.
.
.
Cuaca hari ini sangat tidak mendukung. Mungkin karena musim dingin segera tiba. Jadi akhir-akhir ini sering mendung.
Mark hari ini absen dari jadwal latihan. Katanya sih demam. Walau aku tau, sebenarnya lebih dari itu. Member Dream tidak banyak tingkah juga hari ini. Mereka ceria, tapi tidak seceria biasanya. Mungkin mereka juga merasakan kesedihan yang sama saat salah satu teman mereka tidak disini. Terlebih sang leader.
Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Itu artinya Jeno sudah selesai dengan kegiatan hari ini. Jeno cuma kebagian jadwal untuk latihan koreografi aja. Karena dia Rapper, jadi dia nggak punya jadwal lagi. Berbeda sama Haechan, Renjun dan Chenle yang harus lanjut untuk latihan vocal nanti malam.
Otomatis kerjaanku hari ini juga selesai. Tapi aku nggak pulang dulu dan memutuskan untuk pergi ke kedai kopi di seberang jalan. Seperti biasa, member Dream malah nitip dibeliin yang hangat-hangat juga. Dan Jeno memaksa diri untuk ikut bersamaku.
Yasudah. Mau dibilang nggak boleh pun, dia pasti juga tetap ikut.
Kalian tau sendirikan dia pemaksa?
Aku dan Jeno jalan kaki. Karena memang tempatnya tidak terlalu jauh dari gedung SM. Tentu saja Jeno tetap harus memakai masker ketika keluar seperti ini. Apalagi ia berkeliaran disekitar gedung SM.
"Kan udah dibilangin nggak usah ikut. Jadi gelisah sendirikan.."- cibirku memerhatikan Jeno yang sesekali celingukan ke kanan kiri dan kebelakang.
Jeno menarik kupluk jaketnya lebih kedepan untuk menutupi wajahnya.
"Bosen tau seharian di dalam ruangan terus,"- sahutnya. "Aku juga pengan ngehirup udara segar."-
"Udara segar apanya! Dingin gini kok, hih"- aku memeluk diriku sendiri sambil mengusap-ngusap lenganku. Memang cuaca sore ini sangat dingin. Jalanan juga sedikit basah akibat gerimis tadi.
"Kamu jalannya bisa cepetan dikit ga?"-
"Dih. Kamu nggak liat kaki aku sependek apa? Kalau mau cepet, yaudah duluan aja sana,"- suruhku.
Jeno berdecak, "Ku gendong aja ya biar cepet?"-
Aku terbelalak, kaget. "Jangan aneh-aneh Jeno."
"Gapapa. Ayo.."- Jeno berdiri didepanku sambil merendahkan punggungnya. "Ayo. Naik!"-
Alih-alih menaiki punggungnya, aku memukul punggungnya. Nggak kuat kok. Hanya pukulan kecil.
"Dibilang nggak usah aneh-aneh,"- tukasku kesal.
Jeno kembali berdiri tegak sambil tertawa dibalik maskernya.
"Nah gitu dong, marah. Seharian ini aku liat kamu lesu banget. Biasanya ngomel-ngomel kayak patung."-
"Ngawur. Sejak kapan patung bisa ngomel Lee Jeno,"- aku rolling eyes.
Dia hanya tertawa dengan matanya. Kami berdiri menunggu lampu merah menyala agar bisa menyebrangi jalan. Untung disekitar sini tidak terlalu ramai. Mungkin karena cuacanya dingin. Orang-orang lebih memilih untuk stay dirumah.
"Ayo.."- Jeno mencari telapak tanganku lalu menggenggamnya. Aku menatap heran pada pegangan tangan kami.
"Biar nggak ilang,"- bisiknya dan menarikku untuk segera jalan menyebrang.
Tangannya Jeno hangat dan sangat besar digenggamanku. Aku hanya diam. Tapi mataku tidak bisa lepas dari tangan Jeno yang menggandengku.
Ada gelenyir aneh yang tiba-tiba datang menyerangku. Rasanya... Seperti apa ya. Aku juga tidak tahu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Rencard | Jeno Lee
RomanceLulus kuliah, apa yang harus kalian lakukan? Tentunya mencari pekerjaan, bukan? Ini kisahku, Na Yoora, sang freshgraduate yang sedang mencari pekerjaan di bidang PR Manager, tapi malah berakhir menjadi Asisten Idol. Daripada menjadi pengangguran, b...