18. messy heart

131 26 2
                                    

.

.

.

"Ra, menurut kamu empukan pipi kanan atau kiri?"- tanya Jeno random saat kami masuk kedalam lift. Kita baru aja selesai chek-up di rumah sakit. Em.. Maksudnya sih Jeno yang abis check-up.

"Ha? Apadeh Jen. Random banget,"- kataku. Tapi dengan bodohnya aku malah mencubit pelan kedua pipiku, merasakan empukan pipi kanan atau pipi kiri.

"Em.. Pipi kanan deh kayaknya,"- ucapku ragu.

"Mana? Coba sini tes.."- Jeno memindahkan tanganku dan gantian mencubit pipiku.

"Jeno sakittttt ihh!!!"- keluhku sambil menampar tangannya. "Nggak kira-kira banget nyubitin pipi orang,"- ringisku mengusap kedua pipiku.

"HAHAHHA maaf. Aku pikir pipiku terbuat dari squishyyy,"- Jeno tertawa. Sedangkan aku merengut.

"Ih. Maaf deh. Mana coba liat pipinya."- Jeno memutar tubuhku menghadapnya. Jeno sedikit menunduk memposisikan wajahnya didepanku.

"Merah sedikit hehe.."- kata Jeno mengusap pipiku, lembut.

Sialan! Aku tiba-tiba jadi gugup.

Posisi seperti ini sangat tidak baik untuk jantungku yang akhir-akhir ini suka berdetak tidak normal.

Jeno diam. Perlahan senyumannya luntur menatapku. Matanya bergerak pelan-pelan menyusuri mataku, lalu hidung, lalu lebih kebawah lagi.

Aku bisa merasakan gerakan kepalanya yang perlahan mendekati wajahku.

Dekat...



Dekatttt..



Semakin dekat...



Tidak!





Aku tidak bisa bernafas...





~Ting!

Suara dentingan pintu lift terbuka, aku dengan segera mendorong Jeno dan menarik diri menjauh darinya.

Dua wanita masuk kedalam lift. Jeno menarik kembali maskernya menutupi setengah wajahnya.

~Fyiuh!

Hampir saja.

Kita berdua berdiri masing-masing disudut lift. Menjauh.

Akh! Jantungku rasanya seperti berdisko didalam sana. Brisik sekali!

Pintu lift kembali terbuka dilantai dasar. Jeno duluan keluar, lalu aku mengekorinya. Aku menghela nafas pelan-pelan sambil mengusap dadaku. Ayo dong jantung, jadi normal lagi. Aku reflek berhenti saat Jeno berbalik badan kearahku. Posisi kami agak jauhan.

"Kita dijemputkan?"- tanyanya.

"Ha?"- aku yang masih setengah blank setengah sadar, awalnya bingung. Tapi seketika aku sadar sepenuhnya saat tidak ada tanda-tanda mobil manager Yoon diparkiran.

"Katanya sih tadi dijemput. Bentar.."- aku mengambil handphoneku, berniat ingin menghubungi manager Yoon.

-Satu pesan diterima-

/open/

[Manager Yoon]

Kalau udah selesai, hubungi paman Roy ya. Saya ada urusan mendadak.

11.12

"Kenapa?"- tanya Jeno sembari mengintip ke ponselku.

Dasar tidak sopan!

Forbidden Rencard | Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang