Part 8

4.1K 174 1
                                    

Hari libur udah datang lagi. Kalian ngerasa ga kalo hari tuh sekarang cepet banget abisnya? Kalo iya, berarti sama!

Kegiatan gua kali ini ada di dua tempat. Pagi sampe siang di bengkel ayah, siang sampe sore ke toko bunganya ibu.

Ah iya, gua udah berenti kerja, sedih banget! Alasannya karena tempat gua kerja tuh tutup permanen, pemiliknya pindah gitu ke luar negeri. Hiks sumber pemasukan gua berkurang!

Sekarang gua udah di bengkel ayah. Gua kerja. Gua dibayar. Kenapa gua dibayar padahal gua bantu-bantu di tempat bokap sendiri? Karena ayah itu adil 'kakak kan disini kerja, kerjaan yang kakak kerjain juga kalo dikerjain sama orang pasti ayah bayar. Jadi, ayah bakal bayar kakak persis kaya ayah bayar pegawai' Gitu katanya. Ya gua sih iya in aja, lumayan kan dapet duit.

Dari tadi gua cuma beres-beresin stok barang baru aja sampe.

"Loh kok kakak udah disini aja sih?" Ayah baru aja datang, kayanya abis nganterin ibu ke toko ibu.

"Dari jam 8 kakak disini, yah," ayah duduk di deket gua.

"Nanti mau ke toko ibu?" Tanya ayah, gua ngangguk. "Jam berapa?"

"Abis Dzuhur kayanya,"

"Ayah anter apa gimana?" Tanyanya. "Kakak kesini tadi pake gojek kan?"

"Iyaa, naik gojek. Nanti ke ibu juga pake gojek lagi aja,"

"Ga mau dianter aja?"

"Ngga ah, ga usah," Tolak gua halus.

"Ya udah," ayah berdiri dari duduknya. "Ayah mau anterin mobil pelanggan dulu. Ahyar yang biasa anterin lagi libur,"

"Okee deh!" Gua dadah ke ayah setelah dia keluar buat anterin mobil pelanggan.

Di bengkel ayah, kerjaan gua paling cuma beresin barang dan sebagai kasir buat beresin transaksi pelanggan. Cukup simple kan? Tapi kenyataannya ngga kalau lagi banyak pelanggan.

"Mba ini," suara pelanggan ngedistract gua yang lagi nunduk main hp.

"Iya?" Gua lurusin pandangan, then—

"Loh Kinan?" Tanyanya.

"Ehh bapak," kata gua. "Bentar ya saya itung dulu," gua mulai proses transaksi. Ngetik semua barang yang ada di kertas yang dia kasih ke komputer.

"Kamu kerja di sini?" Tanya orang itu yang masih berdiri nungguin gua selesai.

"Iya pak. Bengkel ayah saya,"

"Hah? O-oh," kedengerannya sih dia bingung. "Saya mau ngomong sesuatu sama kamu," Dia duduk di kursi di depan meja counter.

"Jangan bahas tugas di sini, Pak. Ini kan libur, saya juga lagi kerja." Gua masih sibuk sama komputer. Sumpah ini orang kayanya ga Service mobil berabad-abad, spare part yang diganti banyak banget!

"Bukan. I-itu yang waktu kemaren," Gua bingung, liat dia sambil angkat satu alis.

"Kemaren?"

"Iya," Katanya sambil natap gua.

"Delapan ratus tujuh puluh tiga ribu, pak, jumlahnya," kata gua. Dia keluarin uang sembilan lembar nominal seratus ribu dan gua kasih kembalian plus slip pembayaran nya.

"Dia bukan siapa-siapa saya, Kinan."

"Dia?" Gua ulang karena bingung.

"Yang kamu liat di ruangan saya waktu itu," dia masih natap gua dengan tangan yang melintir-melintir kertas slip.

"Lah urusannya sama saya apaan, Pak?" Tanya gua bingung. Gimana kaga bingung coba tiba-tiba aja ada manusia dateng trus jelasin ginian.

"Gatau. Yang pasti saya harus je—"

"BARAAAAAA! Kan aku bilang jemput aku di rumah!" Tiba tiba ada cewe dengan dandanan yang extra datang dan teriak-teriak.

"Kata Pak Jiman kamu malah ke sini! Untung supir aku masih bisa anterin aku!" I don't know who she is. Yang pasti, dari pertama dia datang dan nyamperin ke counter kasir, semua orang ngeliatin dia karena suaranya. Seinget gua, ini orang yang sama, sama yang pak Bara sebut tadi.

"Can you just shutthef*ckup?!" wow, gua kira dosen ga bisa bilang kaya gini hahaha!

"Ngga! Kamu udah ninggalin aku gitu aja! Kamu juga ga jemput aku! Kamu juga ga bales chat aku! Kamu—" wah kalo dibiarin, bengkel ayah jadi rame bukan karena pelanggan, tapi karena banyak yang nonton.

"Pak, Mba, maaf banget. Kalian bisa selesain urusan kalian sekarang, tapi ga di sini. Maaf banget ya pak, mba,"

"Heh! whothefuckareyou?!" Lah malah gua yang di semprot.

"Saya karyawan di sini mba," kata gua. "Maaf kalau saya lancang, tapi mba coba liat, di belakang mba udah banyak penonton. Daripada kalian ditonton tapi ga dibayar, lebih baik kalian selesein urusannya ga disini."

"Heh lu karyawan doang jangan belagu!" Kata cewek itu sambil nunjuk-nunjuk depan muka gua.

"Talitha! Shut up!" Pak Bara yang dari tadi diem, sekarang ngegas depan muka tuh cewek. Talitha ternyata namanya.

"Bara kamu diem!" Bentak Talitha sambil nyingkirin pak Bara dari hadapan dia.

"Lu belum tau siapa gua, hah?" Tanyanya. Badan dia makin maju. Kita cuma ke halang meja kasir doang.

"Lah, ga guna amat saya tau mbaknya siapa. Ga bakal dapet duit juga saya kalo tau mbaknya," kata gua.

"Kurang aj—"

"Loh ini ada apa?" Ayah dateng setengah lari nyamperin kita bertiga. Buset ini kita berasa lagi shooting sinetron, banyak banget yang nontonin kita.

"Om maaf jadi bikin keributan di sini," kata Pak Bara sedikit bungkukin badannya tanda maaf.

"Ada apa? Kok rame gini," ulang ayah.

"Lagi cast——" Belum sempet gua jawab, tuh model lahan kuburan udah nyelak.

"Bapak pemilik bengkel ini?" Tanya Talitha sambil liat ayah. Ayah kayanya sih dia lagi beristighfar liat godaan depan mata.

"Iya," kata ayah. "Kenapa ya mbak?"

"Ajarin karyawannya!" kata Talitha sambil nunjuk gua tepat depan muka. "Ajarin sopan santun sama karyawannya!" Katanya. Telunjuk dia udah menjauh dari hadapan muka gua sejak gua tiup jarinya.

"Karyawan saya?" Beo ayah, bingung.

"Euh om ini cuma ribut kecil," Kata Pak Bara ga jawab pertanyaan ayah. "Maaf udah bikin keributan," katanya. Ayah masih dalam mode bingungnya cuma diem sambil angkat alis.

"Talitha, pulang!" Titah Pak Bara sambil narik tangan tuh cewek. "Sekali lagi maaf, om. Saya pergi dulu. Assalamu'alaikum!" Belum sempet ayah jawab, Pak Bara udah geret tangan Talitha ke mobilnya. Talitha cuma ngomel-ngomel dan sesekali nunjuk gua sambil teriak: "AWAS LU YA!"

"Hati-hati kepleset, Mbak!" kata gua.

"Ini ada apa sih, kak?" Tanya ayah. Dia duduk di bangku depan meja kasir. Semua yang nonton tadi udah bubar sejak Pak Bara dan Talitha pergi tadi.

"Jadi..." Gua ceritain tadi tentang si model baskom cantik tadi dengan sangat detail.

"Trus itu cewek siapanya Bara?" Tanya ayah setelah gua selese cerita. "Pacarnya? Tunangannya?"

"Lah mana kakak tau," Gua angkat bahu. "Mamanya kali. Dia mau nyuruh anaknya buat tidur siang,"

"Ih! Masa mamanya lebih muda dari anaknya!" Kata ayah sambil nyentil dahi gua. "Trus Bara ngapain kesini? Nyamperin Kakak?"

"Astagfirullah, Ayah! Kakak bukan murid bandel yang harus sampe disamperin gurunya!" Dalam posisi duduk, gua simpen tangan di pinggang, sok marah. "Dia service mobilnya tadi,"

"OOHH kirin ayah dia nyamperin mahasiswi incerannya!"

Kampus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang