Embusan angin sejuk menerpa wajah Ruhi dan Soul begitu memasuki kawasan hutan Hylana. Dedaunan berwarna-warni bertebangan, seperti tak ada beban atau rasa sakit ketika mereka terlepas dari ranting yang sebelumnya menyatu.
Berselang beberapa detik, daun baru tumbuh dari ranting yang sebelumnya melepaskan daun kering. Puncuk bunga tumbuh, mekar dan menyeruak wangi khas Hutan Hylana dengan aneka pohon dan tumbuhan ajaib.
Ruhi menikmati pemandangan di hadapannya, meski hampir setiap hari ia menyaksikan daun gugur dan bersemi di pagi dan sore hari ketika memasuki hutan Hylana, namun ia tak pernah bosan dan tak ingin melewatkannya.
Sementara Soul sibuk dengan alat tulis ajaibnya, menggabar serta menuliskan apa yang dia lihat. Bagi Soul, setiap kali pohon-pohon berguguran dan bersemi kembali itu selalu ada perbedaan. Ruhi pun menyadari hal itu, namun ia tidak terlalu mempermasalahkan perubahan kecil seperti Soul.
Setelah 15 menit berlalu, pertunjukan gugur-semi usai. Soul dan Ruhi berjalan melewati hutan Hylana seperti biasa. Mereka menyapa setiap penghuni hutan dengan ramah, sampai tiba di ujung hutan, perbatasan hutan Hylana dan lembah kehidupan. Mereka di sambut dua burung besar penjaga perbatasan hutan Hylana.
"Soul, Ruhi, kalian harus segera kembali."
"Kenapa paman? Kita kan baru sampai." Ruhi melihat ke sekeliling perbatasan lembah kehidupan yang terdapat kubah prisai transparan menutupinya.
Soul menggambar dan menuliskan sama persis seperti yang di lihat dan dipikirkan oleh Ruhi.
"Sudahlah, Kalian pulang saja, jangan kembali untuk sementara waktu." Si burung besar berwarna hitam ikut bicara, wajahnya dan nada suaranya terlihat jelas menginginkan Ruhi dan Soul segera pergi meninggalkan perbatasan yang tengah mereka jaga.
"Baiklah paman, kami pulang saja." Ruhi menuruti perintah si burung penjaga untuk kembali pulang.
Ruhi sudah berbalik dan melangkah melewati perbatasan, sementara Soul masih terpaku, sorot matanya fokus pada kalung resin earth milik burung elang penjaga yang bersinar, lalu ia berubah seketika menjadi sosok pria paruh baya tetapi masih Nampak gagah perkasa. Terlihat jelas dari lengannya yang berotot dan jambang di sekitar wajahnya yang menambah kesan gagah.
Sebuah cahaya memaksa masuk menembus prisai pelindung di lembah kehidupan.
"Soul, cepat pergi, dan beri tahu yang lainnya untuk bersiaga."
Soul mengangguk, tangannya berhenti bergerak menggoreskan pensil di buku miliknya, memasukan ke dalam tas dan bergegas menyusul Ruhi meninggalkan perbatasan lembah kematian.
Rerumputan bersinar ketika diinjak oleh Ruhi dan Soul, pepohonan yang di tinggalkan ranting dan dedaunyannya melambai, seolah melepas sang penyeimbang dunia Hylana itu pergi meninggalkan hutan.
Tiba-tiba sebuah ledakan keras terdengar, sontak Ruhi dan Soul berhenti. Mereka berbalik, mengubah arah tujuannya. Kembali ke perbatasan untuk melihat apa yang terjadi dan memastikan tak ada yang terluka.
Prisai lembah kehidupan dan lembah kematian pecah, dua burung besar penjaga pun tak ada. Soul memberikan tas miliknya kepada Ruhi. "Ruhi, kamu kembali ke desa, aku yang akan memperbaiki prisai ini sekalian berjaga untuk sementara waktu di perbatasan."
"Baik Soul, jaga dirimu, tetaplah hidup kelinci manisku." Ruhi memeluk Soul sebelum pergi.
"Aku akan selalu hidup di hatimu kucing manjaku. Jadilah mandiri tanpaku di sisimu. Jika aku bisa menjaga keseimbangan Hylana, maka kehidupan kita pun akan tetap terjaga, abadi selamanya." Soul bergumam sendiri sembari menatap kepergian Ruhi yang sangat cepat.
Soul berjalan melewati lembah kematian dengan hati-hati, sesekali ia melompat dan berayun di dahan pepohonan. Lembah kematian beraroma tak sedap, tidak seperti biasanya. Aroma kematian yang baru saja terjadi di lembah kematian menyeruak. Warna tumbuhan di lembah kematian mulai menghitam, Soul mempercepat gerakannya agar segera sampai ke lembah kehidupan.
Sesampainya di lembah kehidupan, betapa terkejutnya Soul melihat seorang pria tanpa busana tergeletak penuh luka. Soul segera melakukan pertolongan pertama dengan ramuan obat-obatan yang ia dapat dari tumbuhan obat di lembah kehidupan. Ajaib, tanpa menunggu lama, semua luka di tubuh lelaki itu mengering.
Soul membawa tubuh lelaki yang masih tak sadarkan diri melewati lembah kematian menuju perbatasan hutan Hylana. Namun, di tengah perjalanan melewati lembah kematian, Soul bertemu dengan burung penjaga yang terjebak di rawa-rawa. Setengah tubuh si burung telah ditelan tanah yang terus menarik tubuhnya.
Soul mengulurkan tangan kecilnya, si burung penjaga berubah menjadi manusia, melepaskan kalung resin earth dan memberikannya kepada Soul.
"Bawa pria itu ke rumahku, dia tidak akan bisa kembali ke dunianya tanpa resin atau gerbang lembah kehidupan. Keseimbangan dunia Hylana telah kacau karena kedatangannya, setiap mahluk yang masuk ke Hylana mereka akan terjebak, tidak ada yang bisa keluar dari Hylana tanpa pengorbanan nyawa."
"Berhenti bicara omong kosong paman, cepat raih tangaku."
Si penjaga bukannya meraih tangan Soul, ia malah menyerahkan sebuah telur dari yang keluar dari mulutnya. Telur itu memancarkan cahaya.
"Tolong jaga Teren." Si penjaga benar-benar tenggelam dalam lumpur lembah kematian.
Soul menatap dengan mata berkaca di atas dahan pohon sembari memegang telur di genggamannya.
Soul kembali mengangkat si lelaki yang belum sadarkan diri. Ia membawanya ke Hutan Hylana. Meninggalkan mereka di rumah sang penjaga. Soul pun kembali ke perbatasan untuk memperbaiki prisai yang masih bocor.
Naas, nasib sial menimpa Soul, ketika ia tengah menyalurkan kekuatannya untuk memperbaiki prisai pelindung, mahluk aneh bernama Hollow datang menyerang. Soul terjebak di lembah kematian menghadapi Hollow yang kelaparan.Di sisi lain, ketika aroma kematian kembali menyeruak, aroma kehidupan tercium. Hutan Hylana dipenuhi bunga-bunga, semua tubuhan bercahaya, burung-burung bernyanyi riang. Penyebabnya adalah telur yang menetas, bayi laki-laki dengan sayap kecil di punggungnya dipenuhi lendir. Ia meretakan semua kulit telur yang membungkusnya.
Bayi itu melangkah keluar dari cangkang telur, tubuhnya terhenyung menabrak wajah Laki-laki di hadapannya. Si lelaki akhirnya sadar, ia membuka mata dan mengerejap. Pandangan mereka bertemu, si Bayi laki-laki yang baru menetas terjatuh, ia menangis.
"Teren." Ucap si lelaki membaca tulisan di permukaan kulit telur.
Si lelaki bangkit dari tidurnya, ia duduk bersila, meletakan Teren di telapak tangannya. "Hi Teren, aku Rafi. Ya begitu, panggil saja aku ayah."
Di balik celah rumah pohon milik paman burung penjaga Soul dan Ruhi mengintif. Mereka tersenyum mendengar percakapan sepihak dua pria berbeda usia itu.
"Hylana sebelum kelahiran Teren memang indah. Namun, hal luar biasa akan mengubah dunia Hylana. Teren serta Rafi akan membantu kita menyampaikan rahasia, bahwa Soul dan Ruhi adalah kunci rahasia dunia Hylana yang sesungguhnya."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hylana [Before Meet Him]
Short StorySoul dan Ruhi adalah mahluk ajaib penghuni Hylana. Hylana adalah dunia yang indah sebelum kedatangan 2 orang pemuda yang merubah kehidupan mereka. Keserakahan dan keegoisan tidak dapat dipisahkan dari mahluk bernama manusia, begitupun dengan salah...