19. Apa definisi cukup?

11.9K 1.1K 38
                                    

“Ghani, kalo habis main di bawah jangan lupa dirapiin lagi ya,” kata Nia sambil tiduran di sebelahnya. Mereka sedang boboan bareng karena anak itu minta ditemani takut setan. Karel lagi kemah, Genta sedang belajar, dan Dista tak akan mau diganggu oleh adiknya.

“Katanya aku mainnya di bawah aja sama Lego, tapi diomelin, ughh,” rengek anak itu.

“Iya tapi diberesin lagi, kalo ada orang nginjek kena ujungnya kan sakit. Kalo jatoh terpeleset gimana?”  Nia memeluk mendekap Ghani erat.

Anak itu sudah tidak memberontak, Nia berharap semua ini tak akan berakhir ketika Bu Karmi kembali nanti. Nia takut Ghani akan menjauh dan melupakannya lagi bagai orang asing seperti sebelumnya.

“Ahhh, nggak mau.”

“Atau kasih tahu Mama kalo mainannya udah selesai mau diberesin, biar rapi dan nggak hilang-hilangan balok Lego-nya.”

“Ya udah, aku bilang ke Mama nanti kalo habis main.”

Nia mengambil ponsel membuka aplikasi jual beli online. Tangannya mengulir sebuah produk mainan anak-anak menggambar dengan pasir warna-warni dalam tabung mirip pensil besar. “Mau beli ini nggak buat warnain gambar? Ghani suka gambar-gambar, 'kan?”

Ghani terlihat antusias memajukan wajahnya ke layar ponsel. “Mau mau. Mau gambar yang banyak. Mau ... mau, aku yang pilih gambarnya, Mama!” teriak Ghani heboh dan berisik.

Nia yakin sekali kini bahwa Ghani ini memang mirip Karel suatu saat nanti. “Iya nanti Mama bantuin biar warnanya rapi ya?”

“Mama bakal bantuin?”

“Ya iya dong, nanti Ghani susah jadi belepotan warnanya.”

“Ghani bisa!! Tapi pernah warnain buku, kata Mas Karel warnanya keluar-keluar.”

“Makanya nanti mainnya sama Mama ya?”
Ghani mengangguk imut.

Usai memastikan Ghani tidurnya sudah terlelap  Nia kembali ke kamar asalnya. Di atas kasur terlihat Garsa sudah tidur nyenyak. Nia menepiskan perasaan yang diam-diam menyusup ke hati. Wanita itu mempertanyakan diri sendiri, apa dia sudah cukup untuk suaminya?

Saat Nia memejamkan mata mau tidur, dia mencium aroma wangi yang masih samar bisa dihirup. Tidak semenyengat wangi yang waktu itu tetapi Nia yakin ini aroma yang sama. Aroma manis yang menenangkan. Hatinya menjadi tiba-tiba sesak saat mengingat bahwa itu adalah aroma Vanilla. Wangi yang pernah disebut sebagai wangi parfum milik Amanda.

Kenapa masih ada wangi-wangi Amanda, padahal orang itu sudah pergi?

Daripada ketakutan jika Amanda muncul dalam bentuk hantu, melainkan Nia menjadi lemas karena dadanya rasanya diremas kuat dan sesak. Apa ini perbuatan dari seseorang yang sedang merindukan perempuan itu? Dugaannya, Garsa masih senang dengan aroma milik Amanda. Entah dia menyukai wangi itu juga atau karena sedang rindu dengan wangi mantan istrinya.

Nia harusnya tidak boleh kesal, dia hanyalah orang baru dalam kehidupan mereka. Aroma manis itu masih menemani Nia yang melamun menatap langit kamar. Hal itu membuatnya sadar menegaskan bahwa statusnya di rumah itu masih dipertanyakan untuk apa gunanya.

Apakah Nia sungguhan dipilih sebagai istri yang amat dicintai atau hanya sekadar figuran untuk menemani seorang pria agar tak berdiri, tidur, makan, dan berbicara sendiri.

Jika begitu, pantas saja lelaki tak mau menyentuhnya, dianggap hanyalah sebagai temannya. Teman hanya untuk mengisi ruangan kosong.

💍💍💍

Akhirnya Nia bisa memiliki hari bebas setelah beberapa hari melaluinya dengan begitu cepat penuh drama melelahkan. Di hari Minggu ini ada acara arisan keluarga di rumah lamanya.

CompromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang