Selamat membaca! Semoga suka. 🤗❤
*******
"Lo ngajak gue bolos?" tanya Azriel menatap Bila dengan tatapan tidak percaya. Gadis itu membawanya ke taman bermain yang cukup jauh dari sekolah.
Bila menganggukkan kepalanya seraya duduk di sebuah ayunan yang hanya muat untuk satu orang. "Lagian cuman sekali." Gadis itu seperti biasa tersenyum manis ke arah Azriel yang langsung berdecak malas.
"Lo itu kelas berapa sih?" Azriel sama halnya duduk di sebuah ayunan tepat di samping Bila.
"Tumben nanya," ucap Bila dengan senyum bahagia. Selama sebulan ini, kedua kalinya Azriel bertanya.
"Yaudah. Jangan dijawab" balas Azriel seraya menatap ke arah lain.
"Marah?" goda Bila membuat Azriel memutar matanya.
"Diem. Cepat ngomong sesuatu yang penting itu, biar gue gak liat wajah lo lagi." Azriel benar-benar ingin Bila berhenti menganggunya. Ketika dirinya datang dengan Bila, semua murid kompak menunduk bahkan ada yang berlari-an. Dan hal itu, membuatnya kurang nyaman.
Bila memajukan bibir tipisnya, ia bahkan menghentak-hentakan kakinya ke tanah. Gadis berwajah imut itu, kesal. Tidak bisakah Azriel bersikap sedikit lembut untuknya? Semenjak dijauhi oleh semua murid, Bila kesepian. Dia butuh teman, makanya berusaha mendekati Azriel yang menurutnya baik, meski dingin. Intinya, Bila nyaman dekat dengan Azriel. Dan tidak menyesal telah membuntuti pria itu ke mana-mana.
"Gue kelas sebelas," kata Bila menatap Azriel dengan tatapan lesu.
"Kenapa sikap lo gak sopan? Jelas-jelas gue kakak kelas lo," sahut Azriel menatap Bila yang malah tersenyum lebar.
"Sorry, gue gak suka manggil kakak kelas pake sebutan 'kak', apalagi cuman beda satu tahun," balas Bila membuat Azriel berdehem.
"Salam kenal. Gue Nabila atau Bila," ucap Bila seraya mengulurkan tangannya. Azriel mengabaikannya, bahkan menatapnya dengan tatapan malas.
Bila menghembuskan napas panjang. Tangannya pun kembali memegang tali ayunan. Tatapannya langsung menatap ke depan, raut wajahnya berubah menjadi sendu.
"Lo ngerasa aneh gak? Setiap gue dateng, semua orang langsung nunduk. Ada juga yang lari gak jelas. Sikap mereka kayak takut sama gue. Tapi gue gak tau alasannya." Azriel langsung menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Gak ada yang mau ngomong sama gue, orang yang biasanya ngobrol sama gue, tiba-tiba diam, terus jauhi gue. Kalo lo jadi gue, lo juga pasti ngerasa aneh. Kenapa sikap mereka tiba-tiba berubah secara barengan? Apalagi, kemarinnya, masih kayak biasa." Bila mencurahkan apa yang dia rasakan selama satu bulan ini. Tatapannya sendu, sudah sangat jelas jika hatinya sangat sakit.
"Terus gue harus ngelakuin apa?" tanya Azriel tanpa sadar. Dia merasa kasihan kepada gadis yang raut wajahnya berubah menjadi sendu, biasanya selalu ceria.
"Lo mau jadi temen gue gak? Gue bener-bener kesepian," ucap Bila menatap Azriel dengan tatapan memohon. Dia tidak memanfaatkan ketampanan Azriel seperti wanita-wanita pada umumnya. Bila hanya membutuhkan seseorang yang selalu ada di sampingnya. Seperti Amira, tapi, dia sama saja dengan yang lain.
"Gak mau dan gak akan pernah." Azriel mengatakannya tanpa menatap wajah Bila.
"Seenggaknya bantu gue buat nyari tau kenapa mereka tiba-tiba jauhin gue!" Bila memaksa, dia sudah putus asa. Dia lelah jika harus mencari orang lain lagi.
"Cari orang lain aja." Azriel menatapnya dengan tatapan datar.
"Lo doang yang bisa bantu gue." Tatapan dan nada suara itu membuat Azriel menatap ke arah lain.
"Please," pinta Bila. Kedua matanya berkaca-kaca, dia tidak bersandiwara. Azriel langsung menghela napas kasar, dia bingung harus menjawab apa.
"Gimana kalo gue gak ngebantu sama sekali?" tanya Azriel menatap Bila yang langsung tersenyum tipis.
"Gakpapa. Asalkan lo selalu ada di samping," sahutnya cepat dan tulus.
Azriel kembali menatap ke arah lain, dia benar-benar bingung. Dia satu sisi dirinya tidak enak jiga tidak menuruti perintah Rafka untuk menjauhi Bila. Tapi, dirinya merasa kasihan kepada gadis itu. Azriel sangat bingung. Sebenarnya, dirinya sedikit nyaman dekat dengan Bila, meski dia banyak bicara dan menganggunya.
"Lo gak modus, 'kan?" tanya Azriel memastikan.
"Nggak. Cowok ganteng gak lo aja," ucap Bila polos.
Azriel terkejut mendengar ucapan gadis berwajah imut itu.
"Terus, kenapa lo deketin gue?" tanya Azriel ingin tau.
"Nyaman," jawab Bila masih dengan tatapan yang sama.
"Nyaman? Gue ngerasa sikap gue ke lo selama ini gak terlalu baik. Kok bisa nyaman?" Azriel heran.
"Gue juga gak tau." Bila mengidikan bahunya.
Azriel menghela napas pelan. Dia harus berpikir jernih.
"Oke. Kita temenan. Tapi kalo dalam satu minggu lo atau gue ngerasa gak nyaman karena sikap masing-masing. Kita berhenti aja," ucap Azriel setelah membuat keputusan. Untung saja, otaknya berjalan dengan baik.
"Oke, setuju!" Bila mengangguk setuju. Tangan mereka saling bergenggaman dengan senyum yang berbeda. Bila yang bahagia, sedangkan Azriel tersenyum sinis. Azriel akan membuat gadis itu tidak nyaman dengan sifatnya. Namun berbanding terbalik dengan Bila yang berniat membuat Azriel nyaman berteman dengannya.
*******
Hari pertama.
Bila dan Azriel tengah berjalan santai menuju gerbang, mereka tidak berangkat bersama. Bila yang menunggu Azriel di parkiran. Senyum bahagia terlihat jelas di wajah gadis yang berjalan sangat dekat dengan Azriel.
"Temen emang kayak gini? Bukannya terlalu deket, ya? Semua orang bakal ngira kalo kita ini bukan temenan, tapi pacaran," bisik Azriel tepat ditelinga Bila.
"Gue gak tau. Gue cuman nyaman. Sebenarnya, baru pertama kali gue temenan sama cowok," balas Bila yang sama halnya berbisik. Gadis itu harus sedikit berjinjit, lantaran tinggi mereka cukup jauh.
"Apa?" Azriel sangat terkejut mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh gadis itu.
Bila malah tersenyum manis, sangat manis. Membuat Azriel berdehem keras seraya menatap ke arah lain. Mau bagimanapun, Azriel normal. Dia juga menyukai senyum manis wanita. Maksudnya, wanita tipenya.
"Eh, tunggu. Kita gak punya nomor masing-masing," ucap Bila yang baru teringat. Dia dan Azriel menghentikan langkah kaki mereka tepat di halaman belakang sekolah.
"Penting banget?" tanya Azriel dengan raut wajah polos.
Bila berdecak. "Yaiyalah! Masa lo gak tau? Temenan itu bukan cuman diluar. Tapi, harus telponan atau saling balas pesan," katanya menatap Azriel dengan raut wajah malas.
"Kalo tau bakal seribet ini, gue gak bakal temenan sama lo," ucap Azriel seraya memutar kedua bola matanya malas.
"Keliatan banget gak pernah temenan," ujar Bila menatap Azriel yang menatap ke arah lain.
"Kasian," ledek Bila membuat Azriel menatapnya kesal.
"Diem atau gue berhenti jadi temen lo?!" ancam Azriel.
"Kalo kita berhenti, lo gak bakal tau rasanya temanan," balas Bila tidak mau kalah.
Azriel menyerahkan ponselnya. Bila tentunya terkejut, lalu tersenyum senang. 'My friend!' gadis itu menamainya di ponsel Azriel. Dan pria itu tengah mengetik nomornya di ponselnya. Bila penasaran apa yang dia tulis di kontaknya. Setelah saling mengembalikan ponsel. Bila langsung melihatnya, dia terkejut. Namanya 'Azriel' sungguh sangat dingin. Apakah Bila bisa bertahan berteman dengan pria itu?
******
Revisi 01.06.2022, 09.52
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened? (TAMAT)
Teen Fiction**** Bagaimana rasanya dijauhi oleh semua murid secara tiba-tiba? Nabila hanya merasa bingung sekaligus ingin tau alasan mereka melakukan itu. Jika hanya beberapa orang, ia memaklumi, mungkin orang itu tengah mempunyai masalah. Namun, ini semua muri...