Abstract

25 8 4
                                    

Semangat untuk hidup, semangat untuk kembali kuat, dan semangat untuk terus percaya pada keajaiban.

***

Kami membuka mata saat sekitar kami disinari oleh cahaya menyilaukan. Tak dapat dilihat jelas apa yang ada di depan sana. Saat mata kami mulai terbiasa, puluhan moncong senapan tiba-tiba mengarah ke wajah kami. Orang-orang itu... Kami tau mereka bukan bodyguard biasa. Mereka tak akan segan menembak jika kami berani bergerak.

Aku mengangkat tangan, beberapa yang lain mengikuti. Alex yang ingin mengarahkan senapan api-nya juga urung, memilih menyerah dan mengikuti kami. Bukan hal yang baik untuk memulai pertarungan sekarang, posisi kami sedang terdesak. Orang-orang itu juga istimewa, tidak akan mudah melawan mereka.

Kami berada di ruangan bawah tanah, yang entah digunakan untuk apa. Cahaya hanya fokus menyinari kami, sementara sekitar sangat gelap. Tak dapat terlihat apa yang ada di depan sana. "Ini pasti ruangan itu", Ray berujar lamat. Dia mendesis di akhir kalimatnya saat moncong senapan semakin mendekati wajahnya. Sepertinya mereka melarang kami berbicara juga.

Aku melirik pada Serenia dan Thunder, mereka mengerut dan menggeleng sebagai jawaban. Mereka juga belum pernah kesini rupanya. Yah itu agak lucu mengingat bagaimana cara kami berada di sini, jatuh saat sedang berlarian, bodohnya kami bisa jatuh semua. Menggelikan sekali memang.

Sebenarnya aku bisa menyerang mereka sekarang, tapi ini bukan saat yang tepat. Teman-teman akan melihatnya, sementara aku harus menunggu untuk menyembunyikan ini sampai kami bertemu orang itu. Aku tau dia ada di sekitar sini, aku merasakan aura-nya. Aura yang begitu kelam. Dia tidak berubah sama sekali. Kami sudah sangat dekat rupanya.

Nazareth HS adalah sekolah yang sangat terkenal. Semua remaja ingin bersekolah disni, apalagi mengingat prestasi gemilang yang diukir oleh siswa-siswi mereka. Hah, tapi itu hanya kelas sains saja. Mereka tidak tau betapa menderitanya kami disini, kaum terbuang lagi tertindas. Belum lagi dengan 'bakat' yang kami punya, itu menambah-nambah kejamnya mereka pada kami.

Semua wartawan dan awak media datang kesini, meliput dan memberitakan betapa luar biasanya Nazareth HS kepada dunia. Tanpa mereka tahu, dibalik suatu hal yang luar biasa, pasti ada sesuatu tak terduga di baliknya. Bodohnya aku dulu tidak menyadari kalau Nazareth HS seterkenal itu, aku hanya mengikuti naluri saja untuk bersekolah disini. Andaikan juga, aku sadar jati diriku lebih cepat, mungkin teman-teman tidak harus berada disini.

Perlahan lampu di seluruh ruangan mulai menyala. Kami dapat melihat kami terkurung di sebuah ruangan kosong. Sementara di seberang, di depan pembatas hologram yang mengurung kami, terlihat sebuah ruangan dengan tugu batu di tengah. Aku menahan nafas melihatnya, kemudian terdengar tawa keras, disusul dengan tawa melengking di belakangnya -kami sungguh tau itu milik siapa.

Orang-orang yang mengepung kami tetap tak bergerak, seperti patung prajurit dalam film sejarah. "Sampirkan senapan kalian anak-anak, mereka juga tidak punya kesempatan untuk keluar dari sini". Suara berat seorang pria terdengar. Ajaib! Tanpa kesalahan gerakan, orang-orang itu langsung membuat baris lurus, mereka lantas menyampirkan senapan di samping badan seperti tentara. Sungguh hormat dan patuh. Pantas saja dibanggakan oleh atasan.

"Terima kasih atas kerja samanya, anak-anak". Dia tersenyum pada rombongan berbaris rapi. Sosoknya memunculkan diri di depan pembatas hologram. Kami langsung menatapnya dengan bengis, dia ini benar-benar serigala berbulu domba. Menyadari tatapan kami, pria itu mengubah arah pandangannya. Senyum tampan nya berubah menjadi seringai mengerikan, dia memandang kami dengan penuh penghinaan. " Ah, teman-teman kalian memang nakal. Kira-kira apa yang harus saya lakukan pada mereka?"

" BUNUH MEREKA, TUAN! ", seru para bodyguard bersamaan. Aku kasihan pada mereka, karena dimanfaatkan oleh para bedebah keji itu. Suara tawa dengan nada beragam memenuhi ruangan. Mereka meledek buta pada kami dengan sengaja.

Seorang wanita bertopeng maju ke depan pembatas, di tangannya tergenggam sebuah pisau yang masih meneteskan darah. Entah apa yang dibunuhnya kali ini. Dia benar-benar tak berhati. Wanita itu melepas topengnya di hadapan kami, sementara aku dan teman-teman memalingkan wajah, tak ingin melihatnya lagi karena saking bencinya. Wanita itu tertawa keras melihat reaksi kami, dia kembali memasang topengnya.

" Kami tak akan mati ", Aku berujar pelan. Para bodyguard itu langsung mengarahkan moncong senapannya padaku. Aku tetap mempertahankan tatapan tajam pada pria itu, menunjukkan aku tidak takut sama sekali dengannya. Sudah saatnya kami bertempur jika mereka ingin kami mati.

Pria itu tertawa lagi, lalu ikut menatapku dengan tajam. " Saya tahu jati dirimu yang sebenarnya, anak muda ". Dia mengilatkan tatapan yang sinis padaku. Begitu pula, wanita disampingnya dan orang-orang di belakang, mereka melemparkan pandangan sarkas yang penuh cibiran.

Aku menaikkan sudut bibir sedikit, jadi mereka sudah tau rupanya. Mataku bergulir pelan pada tugu batu di belakang mereka, lalu kembali lagi pada pria di hadapanku " Siapa aku sebenarnya sudah tidak penting. Kami semua adalah sama. Saya -ah tidak, kami, akan memusnahkan semua dosa dan kekejian yang kalian lakukan. Tidak akan ada lagi yang harus merasakannya, baik itu murid-murid disini atau siapapun di luar sana ". Aku menarik nafas, bersamaan dengan merebaknya aura mengerikan melingkupi tempat ini. Teman-temanku kaget dan hampir jatuh pingsan. Aku yakin mereka akan lebih terkejut jika tau siapa pemiliknya.

Aku menatap mereka lurus sembari menggigit jari telunjukku. Darah segar langsung menetes perlahan di lantai yang dingin. " Tangan dan jiwa saya yang berdosa sudah bersumpah untuk anugerah terlarang yang saya miliki. Teman-teman pun demikian juga. Dengan darah ini, saya ijabahkan sumpah itu. Ini adalah janji yang kami doakan sejak lama, untuk masa lalu kami yang gelap, kami akan hapuskan keberadaan kalian! Apapun yang terjadi ".

Malam itu rembulan bersinar dengan indah, cahaya purnamanya memenuhi seluruh Nazareth HS. Deru angin juga masih setia meniup dedaunan di ranting pohon. Tidak akan ada yang tau, bahwa malam legendaris itu, akan menjadi sejarah untuk Nazareth HS. Sejarah terlupakan yang justru akan menentukan masa depan murid-murid mereka di masa yang akan datang.

*MUST READ!!!*

Haiii guys ! Perkenalkan aku Keymirs, author di balik cerita 24 Pillars ! Kalian bisa panggil aku Key atau -thor juga boleh hehe

Sebelumnya, 24 Pillars sudah pernah di upload dan memiliki sekitar 2k lebih pembaca, wahh keren banget kan !

Namun, demi profesionalitas dan kualitas dari karya, aku rela untuk rombak besar-besaran cerita ini. Aku bakal up ulang setiap bab nya dan tentu saja view dan vote yang di awal akan hilang. So, buat kalian para pembaca 24 pillars, baik yang baru atau yang lama, yuk bantu naikkan kembali cerita ini ! Biar aku lebih semangat juga untuk memberikan kualitas cerita yang terbaik untuk kaliaaan

Terima kasih banyak untuk yang sudah membaca bab abstract ini. Jangan lupa vote dan comment nya yaa !!

See you, and babay guys !

Salam 24

24 Pillars [S1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang