7.6K 771 6
                                    

"Dan, gue pinjem mobil lo bentar ya?" Pria yang bernama Jaidan itu mengerutkan keningnya, untuk apa temannya itu meminjam mobil? Bukan bermaksud pelit yaa hanya saja Jaidan benar-benar bingung karena setahunya Hardyan lebih suka menggunakan kendaraan beroda dua dari pada kendaraan beroda empat tersebut.

"Gue mau jemput Raefal, yang di bicarain di base sekolah itu dia." Seakan mengerti isi kepala Jaidan, Hardyan langsung menanyakan alasannya.

Jaidan dan ke-tiga temannya yang lain tampak mencerna perkataan dari pria berkulit tan itu, namun belum sempat mengeluarkan pertanyaan pagi Hardyan sudah keluar dari kamar milik Jaidan dengan kunci mobil yang sudah berada di tangan nya.

"Lo ngga ngerasa aneh ngga sih sama tu anak." Jarvis berujar, seseorang yang dia bicarakan di sini tidak lain dan tidak bukan adalah Hardyan.

"Aneh? Ngga kok cuman emang sih dia lebih bucin aja buktinya pas pacarnya tadi nelfon langsung gercep, wajar kan?" Jaidan menimpali kalimat yang keluar dari mulut Jarvis. Memang sebelumnya mereka mendengar percakapan pria berkulit tan itu dengan pacarnya di sambungan telfon.

Jarvis merotasikan bola matanya malas, si Jaidan ini memang terlalu posthink di antara mereka semuanya.

"Ck, bukan soal itu anjir! Maksud gue tuh soal Hardyan sama Raefal masa lo ngga ngerasa aneh."

"Iya bang gue sama jafran juga ngerasa sih, apalagi pas kejadian semalam ituu ngga biasanya Hardyan mau kelihatan lemah di depan orang-orang." Carel juga ikut dalam pembicaraan kali ini karena sesungguhnya ia juga merasakan adanya kejanggalan.

Jaidan bergantian memandangi Jarvis, Carel, dan juga Jafran.

"Kalian ngga mikir Hardyan suka sama Raefal kan?" Mereka yang di tanya hanya diam menandakan jika tuduhan Jaidan itu benar.

"Wahhhh lo semua? Wahhh gue ngga tau mau bilang apa lagi." Jaidan benar-benar tidak menyangka dengan pikiran temannya.

Jarvis mengedikkan bahunya.

"Yahh gue sih mikirnya gitu, soalnya Hardyan tuh ngga pernah tertarik sama kehidupan orang kan? Nah sekarang dia lagi nunjukin itu sama Raefal. Waktu dia ngajak Raefal tanding gue masih biasa aja karena gue kira si Hardyan bener mau manfaatin Raefal buat jadi babu nya tapi pas dia pacaran sama Salsabila terus bilang kalau dia sebenernya mau manfaatin Raefal cuman buat dekat sama Salsabila gue udah mikir yang aneh-aneh sih. Kek... Eh anjir alasannya ngga logis banget anjing masa dia tiba-tiba langsung pacaran sama Salsabila, jadi gunanya dia ajak Raefal taruhan untuk apa?? Padahal kan dia bilang mau gunain Raefal biar dia dekat sama Salsabila. Lo ngerti ngga sih maksud gue? Intinya pas Hardyan menang tanding dia bilang mau Raefal bantuin dia dekat Salsabila kan? Nah tapiiii beberapa harinya Hardyan udah pacaran, dan coba kalian pikir Raefal dengan kepribadiannya yang kayak gitu masa dengan mudahnya bisa nyatuin mereka?" Jarvis berujar panjang membuat Jaidan terdiam untuk mencerna perkataan Jarvis.

"Gue setuju banget sih bang." Carel menjentikkan jarinya mendengar penuturan panjang lebar dari Jarvis.

"Yaa emang sih tapi walaupun begitu Hardyan kan pacarannya sama Salsabila dia ngga bakal ngelakuin hal yang ngga penting, misalnya pacaran sama orang yang ngga ada pengaruh sama sekali. Hardyan emang bilang ngga tau rasa suka sama orang tapi dengan dia yang pacarin Salsabila udah nunjukin kalau tu anak emang suka cuman ngga sadar aja. Terus mungkin tentang Raefal cuman ketidaksengajaan? Atau rasa penasaran aja gitu?" Jaidan masih bertahan pada pendiriannya.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang