"Terkadang apa yang apa dilihat ataupun dirasakan belum tentu memang realita, bisa saja hanyalah halusinasi tentang mengingatkan akan seseorang di masa lalu."
-Agaraya-
Seorang gadis remaja tengah duduk di atas kasur empuk sendirian sambil meratapi nasibnya. Entah mengapa semenjak kejadian tadi sore dirinya merasa cemas dan menggigit bibirnya karena ketakutan.
Gadis itu lagi-lagi mengalami halusinasi. Dia mencoba menenangkan hati dan perasaan meskipun dikepala terngiang-giang kenangan pahit di masa lampau yang membuatnya frustasi.
Lagi dan lagi dirinya harus menahan egonya. Entah sampai kapan dia harus memendam semua ini sendirian. Bahkan kedua orangtuanya ataupun sahabat karibnya tidak mengetahui soal itu.
Dirinya hanya tak ingin menjadi beban bagi orang yang sangat dia sayangi. Cukuplah dulu sering membuat ulah yang membuat orangtuanya seringkali marah juga dengan sahabatnya yang seringkali terkena imbasnya.
Biarkanlah dirinya terlihat baik-baik dimata teman dan keluarganya. Mungkin itu lebih baik daripada harus menyaksikan mereka sedih atas apa yang dialaminya.
Dia mengambil Hpnya dan menelpon Aga. Hanya laki-laki itu yang mungkin bisa membuatnya lebih tenang. Mungkin ini aneh laki-laki yang masih dia benci yang terpaksa harus dia hubungi.
"Assalamu'alaikum Aga," tuturnya.
Gadis itu masih menunggu balasan telepon dari laki-laki itu.
"Waalaikumsalam Ray, ada apa?" tanyanya dari seberang sana.
"Aga, gue .... Gadis itu tak melanjutkan ucapannya dan berpikir sejenak.
"Gue baik-baik saja." Gadis itu mematikan teleponnya sepihak dan memberikan alamat rumahnya kepada laki-laki itu melalu share lock.
Mendengar suara parau dari Raya, sontak dirinya langsung bersiap menunju ke rumah Raya. Dia tahu pasti gadis itu sedang tak baik-baik seperti waktu di danau yang lalu. Pastinya gadis itu tengah membutuhkannya.
Sesampainya di rumah Raya. Laki-laki memakirkan motornya selepas itu langsung mengetuk pintu rumah gadis itu. "Assalamu'alaikum."
Mendengar tidak ada jawaban, terpaksa dirinya memasuki rumah orang tanpa izin dulu karena keadaan ini mendesak.
Dirinya mencoba mencari keberadaan gadis itu. Menelusuri kamar-kamar yang ada diatas.
Sampai dirinya membuka pintu sebuah kamar yang sangat sunyi. Tidak ada penerangan sekalipun. Hanya ada satu kata gelap. Mungkin lampunya sengaja di matikan oleh pemiliknya. Di atas kasur itu nampak seorang gadis yang menunduk seperti ketakutan. Rambutnya tergerai panjang.
Perlahan tapi pasti Aga berjalan mendekati gadis itu. Walaupun sekarang bulu kuduknya merinding, bibirnya bergetar sebab dirinya takut kegelapan. Untuk pertama kalinya baginya masuk ke dalam ruangan yang sangat gelap.
Yang penting baginya sekarang adalah menyelamatkan Raya meskipun nyawa dan ketakutannya menjadi taruhannya dia rela melakukannya. Ketakutan akan kehilangan Raya lebih besar daripada ketakutannya kepada kegelapan.
"Assalamu'alaikum, Raya," lirih Aga menahan rasa takut.
Tiga detik berlalu tak ada sahutan dari siapapun.
Saat sudah di depan mata, gadis itu langsung memeluk Aga. Dia pun hanya bisa mengelus rambut gadis itu untuk menenangkannya. Semoga saja dirinya tak nekat untuk melakukan hal di luar nalar. Entah itu seperti kemarin atau melakukan hal yang menyakiti dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...