Seperti hari-hari sebelumnya, Joan berangkat pagi ke kantornya setelah memasakan nasi goreng ala kadarnya untuk Seruni yang biasanya baru bangun jam 7 pagi. Jarak kantor Joan dan rumah kontrakannya cukup jauh, jadi dia musti berangkat pagi, apalagi ditambah padat merayapnya ibu kota setiap waktunya.
Joan meninggalkan rumah kontrakannya sejak jam enam lewat lima belas menit karena dia harus menggunakan kendaraan umum, namun baru berjalan sampai ke halte dekat dengan gang rumahnya, ada mobil yang berhenti di depannya. Menghalagi bus yang hampir di naiki Joan, sang pemilik mobil tersebut membuka kaca.
"butuh tumpangan?" tanyanya, dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
Mata Joan serasa mau keluar dari tempatnya saat ia melihat siapa yang berada di dalam mobil tersebut. Seseorang yang selama 1 bulan terakhir ini menjadi objek pencariannya di taman kota dekat kantornya.
"Mas Rangga!" senyum mengembang tergambar jelas di wajah Joan.
"Mau ke kantor, kan? Ayo masuk" ajak Rangga.
Dengan hati yang berbunga-bunga, pagi-pagi bertemu dengan sang pujaan hati, Joan menaiki mobil tersebut.
***
Seruni berjalan ke dalam komplek perumahan tempat ia bekerja, ia melewati jalannya yang biasa. Jalan belakang komplek, karena dia malas harus berjalan jauh pagi-pagi gini. Setelah ia sampai, ia disambut dengan senyum ramah Bunda Rina dan suaminya.
"Pagi Bu, Pak," sapa Seruni hangat.
Bunda dan Suaminya tersenyum, "ngga lupa kan panggilannya apa?" tegur Bunda.
Seruni menggaruk tengkuk tak enak, lalu tersenyum sedikit canggung. "Ya Bunda," jawab Seruni.
Bunda Rina, dan Pak Daniel tersenyum. "Bagaimana keadaan kandunganmu, Ni?" tanya Daniel.
Seruni tersenyum canggung lagi, "Baik, Pak," jawabnya.
Rina dan Daniel mengangguk mengerti, lalu melanjutkan sarapan pagi mereka yang telat karena sekarang sudah hampir jam 8 pagi dan mereka baru sarapan.
***
Rangga sampai di ruangannya tepat pukul 8:25, 5 menit sebelum jam masuk kantor. Keadaan kantor sudah lumayan ramai, apalagi keadaan pegawai di lantainya. Rangga walaupun sedikit irit berbicara dengan teman-teman pegawainya, tapi dia cukup ramah pada teman-teman pegawainya karena dia sendiri yang meminta kepada Papanya untuk tidak ditempatkan di posisi atas di kantor ini, dan teman-temannya pun yang awalnya canggung sekarang mulai terbiasa, dan menyamakan keberadaan Rangga dengan pegawai lainnya. Tanpa embel-embel 'anak bos' atau 'anak pemilik perusahaan' dan Rangga nyaman dengan begitu.
Baru Rangga duduk dan meletakkan tasnya di samping kursinya, seorang perempuan sudah datang ke mejanya. Rangga mengenal perempuan itu, karena memang mereka satu divisi. Namanya Salsa.
"Pagi, Mas," sapa Salsa. Rangga tersenyum sebagai balasan sapaan itu. Lalu, Salsa melanjutkan pembicaraannya, menjelaskan tujuannya datang ke meja Rangga. "Gini Mas, yang kita mau beli kartu buat lift eksekutif itu dia nawarin harga 4500 rupiah per kartu-nya Mas. Nah yang nawarin itu kita udah sering beli ke dia, jadi dia udah tau banget tentang lambang kita gitu, tapi ada lagi yang nawarin harga 3000 rupiah, tapi minimal 200 kartu tapi kita belom pernah kerjasama sama mereka Mas," jelas Salsa.
"Oh, saya udah denger yang 2000 itu, Sa, kita ambil mereka aja, soalnya lambang perusahaan kita sama perusahaan Harisindo Jaya kan sama cuma beda warnanya, nanti biar orang IT yang ngasih sampel lambang perusahaan kita," jawab Rangga panjang.
Perusahaan Harisindo Jaya adalah perusahaan yang dimiliki Papanya Rangga juga, namun perusahaan itu ditangani oleh kakaknya Rangga.
Salsa menganggukkan kepalanya, mengerti. "Baik kalau begitu, saya permisi, Mas," ucap Salsa sambil menunduk hormat, bagaimana-pun Rangga adalah atasannya. Kan Rangga manager divisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS [1] : Night Accident ✅
RomanceIni tidak seperti dongeng Cinderella yang menghadiri pesta dansa, sepatunya tertinggal dan Pangeran mencarinya. Ini bukan tentang Belle yang dikurung dalam istana Pangeran Buruk Rupa lalu mereka berdansa dan saling mencintai. Ini tak serumit itu. In...