Setelah Shoyou kembali ke Miyagi. Entah kenapa badan Shoyou merasa tidak enak.
"Shoyou? Kau tidak apa apa?" Tanya Shiro dengan nada kekhawatiran.
"Aku tidak apa apa, aku hanya sedikit pusing" ujar Shoyou dengan sedikit serak.
Shiro menghela nafas. Kekasih nya ini memang keras kepala, dia tau kalau Shoyou membohongi nya.
Shoyou berjalan seperti orang linglung menuju ruang kerja yang berada tepat di sebelah kanan kamar Shoyou.
Shoyou memijat pelipis nya pelan. Sejujurnya, kepala nya terasa sakit dari tadi pagi, namun ia tak ingin memberi ekspresi sedang kesakitan pada Shiro.
Ia tak mau mengkhawatirkan Shiro. Kekasih nya jika tau kalau ia sakit, Shiro akan sangat posesif, ia tak mau itu terjadi.
Dengan memaksakan diri, Shoyou mengerjakan dokumen dan berkas itu dengan kurang fokus, ah.. nanti ia akan menyuruh Haru memeriksa berkas nya.
Sedangkan di sisi Shiro, ia sedang mengawasi kekasih nya di ruang cctv. Ia sangat khawatir.
Kembali pada Shoyou. Kini ia sedang mengambil air putih di dapur, ia bisa saja menyuruh pelayan nya, namun hari ini para pelayan sedang cuti, jadi ia memutuskan mengambil nya sendiri.
Sesudah meminum air nya, ia berjalan kembali ke ruang kerja nya.
Saat di tangga, penglihatan nya menggelap, kepala nya mulai pusing, saat itu juga Shoyou pingsan di tangga. Untung saja ia tidak meluncur ke bawah.
Shiro membelalak, ia berlari menuju tangga dan membopong Shoyou menuju kamar dan bergegas memeriksa Shoyou.
Dengan alat bantu medis yang di ambil nya di gudang, ia dapat meredakan demam di badan Shoyou.
Shiro mengambil obat di kotak obat milik Shoyou lalu mengambil obat demam dan pereda sakit kepala lalu menyiapkan nya di atas nakas.
Shiro menghela napas panjang, lalu beralih mengelus surai jingga itu.
Shiro menaikan sedikit suhu AC agar Shoyou tak kedinginan.
Matahari telah terbenam, surai jingga itu belum bangun sama sekali, padahal sebentar lagi jam makan malam.
Shiro sengaja tak membangunkan kekasih nya karena tau bahwa Shoyou kelelahan.
Kini jarum jam telah menunjukan pukul 21.07. Jam makan malam telah usai beberapa jam yang lalu.
Shiro membangun kan Shoyou karena sudah waktu nya makan minum obat.
Ia tak akan membiarkan Shoyou tidur dengan perut kosong.
"Shiro...." rengek Shoyou dengan manja.
"Katsudon.... aku ingin makan Katsudon" gumam Shoyou, seperti nya dia sedang bermimpi.
"Shoyou.. ayo bangun, setelah ini kau boleh kembali tidur" bujuk Shiro.
Karena Shoyou tak kunjung bangun, Shiro mulai membangunkan Shoyou dengan banyak cara.
Segala cara yang ada di otak Shiro telah di pakainya untuk membangun kan Shoyou, usaha Shiro tak membuahkan hasil.
Kehabisan cara, Shiro menghela nafas frustasi.
"Tak ada cara lain..." lirih Shiro. Demi Tuhan, ia terpaksa menggunakan cara ini.
Shiro mendekatkan wajah nya pada Shoyou lalu menempelkan kedua bibir itu.
Shiro mulai melumatnya pelan, Shiro mulai memasukan lidah nya seperti ular lalu mengabsen gigi-gigi milik Shoyou.
Shoyou yang merasa kehilangan nafas mulai membuka mata nya, seketika mata nya membelalak.
'Hei!' Batin Shoyou mulai protes.
Melihat Shoyou sudah bangun, Shiro pun melepas lumatan itu lalu mengusap bibir Shoyou yang penuh dengan saliva.
Semburat merah muncul di pipi hangat Shoyou, dia menutup setengah wajah nya dengan tangan kiri, lalu tangan kanan nya di pakai untuk memukul dada Shiro.
"Shh gomen.." ringis Shiro seraya mengelus surai jingga itu.
"Aku terpaksa"
Shoyou menghela nafas pelan, dia mengangguk mengerti.
"Shoyou, waktu mu minum obat" ucap Shiro seraya memberikan sebuah obat tablet berwarna putih dan satu nya lagi kuning.
Shoyou mengambil gelas di atas nakas, lalu manaruh 2 tablet obat itu di dalam mulut lalu menelan nya menggunakan bantuan air.
Shiro tersenyum lembut, ia naik ke ranjang lalu memeluk Shoyou dari belakang.
Shiro membisik kan sesuatu membuat shoyou tersenyum.
"Cepat sembuh, kalau tidak villa yang sedang bangun di pantai akan aku batalkan. Aku tahu kau sengaja membangun villa itu untuk hadiah jika kita menikah kan?"
Mereka mulai menutup mata nya, dan tidur dengan posisi Shiro memeluk Shoyou dari belakang.
Matahari mulai muncul, sinar matahari dengan malu-malu masuk ke dalam kamar melalui cela cela jendela balkon.
Mata itu mulai terbuka, terlihat manik coklat yang terlihat sayup.
Shoyou mulai mengganti posisi menjadi duduk di atas ranjang, tangan nya mulai memangku kepala bersurai putih dan mengelus nya pelan.
Badan Shoyou mulai membaik, walaupun masih sedikit pusing, namun ia acuh kan.
Merasa kepala nya di usap, ia membuka matanya dan menampilkan manik putih sedikit kebiruan.
"Selamat pagi"
Hai! Gue rena, natsume rena!
Lahir di prefektur kouchi.
Author ke-3, rena umur 16 kelas 10.
Bisa di bilang setengah jepang setengah indo wkwkwk.
Kenapa rena yang update? Karena aina masih sibuk dengan tugas wakil ketua osis nya, dan 2 hari terakhir ini dia sakit karena kecapekan.
Kok bisa rena jadi author ke 3? Jadi aina adek kelas aku waktu smp, dulu cukup dekat sama dia, dan aku pas tau dia author wp, aku menawarkan diri jadi author ke 3 karena aku juga hobi menulis cerita berbagai genre.
Aku udh minta ijin sm dia buat update di sini selama dia sibuk, tapi cmn chapter ini aja ya!
Ya gitu deh....
Bye bye
-Rena
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIKYUU: Kambe Shoyou
RandomAnak kecil berusia 2 tahun di adopsi oleh salah satu konglomerat kaya, sebut saja Shoyou. Di adopsi oleh Ceo muda Kambe Daisuke. Ayah dan anak itu menikmati kehidupan mereka di Amerika, hingga saat Shoyou berusia 16 tahun. Ia pindah ke jepang dan me...