•√Sakit pt. 2

1.8K 203 24
                                    

Mau update besok, tapi nggak jadi:3
Aku sayang kalian!



-•••-

Sore hari setelah berkeliling salah satu museum, peserta study tour diperbolehkan istirahat sebelum jam makan malam. Mereka boleh berenang, boleh berkeliling, boleh membeli camilan di supermarket, asal izin dan mengatakan akan pergi kemana, dengan siapa terlebih dahulu.

Kolam renang hotel yang cukup luas, sekarang dipenuhi oleh para peserta. Salah duanya Haechan dan Jeno yang tengah duduk santai di tepi kolam. Hanya kaki yang terendam, tubuhnya yang lain masih kering.

"Ambilin cola, tolong~" pinta Jeno, tangannya menunjuk ke arah cola yang dibawakan Renjunㅡralat, dibawakan bunda Renjun.

Haechan menoleh ke objek yang ditunjuk. Hanya menoleh, tangannya tidak bergerak, bahkan tubuhnya masih tetap di sana. Terbesit pikiran jahil tentu saja.

"Ambilin atau tak siram?" Jeno mengancam. Dia paham betul apa yang dipikirkan oleh sahabatnya ini. Tak jauh-jauh dari ingin membantah atau entah hal jahil apa yang direncanakan.

"Iya iya! Jangan disiram, males ganti baju," ujarnya, dengan terpaksa si bungsu Seo itu bangun dan mengambil satu kaleng cola untuk Jeno, dan satu kaleng kopi susu untuknya.

Jungwoo memang sangat hapal dengan mereka. Sampai-sampai tahu minuman dan camilan kesukaan masing-masing anak.

Tenang. Hanya ada suara cipratan air dari teman-teman seangkatan mereka. Haechan dan Jeno hanya menikmati semilir angin dan sinar matahari yang akan tenggelam. Tidak berniat untuk ikut andil dalam kericuhan di tengah kolam.

Ketenangan tersebut hanya berlaku sebentar. Karena memang dasarnya mereka tidak bisa diam, bagaimanapun usahanya pasti ada saja tingkahnya.

"Satu... Dua... AAKKKK! SEO HAECHAN!" tangan Renjun dengan refleks menggenggam erat pergelangan tangan sahabatnya. Berakhir dirinya memeluk punggung Haechan dengan tangan melingkar di leher yang lebih muda.

Renjun masih menutup mata selama teman-temannya tertawa, juga selama tangannya masih dielus lembut oleh pelaku yang membuat detak jantungnya bergerak tak normal karena terkejut.

Tepatnya lima menit yang lalu, Renjun baru selesai berbagi kabar dengan Chenle dan orang tuanya. Melihat Haechan dan Jeno yang diam menimbulkan jiwa iseng miliknya muncul ke permukaan.

Dengan pelan-pelan kaki Renjun melangkah. Berusaha tidak mengeluarkan suara langkah kaki sedikitpun. Renjun juga memberikan isyarat untuk diam kepada Jeno yang menangkap tingkahnya, "sssttt..." kata Renjun dengan mengarahkan jari telunjuk di depan bibirnya.

Menghitung satu, dua, tiga setelah dekat dengan target. Tangan Renjun terulur untuk mendorong pundak Haechan. Seperti itu rencananya, sebelum tangan Haechan meraih pergelangan tangan Renjun dan menariknya. Alhasil bukan Haechan masuk ke kolam renang, malah Renjun yang menempel di punggung Haechan.

"Iseng sih," kata Haechan dengan kekehan tak bersalahnya.

Karena kesal, Renjun berpikir untuk mendorong Haechan sekarang. Ia melepaskan pelukannya, tangannya mendorong pundak Haechan. Sayangnya, refleks Haechan terlalu baik, sampai lagi-lagi tangan Renjun ditarik.

Berakhir dengan mereka berdua masuk ke dalam kolam bersamaan.

Jaemin dan Jeno melihat hal tersebut tertawa puas dari tepi kolam.

"Iseng banget, heran?!" kata Haechan di tengah kolam, dengan Renjun di dekapannya.

-•••-

Bocah kelas 3 SD dari tadi cuma murung aja di ruang tengah. Mengabaikan sahabatnya yang jauh-jauh datang untuk bermain. Padahal biasanya kedatangan si sahabat ini membuat moodnya meningkat.

Butterfly [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang