"Sebuah memori haruslah diikhlaskan meski terasa pahit, sebab sekuat apapun bersih keras melupakan akan selalu melekat di kehidupan layaknya hantu. Jikalau sejarah saja tidak dilupakan ataupun di hapus, lantas mengapa harus melakukan itu?"
-Agaraya-
Setelah bangun, Raya langsung menunaikan ibadah shalat sholat, selepas itu dia langsung mandi dan mengenakan seragam sekolah.
Gadis itu menuruni anak tangga sendirian. Lantas, matanya meredup melihat suasana setiap hari di rumahnya hanya ada kata sepi dan sunyi. Tak ada suara celotehan papa, tak ada harum masakan mamanya.
Sontak dirinya menatap foto masa kecilnya bersama keluarganya yang terpanjang di dinding. Dirinya langsung menatap lekat merasakan kebahagiaan yang dulu pernah dialami. Muncul memori lama tentang keluarganya.
****
Di sebuah rumah mewah, nampak seorang gadis cantik berambut panjang tengah duduk bersama kedua orangtuanya.
Gadis itu terlihat sangat gembira mendapatkan perhatian dan kasih sayang kedua orangtuanya.
"Ma, Pa. Kalian tahu sesuatu ga?" tanya gadis kecil itu dengan senyum menampakkan giginya tersusun rapi.
Lantas mamanya langsung mengelus rambut gadis kecil itu. "Apa sayang?"
"Bagi Raya kasih sayang dari Mama dan Papa itu lebih berharga daripada apapun." Papanya pun langsung memeluknya. "Raya memang gadis yang pintar. Jadi makin sayang kamu."
Lantas, Mamanya pun juga ikut memeluk gadis itu. "Mama harap sampai kapanpun Raya begini terus, bisa bahagia."
Gadis itu melepaskan pelukan kedua orangtuanya lalu mendongakan kepalanya. "Raya akan selalu bahagia saat Papa sama Mama ada buat aku."
"Papa sama Mama janji bakal selalu ada buat Raya dan ngga akan ninggalin Raya," tutur kedua orangtuanya tuanya.
Gadis itu pun langsung mengangkat kedua jari kelingkingnya kepada mama dan papanya.
"Makasih Pa, Ma," tutur Raya.
"Sama-sama sayang."
Papanya pun mengambil sebuah kamera dan meletakkan di tengah ruangan.
"Ayo, Raya sama Mama kita foto bareng," ajak papanya.
"Yeah." Gadis itu meloncat-loncat kegirangan diatas kursi sampai akhirnya terjatuh.
"Huaa Papa, Mama, sakit, " lirih gadis itu menatap lututnya yang terdapat garis merah.
"Gapapa sayang, cup-cup jangan nangis." Papanya mencoba sepenuh hati menenangkan hati putri semata wayangnya.
Mamanya pun langsung berlari mengambil kotak P-3K untuk mengobati luka putrinya.
Setelah menemukan kotak itu, Mamanya langsung mengambil betadine dan mengolesinya ke lutut Raya menggunakan kapas.
"Pelan-pelan Ma,"Pinta gadis kecil itu sambil meringis menahan sakit.
"Iya sayang," tutur Mamanya lalu menutup luka itu menggunakan plaster.
"Nah, udah ga sakit, kan?" tanya Papanya.
Gadis itu menggeleng lemah."Masih Pa."
"Nanti pasti sembuh kok, jadi Raya jangan sedih lagi." Mamanya menepuk pundak gadis itu.
"Iya Pa, Ma. Makasih udah sayang sama Raya."
"Kalau gitu kita foto bareng yuk."
Kini mereka berdua berfoto bareng dengan urutan Raya kecil ditengah, Mamanya disebelah kiri Raya sementara Papanya di sebelah kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Novela Juvenil"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...