PART 09

2.8K 280 9
                                    

Mendengar jawaban yang cukup gila tak membuat seorang Arkana percaya sedikitpun mengenai penjelasan panjang lebar yang Arzeno ucapkan kepadanya. Mengenai kejadian malam itu, dia yang di setubuhi langsung oleh Zeno. Membuat Arkana mengira kalau hal itu tidak mungkin. Dan Zeno hanya bergurau tentang itu.

Sudah kesekian kalinya mereka berdua berpapasan, tapi Kana memilih untuk menghindar sementara waktu. Salahkan dirinya yang nggak ingat apapun mengenai kejadian malam itu.

Heol, dia cowok, Zeno juga cowok. Yakali mereka ngelakuin sex !! Kana menolak secara mentah-mentah hal itu.

Di pertengahan koridor menuju kelas, Kana menghentikan langkahnya. Ada Zeno di dekat ambang pintu yang lagi mengobrol bersama Leon, Martin, dan juga Garda. Keempat anak itu menatap ke arah kedatangannya dengan raut wajah terheran.

"Na, napa gak masuk?" Leon berseru sambil melambaikan tangan nya.

Mengangkat bahunya acuh, Kana memilih untuk membolos jam pelajaran pertama. Pergi dari sana begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada mereka.

"Lah, napa tuh bocah??" sungut Garda.

"Pms kali" celetuk Leon tanpa berpikir.

Martin menyenggol lengan bongsor milik Leon. "Sadar gender babi" dengus Martin. Zeno cuman diem sambil ngeliatin punggung Kana yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Dia sudah berkata jujur mengenai semuanya, tapi Kana masih nggak percaya sama dia. Harus apa Zeno biar Kana bisa percaya lagi sama dia?

Emang bener kok. Mereka ngelakuin sex. Cuman nggak sampai ke inti, Zeno cuman melakukan hal seadanya. Dia sendiri masih sadar dan berusaha nahan hormonnya susah payah. Dan sekarang liat, Kana malah menjauh.

Sabar.

-

Di rumah, hal yang sama terjadi. Kana selalu menghindar darinya. Bahkan sepulang sekolah anak itu tidak pernah keluar dari rumah.

Zeno duduk di teras, ngeliatin dua bocil yang lagi main sama si Daegal anjing kecil milik Kevandra. Oh yah, Kevan udah balik ke rumah. Mami sama Papi juga udah pulang.

"Janur" Zeno sedikit berbisik.

"Kah? Naon a" Januar menyahut dan menghampiri Zeno.

"Aa kamu lagi ngapain kok ngurung diri wae di rumah?"

Ekspresi bocah smp itu seperti tengah berpikir. "Aa lagi uring-uringan dari kemarin. Emang nya aa gak tau?"

Sekarang Zeno yang terlihat tengah berpikir.

"Hayoo, aa abis ngapain aa nya Janur" sahut Kevan yang juga mendekat ke arahnya sambil menggendong Daegal.

"Nggak gw apa-apain dek sumpah" Zeno mengelak. Padahal mah emang di apa-apain. "Jan, cara ngebujuknya kayak gimana?"

"Kasih aja aa bakso mercon nanti di jamin langsung di maafin deh" saran bagus dari Januar, Zeno setuju tapi adiknya tidak. Kevan malah menoyor kepala Januar dengan tangannya.

"Ngaco kamu. Bakso mercon kan pedes, nanti menyatu sama emosi a Kana. Dan BOOM, nanti marah-marahnya udah ngalahin gunung meletus loh" komentar anak itu ada benarnya. Zeno bergidik ngeri kalau sampai itu terjadi.

"Terus, kamu punya saran apa?" Zeno bertanya pada adiknya.

"Aa nya Janur kan suka camilan, kenapa nggak di bawain camilan yang banyak aja. Beli indo tuh murah-murah"

Zeno langsung menjentikkan jarinya ke udara. "Oke, gw beli sekarang!" katanya antusias. Langsung nerobos masuk kedalam rumah buat ngambil kunci motor. Mami aja yang ada di ambang pintu di lewatin gitu aja.

[ ✔ ] Arzeno ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang