chapt 1: warna terindah di hidupku

39 6 2
                                    

Aku Esmeralda dellisa. Orang-orang menyebutku gila hanya karena aku bisa melihat 'mereka', mereka yang tak kasat mata. Aku juga tidak mengerti dengan semua ini. Aku juga ingin hidup 'Normal' seperti mereka.

Sampai akhirnya, aku bertemu dengannya. Dia mengajarkanku apa artinya hidup dan betapa berharganya hidup. Dia sempurna menurutku, dengan rambut hitam pekat, kulit putih yang pucat, mata biru dengan tubuh tinggi… oh, dia benar-benar 'sempurna' di mataku.

Hari-hari ku yg dulu hanya berhias hitam putih, sekarang menjadi lebih berwarna karenanya. Sayangnya, perasaan itu lagi-lagi harus ku patahkan karena kita tak mungkin bersatu.

Sakit rasanya kalau mengingat dia adalah mantan manusia. Sifatnya yang lembut dan pengertian membuatku semakin dalam terjatuh ke jurang gelap yg bernama jatuh cinta.  Kenapa dia harus ada kalau hanya membuat luka? Jujur aku tersiksa dengan perasaan yg aku buat-buat sendiri.

Dan akhirnya aku hanya bisa berandai-andai setiap malam, kalau dia adalah seorang manusia, yg bisa ku sentuh. Bukan seperti hologram yang semu.

Pertemuan tak sengaja itu telah menumbuhkan setitik rasa yang hanya berbuah harapan semata. Menurutku, dialah warna terindah di dalam hidupku. Dia berhasil mengubah diriku yg sebelumnya hitam dan putih, kini menjadi penuh warna.

Entahlah, aku tak mengerti mengapa aku bisa jatuh cinta dengan sebuah bayangan yang semu. Ini semua bermula ketika aku pertama kali melihatnya di sebuah lorong dekat kelasku. Selama 2 tahun aku bersekolah disini, aku belum pernah melihat dia sebelumnya.

Cahaya senja menembus sosoknya, sosok berbaju putih abu lusuh yang dipenuhi dengan bercak darah yg sudah mengering. Ingin sekali aku menyeka darah di sudut bibirnya yang merah itu. Aaaahhhh perasaan gila apa ini?

Semakin lama aku memendam perasaan ini, semakin besar pula rasa suka ku terhadap nya. Sampai aku memberanikan diri untuk menyapanya. 'hai' sapaku. Dia tampak terkejut tidak percaya. 'iya, aku bisa melihatmu' lanjutku. Dia tersenyum sumringah.

'kau benar-benar bisa melihatku?' tanyanya. Dan aku mengangguk sebagai jawabannya. 'akhirnya ada juga seseorang yang bisa ku ajak berbicara, kau tahu? Menjadi hantu itu tidaklah menyenangkan. Hanya bergentayangan setiap waktu tak tentu arah' terusnya kemudian.

Senja dan Rindu didalamnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang