🎵 Playing song : Shanna Shannon—Rela
“Ku kira dulu dewasa se-menyenangkan itu. Nyatanya, banyak hal yang harus di pertanggung jawabkan.”
—Regi Sabiru
Semua terjadi setelah kecelakaan itu. Suasana bahagia yang di bumbui kehangatan oleh sosok keluarga harus terkubur dalam—tergantikan oleh luka yang setiap saat datang tanpa ingin berhenti sekalipun.Regi kecil yang tak tahu apa-apa, harus mau tak mau memakan pil pahit—menerima segala bentuk kebencian dari keluarganya sendiri.
Hingga kini ia tumbuh dewasa, semua tak berubah sedikitpun. Malah, luka yang ia dapatkan semakin lama semakin bertambah dan itu sungguh menyakitkan.
Jika saja mereka tahu bagaimana terpuruknya ia saat sang Ibu lebih dulu meninggalkannya tanpa ia belum bisa membahagiakan wanita itu sekalipun.
Bagaimana perih hatinya saat ia harus meredam tangis seorang diri waktu malam menjelang—semua ia lalui seorang diri. Mengharapkan pelukan sang Ayah, kepedulian saudara-saudaranya.
Haha, mana mungkin hal itu terjadi padanya. Berharap lebih pada sesuatu yang tak pasti, hanya akan menyakiti hati Regi sendiri.
Persis seperti malam ini, bersama hujan yang masih setia menemani kesepiannya. Dtemani pula oleh beberapa botol minuman keras serta berbiji-biji puntung rokok.
Di sebuah kedai kecil yang masih buka, di sinilah ia menghabiskan sisa malamnya, mungkin?
Ya, sejak kapan memang kehidupan serta lingkungannya di perdulikan? Bahkan jika ia menghabiskan berpuluh-puluh minuman keras, beratus-ratus rokok, memangnya ada yang tau ataupun sekedar menghentikan kegilaannya? Tidak, tidak ada sekalipun yang tahu.
Sekelam apa kehidupannya yang sesungguhnya. Beberapa botol minuman sudah ia habiskan, puntung rokok berserakan di atas meja, penampilan yang juga begitu memprihatinkan.
"Mana masih muda, ganteng pula, tapi sukanya minum. Ck, ck, ck... Masa iya ngak di perhatiin orangtuanya?"
Regi melirik sekilas saat telinganya tak sengaja mendengar perkataan dua orang wanita yang duduk tak jauh darinya sedang membicarakannya sembari menatapnya sinis.
"Iya, pasti hidupnya ngak sehat. Di rumah bukannya belajar malah minum, ngerokok. Ck, ck," bisik wanita itu.
Yang hal itu sampai ke telinga Regi, membuat sisi lain Regi bangkit lalu berdiri dan berjalan menghampiri dua wanita itu.
"Ngomong apa lo barusan?" tanya Regi dengan pandangan ynag sedikit mengabur dan tubuh yang sempoyongan.
Dua wanita itu terkejut, sedikit beringsut—menatap Regi takut-takut. "Nga-ngak kit-kita ngak bilang apa-apa, ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Pain (END) ✔
Ficção Adolescente[COMPLETED] [BELUM DI REVISI] Mereka pernah berkata, jika rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. Mereka juga pernah berkata, jika keluarga adalah orang pertama yang akan menghantarkanmu pada kebahagiaan. Tapi baginya semua itu adalah dusta. Jus...