4.PAPAH

3 3 0
                                    

"Sesungguhnya hal yang paling sangat susah untuk dilakukan adalah rasa IKHLAS, dan yang paling mudah dilakukan adalah BERPURA-PURA."
-
-
-
"Selamat Membaca"

Pada saat ingin ke dapur, tanpa sengaja Shisi tengah melihat Iyas melamun di kamarnya sambil memegang sebuah Poto di tangan kanannya. Tanpa disadari olehnya kini satu tetes air matanya terjun begitu saja, Shisi yang tidak kuat melihat semuanya dia pun menghampiri sang Papah ke dalam kamar.

"Pah." Panggil Shisi pelan sambil menepuk pelan pundak Iyas.

Iyas yang menyadari kedatangan Shisi dia langsung menghapus air matanya yang sempat terjun tadi dan berusaha menyembunyikan dari Shisi, tapi sayangnya Shisi sudah mengetahui lebih dulu.

"Papah nangis ya?" Tanya Shisi, sambil melihat raut wajah Iyas yang begitu lesu dan juga poto yang ada di tangan kanannya.

Iyas menghembuskan nafasnya, lalu tersenyum kearah Shisi. "Ah ngak sayang, itu tadi Papah ga sengaja netesin air mata."

"Pokonya Papah harus janji sama Shisi, Papah ga boleh nangis kaya tadi lagi, kalo Papah nangis Shisi juga ikutan nangis nanti apalagi kalo sampe Shasa tahu."

"Iya, Papah janji sama Shisi, Papah ga bakal nangis lagi." Iyas tersenyum sambil mengangkat jari kelingking nya.

Shisi pun ikut tersenyum melihatnya, lalu dia membalasnya dengan pelukan hangatnya untuk sang Papah yang tengah bersedih saat ini.

"Yaudah Pah kalo gitu Shisi ke balik ke kamar ya mau istirahat, Papah juga harus istirahat."

"Siap bos muda, ini Papah juga udah ngantuk banget, huwaaaaaaaaaa." Iyas menutupi mulutnya yang terbuka oleh tangan kanannya.

"Good night pah."

"Good night sayang."

***🍁***

Di tempat berbeda Shasa tengah duduk melamun di atas balkon kamarnya, menikmati hembusan angin yang menyentuh tubuhnya, melihat bintang-bintang di atas langit yang sudah gelap gulita, entah apa yang ada dipikiran Shasa saat ini, yang jelas dia mendapatkan ketenangan kembali di dasar hatinya malam ini, tapi dia juga masih merasakan luka yang tidak pernah hilang di dasar hatinya.

Shasa merasa iri terhadap sang bintang yang mendapatkan ketenangan meski begitu banyak bintang yang lain diantaranya. Shasa terus menatap salah satu bintang yang bersinar terang sekali diantara bintang yang lain, senyumnya mengembang di wajahnya saat melihat bintang tersebut, lalu dia berkata sangat pelan "Ibu." sampai dia tertidur diatas sana.

Jarum jam terus berputar sampai tiba waktunya pukul 01.00 pagi, Shasa yang terbangun karena merasa hembusan angin yang semakin dingin terhadap tubuhnya. Lalu dia menyadari bahwa dirinya tertidur di atas balkon semalam, secepat kilat Shasa bergegas pindah ke atas kasur sebelum ada orang yang datang ke kamarnya dan melihat kalo dirinya tidur di atas balkon.

Shasa pun melanjutkan tidurnya di atas kasur yang empuk miliknya. Dan benar saja setelah beberapa menit Shasa berpindah, bi Cun masuk ke kamar Shasa untuk mematikan lampu kamar Shasa, karena Shasa sering lupa mematikan lampu kamarnya itu.

***🍁***

Sudah pukul 05.00, Shisi terbangun dari tidurnya dia langsung bergegas mandi dan merapihkan dirinya untuk pergi bekerja serta mengantarkan adiknya ke sekolah. Setelah semuanya selesai Shisi pergi ke dapur untuk membuat satu gelas susu untuk dirinya dan dua gelas lagi untuk Shasa dan sang Papah.

"Selamat pagi bi."

"Pagi non."

"Shasa udah bangun belum bi?." Tanya Shisi sambil mengaduk susu yang sedang diseduh olehnya.

"Sudah non, tadi bibi sudah membangunkannya mungkin sekarang dia lagi bersiap siap buat berangkat ke sekolah."

"Makasih ya bi." Shisi tersenyum ke arah bi Cun.

"Ga usah bilang makasih non, ini semua sudah jadi tanggung jawabnya bibi selama bibi ada di rumah ini."

Shisi mengangguk, "kalo gitu Shisi mau panggil Shasa dulu ya bi."

"Iya non silahkan, makanannya sudah bibi sajikan di atas meja ya."

"Okeh bi makasih ya."

Bi Cun membalasnya dengan senyuman, tanpa ada percakapan lagi dengan bi Cun, Shisi pun pergi ke atas untuk mengajak adiknya sarapan terlebih dulu.

Shisi membuka pintu kamar Shasa, dan Shisi melihat Shasa tengah membereskan buku-buku nya kedalam tas miliknya, "dek ayo sarapan." ajak Shisi.

"Iya kak, sebentar lagi." teriak Shasa.

"Kakak tunggu di bawah ya,"

"Iya kak."

Shisi kembali turun dan dia menunggu Shasa di tempat meja makan, tak lama kemudian Shasa keluar dari kamarnya dan langsung menghampiri Shisi, Shasa yang menyadari tidak ada kehadiran sang Papah dia langsung bertanya.

"Papah mana kak?"

"Udah berangkat ke kantor tadi pas kamu masih di dalam kamar."

"Yah, padahal Shasa mau di anterin sama Papah sekolahnya." Shasa mengerucutkan bibirnya.

"Yeu suruh siapa lama banget di kamar." Celetuk Shisi.

"Yah Kakak mah." Ujar Shasa ga semangat.

"Udah ih cepetan makannya, lain kali aja di antar sama Papahnya, lagian tadi juga Papah buru-buru ada rapat katanya si." jelas Shisi.

"Yaudah deh iya." Shasa kembali melanjutkan sarapan nya dan meminum susu yang telah di buat oleh Shisi tadi.

***🍁***

"Kakak langsung jalan ke coffe shop ya."

Shasa mengangguk tersenyum, "Ati-ati ya kak."

Tanpa menjawab perkataan dari Shasa, Shisi pun melajukan motornya kembali, menuju ke tempat kerja miliknya.

Di tempat yang berbeda Iyas masih merasakan kesedihannya, Iyas begitu sangat terpukul, Iyas masih belum bisa untuk mengikhlaskan semuanya, Iyas hanyalah berpura-pura saja.

Sebenernya mereka semua benar-benar belum ikhlas, kata-kata ikhlas yang mereka lontarkan hanyalah berpura-pura saja agar semuanya juga mengira akan baik-baik saja, ikhlas itu hanyalah bohong mereka sangat sulit untuk merasakan ikhlas, tapi mereka juga tahu kalo semuanya tidak akan pernah bisa kembali, karena itulah mereka semua berpura-pura agar menjadi terbiasa sendiri.

"Yang pergi selamanya tak perlu untuk ditangisi, cukup dengan memberikan doa terbaik untuknya agar dia pun merasakan kebahagiaan disana."

See you next part selanjutnya~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang