Setelah benar-benar berpisah dengan ba-san, aku berjalan menjauh dan berhenti setelah merasa ba-san tidak dapat melihatku lagi. Aku menepi dan mengeluarkan tab dari dalam totebag. Lalu, mulai mengetikkan sesuatu di sana.
Saatnya menemukan dia. Tanaka Tsuyoshi, si pengirim misterius.
Asami
Jikoshuutoku (penguasaan diri)Pengirim misterius
Osoi[1]
Guess where am IAsami
Hint-nya?Pengirim misterius
Ckckck, no hintDasar! Hanya karena aku baru membalasnya, dia tidak memberikan hint!? Padahal baru lewat satu hari.
Sambil mengomel dalam hati, aku kembali berjalan untuk mencari tempat duduk. Tidak mungkin 'kan, aku berdiri terus sambil berpikir. Begitu menemukan tempat duduk, aku kebetulan melihat vending machine. Jadi, aku berjalan mendekat dan membeli sebotol ocha. Setelah meneguknya sedikit, aku mulai berpikir harus mencarinya ke mana.
Hmmm, karena dia tidak memberikan hint, sepertinya aku juga tahu tempat itu. Mungkin itu salah satu tempat yang pernah kami kunjungi.
Aku mulai me-list tempat-tempat yang biasa kami kunjungi dulu sambil mengingat-ingat. Hasilnya, ada 5 tempat yang berhasil kuingat: sekolah, toko buku, café, bioskop, atau persimpangan tempat kecelakaan itu terjadi. Tempat yang terakhir mungkin memiliki kenangan yang pahit, tapi mungkin saja dia di sana.
Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung melangkahkan kakiku menuju kereta yang akan membawaku ke Rinsen Elementary School, sekolahku sebelum pindah, tempat aku pertama kali bertemu dengan Tsuyoshi-kun. Ketika sampai, aku mendapati gerbang depannya sudah ditutup, dia tidak mungkin ada di sini.
Aku kembali melangkah. Pergi ke tempat selanjutnya, Hiroo Gakuen Senior High School. Aku langsung masuk ke dalam dan berjalan ke taman. Untungnya, ini masih jam belajar, jadi aku bisa bebas berkeliaran tanpa terganggu oleh tatapan orang-orang yang kebingungan melihatku. Tapi, ketika sampai di taman pun, aku masih tidak menemukannya. Aku juga sempat menanyakannya pada seorang petugas kebersihan yang kebetulan lewat, tapi, ia juga bilang kalau tidak melihatnya.
Aku keluar dari gerbang sekolah dengan wajah kecewa. Tempat yang kutuju selanjutnya adalah bioksop. Kami sesekali pergi ke sini setelah ujian selesai. Ya, anggap saja sebagai refreshing setelah perjuangan panjang untuk mendapat nilai bagus di ujian. Bioskop ini letaknya juga tidak jauh dari SMA-ku, dan terkadang aku juga ke sini dengan Yumi.
Begitu di sana, lagi-lagi aku dibuat kecewa. Padahal aku sudah mengelilingi gedung bioskop ini tapi tidak menemukannya di manapun. Setelah keluar, aku langsung meluncur ke toko buku yang biasa kami datangi kalau ingin mencari buku dan alat tulis lainnya. Aku tetap pergi tanpa menghiraukan perutku yang sudah lapar sejak tadi. Dan untuk kesekian kalinya, aku keluar dengan wajah tertunduk dan helaan napas.
Sudah 3 tempat yang kudatangi tapi hasilnya nihil. Ke mana sebaiknya aku sekarang? Apa aku harus ke café itu, atau ke persimpangan? Persimpangan itu adalah tempat aku melupakan Tsuyoshi-kun, tempat itu juga yang menyebabkan Tsuyoshi-kun dirawat di rumah sakit.
Aku selalu merasa bersalah ketika memikirkan tempat itu. Meski 60% firasatku mengatakan kalau dia tidak ada di sana, masih ada 40% bagian dari firasatku yang mengatakan sebaliknya. Mungkin saja dia sekarang menungguku dengan wajah penuh amarah karena aku yang sudah menyebabkannya celaka. Dan mungkin selama ini, dia berpura-pura baik agar aku tidak menyangka dia akan melakukan hal yang sangat bertolak belakang dari biasanya—hal yang buruk tentunya.
Membayangkan hal itu membuatku jadi sedikit bergidik. Aku berusaha mempersiapkan diriku untuk menerima semua serangannya jika dia memang melakukan apa yang kubayangkan. Bagaimanapun, ini semua karena salahku. Jika dia ingin balas dendam, aku harus bisa menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Touch in My Life
Mystery / ThrillerAku menemukan amplop itu lagi, amplop yang mampu membuat senyum dan semangatku yang mengembang menjadi padam. Siapa orang yang mengirimkan ini? Rasa takut dan was was selalu mengantuiku setiap kali menemukan amplop polos itu. Kapan semua ini akan be...