata. Adu penalti pun menjadi penentunya.
"Ini dia. Penalty shoot-out alias adu penalti. Babak di mana pemain paling berbakat bisa jadi seperti pemain amatiran", kata Roberto.
"Memang apa sulitnya mengambil penalti? Setahuku tinggal menendang saja", kata Tsubasa.
"Kau harus fokus  fisik dan terutama mental saat akan melakukan penalti, tekanan - tekanan baik dari dalam maupun luar lapangan dapat mempengaruhimu secara signifikan dalam mengambil keputusan sebelum menendang bola ke gawang lawan", kata Roberto. "Kau tahu? Ada banyak pemain hebat yang gagal dalam mengeksekusi penalti, yang kesemuanya itu gara - gara faktor mental dan juga tekanan yang terlalu mempengaruhi mereka. Jadi dengarkan perkataanku yang satu ini bila kau ingin jago dalam mengeksekusi penalti, jangan biarkan tekanan - tekanan dari dalam dan luar lapangan mempengaruhimu. Kau harus tetap fokus dan bayangkan saja jika kau tengah mengambil penalti sendirian tanpa ada sorakan fans baik yang mendukung maupun menghinamu".
"Baiklah sekarang aku memahaminya, terima kasih Roberto".
"Sama - sama, Tsubasa".

Belgia memilih Lukaku sebagai eksekutor. Ia menendang namun Boruto berhasil menepisnya. Sekarang, Prancis memilih Mbappe sebagai eksekutor. Ia mundur cukup jauh dan melesatkan bola ke gawang Courtois yang sebenarnya mampu membca arah bola.
"Wow. Benar - benar adu penalti yang menarik, keduanya saling melakukan tendangan keras. Namun Monsieur Lukaku tidak berhasil masuk, sedangkan Monsieur Mbappe bisa", kata Tsubasa.
"Apa kau tahu Tsubasa, sebenarnya apa yang dilakukan Monsieur Mbappe itu nyaris mirip dengan aksi tendangan fenomenal yang dilakukan oleh bek legendaris asal negara kelahiranku yaitu Mr. Roberto Carlos", kata Roberto. "Bedanya hanyalah bolanya tidak melengkung dan dilakukan di kotak penalti".
"Memangnya ada apa dengan tendangannya Mr. Carlos sehingga sefenomenal itu, Roberto?".
"Jadi begini awal mulanya. Saat Brazil berpartisipasi dalam turnamen kecil jelang Piala Dunia 1998 di Prancis dan kebetulan pula saat itu timnas Brazil melawan timnas Prancis di turnamen tersebut, Brazil mendapatkan kesempatan mencetak gol melalui free kick. Mr. Carlos pun maju sebagai eksekutor, dia lalu meletakkan bola di depannya dan mengambil ancang - ancang mundur cukup jauh hingga hampir di bulatan tengah lapangan. Dan setelah ia melakukannya, dia lalu berlari sekuat tenaga dan menendang bola sekeras mungkin dengan kaki kirinya sehingga bolanya melengkung dan akhrinya masuk ke sisi kiri sedikit ke kanan gawang kiper timnas Prancis saat itu, Monsieur Fabian Barthez".
"Gabungan dua tendangan jadi satu. "Tiger Shoot" nya Hyuga dan "Kamisori Shoot" nya Soda. Mungkin aku akan mempelajarinya agar tembakanku lebih bervariasi. Terima kasih inspirasinya Roberto... Monsieur Mbappe", batin Tsubasa takjub.

Beberapa penendang kemudian, Belgia memilih Hazard sebagai eksekutor. Hazard mengambil ancang ancang namun ia malah terpeleset sehingga tendangannya hanya seperti operan ke Boruto.
"Ya ampun Monsieur Hazard benar - benar malang, apa yang dipikirkannya sehingga bisa - bisanya dia terpeleset begitu?", tanya Tsubasa.
"Aaah, peristiwa terpeleset ala Mr. Terry yang kembali terulang", kata Roberto. Tsubasa memandang Roberto dengan pandangan bingung.
"Iya. Peristiwa seperti ini sudah kedua kalinya terjadi dan dipelopori oleh mantan kapten Chelsea yakni John Terry, saat final Champions League 2007/08 yang mempertemukan Chelsea vs Man. United di Stadion Luzhniki, Moskow, Rusia. Jadi pada saat itu Mr. Terry menjadi eksekutor penentu setelah penendang sebelumnya berhasil memasukkan bola ke gawang Man. United yang saat itu dijaga oleh Herr Van Der Sar. Namun untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak, Mr. Terry malah terpeleset saat berniat mengarahkan bola ke sudut kiri gawang Van Der Sar sehingga bola mengenai tiang dan tidak masuk. Mr. Terry pun hanya bisa dibikin terduduk lemas karenanya".
"Untung saja tawaku belum pecah. Karena tentunya berdosa bila melakukannya".

Bebrerapa penendang kemudian, tak ada satupun pemain Belgia yang bisa mencetak gol ke gawang Boruto. Hingga akhirnya Griezmann menajdi eksekutor penentu.
"Baiklah... ini dia, eksekutor penentu. Bila masuk maka habislah sudah harapan Belgia untuk melaju ke fase berikutnya, sementara bila yang terjadi adalah sebaliknya maka harapan masih terbuka", kata Roberto,
"Jangan sampai gagal, Monsieur Griezmann", ucap Tsubasa dengan nada berharap.

Griezmann mengambil ancang - ancang, ia mulai menendang dan akhirnya gol. Seluruh pemain timnas Prancis berhamburan di Area Nationala.
"Yattaaaaaa! Tembakan yang bagus Monsieur Griezmann", kata Tsubasa memuji.
Roberto tertawa simpul sambil bertepuk tangan singkat. "Dan kerja yang bagus pula untuk Monsieur Boruto, dia benar - benar melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai seorang kapten".
"Dan sekarang tinggal menunggu lawan di babak gugur selanjutnya".
"Kau benar Tsubasa. Sekarang ayo, kita pergi". Tsubasa mengangguk lalu pergi meninggalkan Area Nationala bersama Roberto.

TBC...

Vote and Comment, Please!

Goalkeeper's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang