Malais
Sebuah perasaan yang tidak jelas karena kegelisahan atau kekesalan.
🌼🌼🌼
Haura
Sebagian orang memaknai hari Minggu sebagai hari libur, hari untuk istirahat dan hari untuk membuang penat setelah berkutat dengan berbagai macam drama selama seminggu. Iya drama kehidupan yang memang ga akan pernah ada habisnya.
Tapi sayang, kayaknya hari Minggu ku sama dengan hari-hari yang lain, bedanya yaitu aku lebih banyak menghabiskan waktu di sebuah ruangan yang menjual berbagai macam kebutuhan pokok sehari-hari.
Iya, aku bekerja di salah satu minimarket dekat sekolah.
"Chan, mbak berangkat dulu ya? Kalau ada apa-apa telfon mbak aja. Mam jangan lupa, obatnya diminum" ucapku sambil mengikat tali sepatu yang entah apa warnanya
"Iya mbak, siap. Hati-hati dijalan yaa. Nanti pulang jam berapa?" Echan bertanya sambil memberikan sebotol air minum ditangannya
"Kalau temen mbak on time paling jam tujuh sudah sampai rumah. Kenapa?"
"Gapapa, cuma tanya aja. Yasudah sana berangkat, nanti telat diceramahi sama om kumis, hahahaaa" echan ketawa sambil meraih tangan kananku, minta salim.
Iya, meskipun dia nyebelin tapi he have a good attitude, always.
Ngga perlu waktu lama buat sampai di tempat tujuanku. Jaraknya ngga begitu jauh, 15 menit dari rumah.
Seperti biasa, Kak Jo sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Anak pertama pemilik toko yang selalu tepat waktu perihal apapun.
"Pagi Kak Jo" sapaku seramah mungkin
"Pagi juga Ra. Sudah sarapan?" Kak Jo menjawab tak kalah ramah
"Sudah kak, Haura masuk dulu ya kak hehe"
Awkward hehe. Selalu begitu kalau berhadapan dengan laki-laki, except Iyan dan echan. Pasalnya selain mereka aku gapunya teman, bahkan temanku bisa dihitung. Ngga kek temanya Iyan, yang kayak buih dilautan, dimana-mana ada. Wajar sih, dia ganteng dan friendly abis wkwk
Btw, Iyan lagi apa ya. Laki-laki yang tidak bisa menolak permintaan dari seorang perempuan. At means dia terlalu baik dan selalu baik ke semua orang.
"Pagi adek, kerjaannya selain jaga toko ngalamun juga ya?" suara laki-laki yang baru saja aku omongin di kepala.
"Ngapain?"
"Judes amat dah, kangen" jawabnya sambil geli sendiri.
"Dangdut dah lo Yan, beli apasih pagi-pagi banget begini?" Aku penasaran, kan biasanya dia tidur udah kek orang mati anjir.
"Tadi dimintai tolong sama mbak Mita suruh beliin roti tawar, katanya dia lagi red day?"
"Yamana gue tau, roti tawar tuh maksudnya pembalut bukan sih?"
"Iya kayaknya, yang ukurannya 350 cm katanya, ada gak dek?"
"Panjang amat anjir, mau dibuat nutupin candi apa gimana hahaa" jawabku sambil cekikikan
"Eh 350 mm dek, ayo tunjukin dimana letaknya"
Dia menarik tanganku menuju rak tempat roti tawar itu berada. Persis kayak anak kecil haha. Ngga habis fikir, kok mau sih dia beli ginian. Apa gak malu ya kalau dilihat teman sekolahnya.
"Lo gak malu Yan beli ginian?" Tanyaku sambil mengecek harga di meja kasir.
"Ngapain malu dek, kan aku pake baju. Yakan gapapa, namanya juga dimintai tolong. Masa gamau, gaenak dek" jawabnya sambil ngeluarin selembar uang lima puluh ribuan.
YOU ARE READING
No Longer
Подростковая литератураDimanapun kamu butuh, aku ada. Dimanapun kamu sedih, aku sedia. Dan dimana kamu bahagia, disitu tugasku selesai.