BAB 28 Apa Adanya

18 8 41
                                    

Saat bertemu dengan Galen, saat itulah kehidupan baru Kiyana dimulai. Dulu Kiyana tidak pernah menyambut fajar dengan hati yang cerah, baginya dulu fajar tidaklah cerah melainkan gelap gulita. Galen memberikan tujuan hidup dan juga hujan impian. Cahaya dan warna menghiasi hari-hari Kiyana ketika Galen hadir dalam kehidupannya.

Tak ada kabar tentang Galen, Siril nekat datang ke tempat kerja Galen untuk menemuinya, Galen terbelalak ketika Siril tiba-tiba muncul di bengkel. Pemilik bengkel tersebut yang memang masih keluarga Siril, dengan seenaknya Siril meminta Galen untuk segera pulang agar ia bisa mengajaknya makan disuatu tempat.

"Lo nggak seharusnya, nyuruh gue ijin pulang," ujar Galen ketika mereka sudah berada di luar bengkel.

"Nggak pa-pa dong, habisnya dari siang lo nggak bisa dihubungi."

"Ya udah, sekarang kita mau kemana?"

"Kita makan di sana."

Siril mengajak Galen makan disebuah resto yang letaknya tidak jauh dengan bengkel, hanya berjarak beberapa meter saja. Galen dan Siril baru saja melangkahkan kakinya, tapi tiba-tiba saja ponsel milik Galen bergetar, pertama Galen mengabaikannya, ia pikir hanya orang iseng yang meneleponnya. Tetapi tak lama ponselnya kembali bergetar Galen pun mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celanya. Galen melihat nama Kiyana memanggil, tidak biasanya Kiyana meneleponnya malam-malam, baru saja Galen menempelkan ponselnya pada telingannya, tapi suara Kiyana langsung menyambarnya.

"Galen tolongin gue—nyokap gue—" ucap Kiyana diseberang sana.

"Lo tenang dulu, sebenarnya apa yang terjadi?" balas Galen dengan raut yang penuh kekhawatiran.

"Nyokap gue di rumah sakit, dan toko kue gue hancur."

"Gue ke sana sekarang."

Galen menutup sambungan teleponnya ia hendak pergi dari sana dan menemui Kiyana, ia lupa jika Siril ada di sampingnya.

"Lo mau kemana? Tanya Siril seraya menahan Galen dengan memegang tangannya.

"Kiyana butuh pertolongan gue, nyokapnya ada di rumah sakit, dan toko kuenya hancur."

"Lo nggak bisa tinggalin gue gitu aja, Len."

Galen menghela napas panjang. "Tapi saat ini Kiyana lebih butuh gue!"

"Manusia di dunia ini tuh banyak, kenapa harus lo?"

"Please, gue mohon lo ngerti."

Galen berbalik dan kembali melangkah meninggalkan Siril.

"Galen, kalau lo berani melangkah satu langkah lagi, gue pastikan lo bakal dipecat dari bengkel dan itu artinya kita selesai!" ancam Siril.

Sejenak Galen menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Siril.

"Sorry, sampai saat ini gue belum bisa simpan nama lo dalam hati gue, gue harap lo bisa menemukan laki-laki yang lebih baik dari gue, gue nggak mau membohongi perasaan lo lebih lama lagi."

Galen mengambil helm full facenya yang ada di atas tangki motor lalu memakainya, melajukan motornya, meninggalkan Siril yang menatapnya nanar.

"Gue nggak terima, lo ninggalin gue demi Kiyana—" Siril mengepalkan kedua tangannya.

Kiyana terduduk di lantai, di depan ruang UGD, ia sedang menunggu dokter melakukan tindakan pada Alivia, tepat dua jam lalu Virgil beserta dengan anak buah suruhannya mengobrak-abrik toko kue Kiyana, meminta Alivia agar mencabut tuntutannya. Tetapi Alivia dengan terang-terangan menolak, hingga penolakan itu berbuah penusukan diperutnya yang dilakukan oleh salah satu anak buah suruhan Virgil. Sebenarnya penusukan itu terjadi karena ketidaksengajaan oleh salah satu anak buahnya Virgil, saat itu Alivia berusaha melawan dan mencoba melemparkan sebuah piring pada Virgil, spontan anak buahnya menusukkan pisau belati pada Alivia.

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang