Hope you like it
and
Happy reading~----oOo----
"Makasih banyak udah nganterin gue pulang," ucap Aerin seraya tersenyum manis. Kemudian memberikan helm yang dipinjamnya dari Vano kepada Elang. "Yuk masuk dulu!" tawar Aerin.
Elang menggeleng setelah menerima helm tersebut. "Lain kali aja. Udah ditungguin anak-anak di MB," tolaknya halus.
"MB?" tanya Aerin mengernyit kebingungan.
"Mizor's Basecamp, markas besar Mizor," jawab Elang menjelaskan yang kemudian mendapat anggukan paham dari Aerin. "Kalo gitu gue cabut dulu. Sampein salam gue ke orang rumah, hehe." Elang kembali menyalakan mesin motornya dan menurunkan kembali kaca helm yang dikenakannya.
"Oke. Hati-hati di jalan!"
Setelahnya motor sport berwarna kuning itu melaju dengan kecepatan standar dan menghilang ditelan belokan.
Aerin membuka gerbang rumahnya setelah beberapa saat terdiam dan menghembuskan napas berat. Dilihatnya sang bunda tengah sibuk menyirami anak kesayangannya di taman depan rumah dengan selang di tamgan. Sampai pada akhirnya tatapan sayu penuh sayang itu beralih menatapnya, Aerin tersenyum manis dan berjalan mendekat.
"Assalamualaikum, Bunda," ucapnya seraya menyalimi Arumi.
"Wa'alaikumsalam." Arumi menghela napasnya panjang. "Sekarang jam berapa? Kenapa baru pulang? Memang kamu udah ada ekskul sampai bisa pulang jam segini? Bunda pernah izinkan kamu pulang telat tanpa ada alasan khusus? Sekarang apa alasannya?" sembur Arumi dengan berbagai pertanyaannya. Aerin sampai dibuat tercengang lantaran bingung harus menjawab pertanyaan yang mana dulu.
"Itu Bun, anu, itu." Aerin menggigit bibir bagian dalamnya bingung harus mengatakan apa. "Tadi ada kepentingan sama kepala sekolah," ujarnya, setelahnya kedua matanya terpejam takut-takut kalau Arumi marah.
"Masuk!" Kalimat singkat itulah yang keluar dari bibir Arumi. Setelahnya wanita paruh baya itu kembali dengan aktivitasnya.
Aerin membuka matanya, menilik wajah sang bunda dengan rasa bersalah. "Maaf, Bun," katanya. Kemudian berlalu dari hadapan Arumi dengan kepala tertunduk dalam.
Saat Aerin masuk, rumahnya begitu sepi. Sunyi. Agam mungkin masih ada urusan di restoran. Sedangkan di rumahnya sama sekali tidak ada asisten rumah tangga yang menjadikan mereka hanya tinggal bertiga saja.
Kesunyian itu berakhir ketika terdengar sebuah nada nyaring yang berasal dari hp yang Aerin genggam. Setelah dilirik ... oh ternyata panggilan dari orang tampan yang paling ia rindukan.
Wajah lesu Aerin berubah seketika melihat rupawannya pujaan hati yang terpampang di layar hpnya. Aerin tersenyum lebar, lebar sekali sampai-sampai kedua matanya menyipit dan membentuk sebuah lengkungan manis.
"ALAN!!!" teriakannya melengking sampai-sampai Alan yang berada di seberang sana menutup telinganya.
"Jangan keras-keras! Aku lagi latihan," tegur Alan yang kemudian membalikkan kameranya dan memperlihatkan lapangan outdoor yang dipenuhi laki-laki dengan baju basket yang basah akan keringat.
"Wih, Tora makin berotot, ya." Aerin memberikan tatapan memuja kepada sahabat kekasihnya itu.
Namun sepersekian detik kemudian kamera kembali dibalikkan oleh Alan, menampakkan wajah masam laki-laki itu. "Aku tutu-"
"Eh, jangan!" Aerin memekik ketika Alan hendak mengakhiri panggilan ini. "Aku cuma bercanda." Aerin menghembuskan napasnya jengah. Pacarnya ini terlalu sensitif.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDA: Evanescent✓
Jugendliteratur❝Udah selesai ya? Maaf udah naruh rasa tanpa peduli aturan semesta. Walau nggak bisa bersama, seenggaknya semesta pernah jadi saksi betapa bahagianya gue waktu sama lo.❞ - Garda Edrian Kartanegara ❝Ketemu sama lo itu, ibarat gue terjebak situasi bom...