Astoria tidak bersalah, jika ada orang yang harus disalahkan, maka itu aku. Aku bersalah karena tidak memberitahu Astoria kalau aku sudah menikah. Sehingga perempuan itu terus mendekatiku dan menaruh perasaan padaku. Tentu, aku juga memiliki perasaan yang sama padanya, sebelum aku menikah dengan Granger. Kami sudah berhubungan sebelum aku menikahi Granger. Maksudku, bukan hubungan pacaran tetapi masa pendekatan.
Granger juga tidak bersalah. Lagi-lagi ... akulah yang bersalah. Bersalah karena telah memperkosanya, membuatnya hamil, dan melibatkannya terjebak denganku.
Saat itu kami berada di pesta pernikahan Blaise dan Pansy. Ya, mereka juga mengundang Granger karena entah bagaimana Pansy tiba-tiba bisa bersahabat dengannya. Semuanya terjadi begitu saja ketika aku mabuk berat di pesta itu. Aku tahu itu memang Granger, tetapi aku tidak tahu kenapa aku melakukan hal bejat itu padanya. Aku hanya ingat sebagian memori waktu itu, bahkan aku tidak ingat bagaimana lekuk tubuh Granger. Ahh ... shit, bisa-bisanya aku masih memikirkan hal semacam itu.
Aku terpaksa menikahinya karena Father dan Mother mengancam tidak akan memberikan warisan keluarga Malfoy jika aku tidak menikahi Granger. Argh ... Granger sialan, atau aku yang sialan?
Saat aku membuka pintu kamar, tatapanku langsung tertuju pada wanita berambut brunette yang tengah bersandar di ranjang sambil membaca buku dengan wajah masamnya. Dia marah padaku. Aku melepaskan jas dan dasiku lalu menyimpannya di sofa.
"Kau marah padaku?" Sial, kenapa aku masih bertanya seperti itu.
Dia menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya dari buku. Aku tahu dia hanya pura-pura membaca.
"Kau tidak bisa menyalahkannya. Kami sudah berhubungan sebelum aku menikahimu," ucapku tanpa sadar. Astaga Draco, kau hanya akan memperburuk keadaan.
Dia langsung menatapku beberapa detik, kemudian melemparkan buku yang tadi dia baca ke arahku. Sekarang dia benar-benar marah, wajahnya juga sudah memerah karena emosi. Aku menghela napas perlahan, lalu mengambil buku yang tergeletak di lantai itu dan menyimpannya di nakas. Kemudian aku mendekatinya dan duduk di pinggir ranjang. Aku sempat melihat judul bukunya, 'Tips-tips Istri dan Ibu Hamil'.
"Kau mau aku bagaimana?" tanyaku berusaha menahan emosi dan berusaha mengatakan sesuatu yang tidak akan memperburuknya lagi.
"Pergilah," jawabnya pelan, kemudian langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Kau yang pergi! Ini rumahku! Lagipula sedari awal aku berniat mendekati Astoria dan berhubungan dengannya, tetapi tiba-tiba kau datang dan bilang meminta pertanggung jawaban! Kau menghancurkan hidupku Granger," bentakku penuh emosi. Aku memang sulit sekali mengontrol amarahku. Sial, sial, masalah ini akan semakin kacau.
Wajahnya tersentak kaget saat aku membentaknyanya, dan dia mulai menangis tanpa suara. "Kau yang menghancurkan hidupku, Draco. Kau mengahancurkan impianku dan semuanya," ucapnya lalu beranjak pergi dari kamar. Aku sama tersentaknya saat dia memanggil nama depanku.
"Grang---er, tunggu," panggilku.
Namun terlambat, dia sudah pergi melalui jaringan floo.
.
"Aku akan memenggal kepalanya," ucap Blaise ketika Hermione selesai menceritakannya.
Ya, Hermione datang ke Zabini Manor, untuk bertemu dengan Blaise dan Pansy. Dia tidak bermaksud mengadu pada sahabat Draco, tetapi dia butuh menceritakannya pada Pansy. Setidaknya itu membuat Hermione sedikit lega.
"Aku akan memotong kemaluannya," sahut Pansy frontal. Hermione sampai menahan tawa saat mendengarnya. Sementara Blaise malah mengangguk setuju.
"Jangan lakukan apa-apa, aku tidak mau dia tahu kalau aku ada di sini." Hermione berseru.
"Tapi dia harus diberi pelajaran, Hermione. Dia sudah keterlaluan!"
"Lagi pula dia pasti tahu kalau kau ada di sini," sahut Blaise.
"Tolong jangan beritahu dia. Aku ... aku butuh waktu. Aku tidak tahu harus pergi ke mana lagi selain ke sini. Orang tuaku sudah mengusirku, keluarga Weasley juga sudah tidak menganggapku," ucap Hermione yang kembali menangis.
Pansy segera memeluknya. "Oh ... Hermione, jangan sedih, aku akan selalu membantumu."
"Blaise ... Pansy sayang ... yuhuu ... I'm coming."
Tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang dari arah perapian. Theodore Nott berjalan dengan membawa beberapa totebag belanjaan. Dia baru pulang liburan dari Australia dan langsung menemui sahabatnya.
"Hei aku sudah membawa oleh-oleh kalian. Oh ... hai Hermione, kau mau oleh-oleh juga? Di mana Draco?" Theo bertanya santai.
"Theo!!!" teriak Pansy kesal karena datang di saat yang tidak tepat.
"Pansy, kurasa Hermione butuh istirahat," ucap Blaise yang langsung diangguki oleh Pansy, dia lalu mengantar Hermione ke kamar tamu.
"Apa yang terjadi, Mate?" tanya Theo penasaran. Blaise lalu menceritakan masalah Hermione dan Draco.
"Sialan, dia harus diberi pelajaran!" geram Theo setelah Blaise menceritakan semuanya.
Blaise mengangguk. "Pansy bahkan berniat untuk memotong kemaluannya."
.
"Bagaimana ini Lucius?" tanya Mother dengan wajah cemas dan khawatirnya yang menurutku terlalu berlebihan.
"Tenanglah, Cissy. Kau sudah mencarinya di rumah keluarga Weasley?" tanya Father padaku.
Aku mengangguk. "Orang tua Hermione dan keluarga Weasley bilang mereka sudah mengusirnya dan tidak pernah berhubungan dengannya lagi."
"Draco Malfoy, kalau sampai terjadi sesuatu pada menantu dan cucuku, kau benar-benar tidak akan mewarisi harta keluarga Malfoy!" teriak Mother penuh emosi.
"Kau tidak boleh pulang sebelum menemukan Hermione," sahut Father.
Aku tahu kalau mereka begitu menyayangi menantunya itu, tetapi bisakah mereka lebih membelaku? Aku anak kandung mereka sendiri! Aku segera pergi lagi mencari Granger. Granger kau begitu menyusahkanku!
Kenapa aku baru terpikir sekarang? Tentu saja, pasti di rumah Pansy. Dengan cepat, aku langsung pergi ke Zabini Manor.
•••
•
•
•TBC
Hai, maaf udah beberapa minggu baru bisa update. Aku udah mulai sibuk praktik di bagian produktif.
Please give me vote and comment, for next. Thanks.
Love💚
WS
15 Oktober 2021