Bab 39 || Pekerjaan Melelahkan

33 6 0
                                    

Lohaaa! Kemarin nggak sempat up, ya guys? Sorry hehehe soalnya tiba-tiba pusing. Mungkin karena sering pegang hp lama. Jadi, mulai sekarang aku usahain nggak pegang hp lama-lama. Mungkin aja udah jarang up, tapi aku usahain up. Kalian tenang aja karena aku bakal tetap lanjuti cerita ini sampai end.

Jangan lupa vote dan coment. Krisarnya juga✨

 Krisarnya juga✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hari pertama berkerja tentu saja membuat seorang Dinara atau sekarang dikenal sebagi Afiya sangat bersemangat sekali.

Seumur hidupnya ia sama sekali tidak pernah bekerja atau menafkahi diri sendiri. Ia biasanya hanya mengandalkan kedua orang tuanya saja. Namun, kali ini berbeda. Dirinya diharuskan untuk mandiri dan tentu itu bagus untuk dirinya. Perlahan belajar dengan kerasnya hidup.

Setelah pulang sekolah gadis itu langsung saja ke toko kue Daisy Arsalan. Ia menyetujui saran yang diberikan Dafa kemarin. Ia tidak pulang terlebih dahulu mengingat jarak antara rumah ke toko kue Daisy Arsalan sangat jauh. Jika dari sekolah lumayan dekat. Hemat ongkos juga.

Terlihat Dinara sudah memakai pakaian khas Daisy Arsalan yang dikhususkan untuk dipakai kepada siapapun karyawan di sana. Juga ia sudah siap memakai hot cook atau biasa disebut topi koki disertai celemek yang melekat di tubuhnya.

Gadis itu sudah siap untuk bertempur alias membuat kue di hari pertama kerjanya meski sudah terbiasa membuat kue, tetapi kali ini berbeda. Pasalnya ia harus membuat sebaik mungkin agar nantinya tidak mengecewakan pelanggan dan Kiara yang sudah berbaik hati karena sudah menerima dirinya berkerja. Sebisa mungkin ia harus berkerja keras dan lebih banyak belajar membuat kue.

Perlahan gadis itu sudah disibukan dengan alat-alat dan bahan di hadapannya itu. Ia terlalu fokus bahkan dirinya tidak sadar dengan sosok perempuan yang berada di sampingnya itu.

"Hai, Fiya. Bagaimana hari pertama kerja?" Seorang perempuan itu membuka suara sehingga momen Dinara yang tadi sedang fokus-fokusnya langsung menoleh.

Dinara bisa melihat sosok perempuan di sampingnya itu. Sosok perempuan itu lebih tua darinya yang bernama Zahara dipanggilnya Zara. Ia baru mengenalnya tadi. Sosok yang begitu ramah dan welcome kepada siapapun itu termasuk dirinya.

"Rasa-rasanya menyenangkan, Kak soalnya bikin kue salah satu hobi aku cuman masalahnya di sini aku deg-degan, agak takut. Takut kalau kuenya nggak enak dan malah mengecewakan semuanya," jawab Dinara disela-sela diriinya sedang membuat adonan.

Zahara tersenyum tipis. Ia menyentuh sebelah bahu Dinara. "Santai aja kali, Fiya. Bukan kamu aja yang ngalamin hal itu, kakak dulu juga gitu. Takut mengecewakan. Takut kuenya ternyata nggak enak. Nggak memuaskan, tapi semua itu udah hilang lambat laut karena udah membiasakan diri kerja di sini. Kamu tenang aja. Kakak yakin kue bikinan kamu pasti enak bahkan mengalahkan buatan koki-koki di sini."

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang