02. Dari Balik Kaca Angkutan Kota

568 132 34
                                    

Tanpa kau tahu perasaan ku padamu
Sendiri ku berharap
Memberi kasih walau tak kembali

It's Only Me | Kaleb J —

***


Enam kurang seperempat, Jati sudah duduk manis di kursi dengan kaki terangkat. Ongkang-angking bak sedang di warung kopi. Sayur lodeh dengan ikan tongkol pedas manis sebagai kawan duetnya dirasa sangat pas untuk pagi yang agak dingin ini. Yah walaupun itu lauk sisa kemarin malam yang dipanaskan Abah seusai subuh.

Risih dengan Abah yang mondar-mandir hanya memakai sarung dan kaus kutang, Jati menegur bapaknya itu. "Cari apasih, Bah? Ngalor ngidul kaya layangan pedot."

(Mondar-mandir kaya layang-layang putus)

Abah mengerem tubuhnya mendadak. Sedikit mencomot ikan yang ada di piring Jati lalu setelahnya dihadiahi pukulan sendok. "Cari itu loh pakan burung."

"Burung yang mana?"

Abah mendelik. "Burung yang di depan. Buat si Macha." Membiarkan Jati dengan ledakan tawa, Abah melanjutkan aksi mencari pakan Macha—burung lovebird warna hijau  yang jadi anak tiri kedua Abah setelah Jago sekeluarga.

"Loh kok ning kamar mandi?" heran Abah kala menemukan pakan tergeletak di atas rak sabun. Ya kali bisa lari sendiri. "Paling Jati nih berak sambil nyemilin pakan."

(Loh kok di kamar mandi?)

Berpapasan lagi dengan Jati yang sekarang sedang mengusap mulutnya dengan serbet sehabis makan. Tak ada sapu tangan, serbet pun jadi. Tenang dijamin bersih no butek-butek. Jati kembali angkat bicara. "Kok Jago sekeluarga gak dikasih makan, Bah?"

"Halah wong esuk-esuk balane wis kluruk si Jago iseh kelon karo bojone."

(Halah pagi-pagi temennya udah pada berkokok si Jago masih kelon sama istrinya)

Jati sontak kembali tertawa. "Ngaku Abah mesti meri karo Jago. Esuk atis enak iso kelon lah Abah sopo sing ameh dikeloni hahahaha."

(Ngaku Abah pasti iri sama Jago. Pagi-pagi dingin enak bisa kelon lah Abah siapa yang bisa dikelonin hahahaha)

Abah berkacak pinggang. Menjepit kaleng sosis sonais di ketiaknya. Biarlah Macha klenger dengan aroma kecut yang membaur dengan pakannya. "Mengko nek Abah nggowo muleh Pevita Pearce kowe kaget."

(Nanti kalau Abah bawa pulang Pevita Pearce kamu kaget)

"Pretttt," ejek Jati.

Dua laki-laki yang terbiasa hidup sendiri selama belasan tahun itu kembali sibuk dengan kerjaan masing-masing. Abah dan segala tetek bengeknya mengurusi sarapan Macha sembari mengajak burung itu bercengkrama disertai siulan. Sementara Jati, mencuci piring bekas makan. Tepat di angka enam, Jati yang usai mengikat simpul tali sepatu bangkit dari kursi hendak menyalami Abah. Sekalian minta uang jajan.

"Manuke manuke cucak rowo. Cucak rowo dowo buntute. Buntute sing akeh wulune yen digoyang... Serr aduh enake," lantun Abah fasih. Lagu Didi Kempot itu terus diulang-ulang membuat Jati jengah. Jelas-jelas si Macha itu lovebird kok lagunya malah cucak rowo.

Jati mengulurkan tangan yang disambut oleh Abah. Setelahnya kembali sibuk dengan Macha. "Bah..."

Abah hanya berdehem. Jati cemberut, kesal bukan main. Ini si tua pura-pura tidak tahu atau bagaimana. Ritual wajib pagi hari masa lupa sih.

Kinanthi | JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang