Part 9 | Love, Guilt, and Please - Last Kiss and A Birthday Present

15K 746 54
                                    

 

Kalian makan apa nih, buat makan siang? Klo aku makan roti coklat karena baru bangun jam 12😳

Jangan lupa vote, komen, dan share ya💞






  DI PERJALANAN pulang, Riana melahap tteokbokki dan kimbap yang diberikan Ardan. Jam memang masih menunjuk ke angka 7 malam, tapi Riana harus cepat pulang agar Eros tidak terlalu marah kepadanya. Jika dia pulang lebih malam, maka Daddy-nya itu mungkin tidak akan memaafkannya.

  "Ayo buka mulutnya," pinta Riana seraya menyodorkan satu kimbap pada Ardan yang sedang menyetir mobil.

  Ardan menurut, membuka mulutnya dan menerima suapan dari Riana. Setelah ciuman pertama mereka tadi, keadaan menjadi seperti semula dan tidak canggung sama sekali. Hal itu tentu saja melegakan untuk Ardan yang tidak tahu cara mencairkan suasana.

"Kamu tahu gak, kalau tahun depan aku udah di kelas 12?" tanya Riana disertai dengan keluhan.

"Ya, aku tahu. What's your plan?"

"Eum... rencananya aku mau kejar Administrasi Bisnis."

"Dimana?"

"Di Abhikara. Aku mau banget masuk kesana," ujar Riana penuh harap.

  "Abhikara? Maksud kamu, Abhinata Sanskara University?" tanya Ardan dengan alis terangkat satu.

  "Iya. Kamu gak yakin ya, aku bisa masuk kampus itu?" Riana mendengus pelan. Abhikara University memang merupakan kampus swasta terbaik di negara ini, bahkan sudah masuk 30 besar perguruan tinggi terbaik di dunia. Wajar sekali jika semua orang meragukannya. Walaupun seleksi masuk Abhikara University sangat sulit melebihi seleksi masuk perguruan tinggi negeri, Riana dan teman-temannya sudah sepakat untuk menyogok pihak kampus agar mereka bisa masuk ke perguruan tinggi ternama itu dengan mudah.

  "Bukan. Aku alumni kampus itu, Riana," ujar Ardan sabar.

  Riana hanya mangut-mangut mendengarnya. "Gimana tes masuk kampusnya?" tanyanya penasaran.

"Yaa, kayak tes masuk biasanya. Yang penting belajar," ejek Ardan dengan senyum miringnya.

  "Nyebelin banget," cibir Riana sebal, lalu melahap dua buah kimbap sekaligus hingga mulutnya penuh. "Itu, belok kiri!" serunya sambil menunjuk perumahannya, Margen Residence.

"Rumah kamu disini?" tanya Ardan, sedikit terkejut. Bagaimana tidak? Dulu Ayahnya pernah bercerita bahwa mereka pernah hampir tinggal di Margen Residence. Namun sayangnya, 30 unit rumah yang dijual langsung terjual habis dalam 1 jam sehingga mereka gagal mendapatkan rumah di perumahan elite ini.

"Ya, kenapa?" tanya Riana seraya membuka jendela dan tersenyum pada satpam agar memperbolehkan mereka masuk. Karena Ardan datang bersama Riana, pria itu tidak perlu memberikan KTP pada satpam.

"Gak apa-apa sih, dulu Papaku ngincer rumah disini juga, tapi gak dapet," jawab Ardan jujur.

Riana hanya menghela napasnya, lalu memberi isyarat pada Ardan untuk memutar setir mobil ke arah kiri dan sekarang mereka sedang melalui jalanan lurus menuju kawasan rumahnya yang agak jauh dari lingkungan tetangga. Mungkin saat ini, untuk pertama kalinya dia melewati jalanan ini tanpa ditemani oleh keluarga atau sopirnya.

  "Eh berhenti disini aja," pinta Riana langsung. Akan sangat berbahaya jika dia turun di depan rumah. Bahkan sepertinya, saat ini Daddy-nya sudah menunggu di ruang tamu dan bersiap untuk memarahinya.

Guilty Pleasure [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang