#Trathuil

61 4 7
                                    

"Semua sudah siap Yang Mulia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semua sudah siap Yang Mulia."

Berbagai warna bendera kerajaan sudah terpasang dan berkibar dengan gagah di sepanjang gerbang dan aula utama Istana Draco. Sang raja berjalan dengan anggun sekaligus gagah dalam balutan baju kebesarannya yang berwarna ungu keemasan.

"Pertambah penjagaan di sekitar Istana. Aku ingin penjagaan di sekitar perbatasan Kerajaan juga diperketat. Bagaimana dengan pasukan pengawal kerajaan undangan?" Sang Raja menyentuh cincin kerajaan yang terpasang di jari manis kanannya sejak 4 tahun lalu.

Panglima perang tertinggi Kerajaan Trathuil menunduk. "Baik, Yang Mulia. Pasukan pengawal kerajaan undangan telah Hamba siapkan masing-masing 1 kompi mengingat bahwa masing-masing kerajaan akan membawa pasukan mereka sendiri."

Mahkota emas yang berhias batu berlian ungu murni itu mengikuti kepala sang pemakai yang mengangguk. "Ya. Aku yakin mereka sudah siap tempur. Bagaimana dengan utusan yang kita kirim ke masing-masing kerajaan?"

"Hamba menerima kabar bahwa Pangeran Jeno akan tiba di Istana sore ini, Yang Mulia. Sedangkan untuk utusan yang lain telah sampai di Istana. Kecuali utusan untuk Ascian."

Langkah kaki Taeyong berhenti sejenak. Dia berujar lirih sebelum melanjutkan langkah kakinya tegas. "Kuharap Ascian bersikap baik karena aku tidak akan mengikhlaskan barang seorang utusanpun untuk mati percuma."

Taeyong tidak akan mengizinkan siapapun berbuat seenaknya kepada rakyatnya. Jari-jarinya ia remat erat, mengingatkan bahwa ada cincin emas berhias batu di sana. Cincin yang membuat pundaknya berat semenjak Raja terdahulu wafat. Cincin kerajaan yang tidak pernah ia idamkan untuk dipakai tanpa penyerahan. Kukuhnya perhiasan ini membuat hatinya ikut kaku sejak ia menerima takhta. Bagi Trathuil, seorang raja tidak hanya menjadi pemegang takhta tertinggi kerajaan. Tapi juga menikahi kerajaan. Seorang raja harus mampu bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan segala hal untuk kerajaannya.

Napasnya yang berat ia hembuskan pelan. Dua hari lagi akan menjadi hari melelahkan lain dalam hidupnya. Ia hanya berharap semoga ada titik terang dari benang-benang yang saling melilit alot hingga kusut ini.

"Minta Menteri Luar Negeri ke ruanganku. Dan katakan pada Jeno untuk ke kuil jika ia sudah sampai nanti."

Dery membungkuk untuk sang raja. "Baik, Yang Mulia."

---

Sudah menjadi budaya bagi seluruh rakyat Trathuil agar mengunjungi kuil untuk berdoa setelah bepergian. Semua itu dilakukan sebagai bentuk syukur terhadap para arwah pendahulu yang melindungi mereka dari hal-hal buruk yang sekiranya bisa menimpa mereka di perjalanan dan atas ucapan terima kasih karena telah mendirikan kerajaan ini di masa lalu, hingga mereka sebagai penerus masih bisa hidup dengan lega.

Jeno membuka matanya setelah memejam lama. Penasehat kerajaan Trathuil menunggu Jeno di belakang. Membiarkan sang pangeran muda menikmati kedamaian kuil dan fokus pada doanya. Tapi sang sekretaris kerajaan yang juga berdiri di samping Penasehat Tak, sudah siap dengan serangkaian jadwal sang pangeran di tangannya. Begitu Jeno berbalik keluar, Jaemin langsung menodongnya dengan berbagai kegiatan.

SELCOUTH [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang