as a monster

42 6 5
                                    

Prompt :

4. Saat melihat hujan meteor di musim gugur, kamu berharap bisa menghancurkan bumi dan segala isinya. Lantas apa yang terjadi?

***

Cahaya bersinar melayang di udara. Melesat dengan tempo cepat tanpa diaba. Tak hanya satu, mungkin ada sekitar ratusan. Sedetik saja dilewatkan, kilatannya hilang tertelan rembulan.

Seseorang terduduk manis dengan kepala menengadah ke langit. Netranya berbinar. Mulutnya terbuka lebar sembari satu tangan terangkat seperti hendak menggapai sesuatu.

Di samping itu, sosok lain mendekat dan menempatkan diri di sampingnya. Seorang pemuda bermata sipit pemilik lesung pipi dan gigi kelinci tersenyum ke arahnya. "Indah ya?" Ujarnya seolah bertanya.

Surai merah mengangguk mengiyakan. Sebuah kue tiba-tiba terulur di depan wajahnya. Ia terkikik senang mengunyah makanan menyerupai bulan itu. Mulutnya berulang kali menggumamkan sesuatu meski tak terdengar cukup jelas. Sedangkan surai hitam di sebelahnya yang mampu membaca pergerakan bibir, cukup menirukan hal serupa.

"Yipian ying huo, zhengge xinghe, dou bei ni buzhou."

"Liuxing ye wei ni luoxia laile."

***

Jiaqi menghempaskan kasar tubuhnya di atas ranjang. Kepalanya terasa berat. Angin malam membuat tubuhnya cepat penat akhir-akhir ini.

Bangkit hendak menutup jendela, pandangannya menangkap si surai merah masih duduk di tempat yang sama.

Jiaqi paham betul apa yang dipikirkan sahabatnya itu. Depresi membuat pemikirannya jauh lebih kekanak-kanakan. Perasaan cemas serta halusinasi berlebihan terkadang membuat kekhawatiran Jiaqi membesar.

Dia bahkan tak bisa merasakan bahwa jiwanya masih hidup.

***

"Ding Ge."

Jiaqi mendekat. Ia menepuk pundak Chengxin pelan, "ayo masuk."

"Tidak, Jiaqi. Aku masih ingin di sini." Tolaknya.

"Tapi udara malam tidak bagus untuk kesehatanmu, Ge." 

Chengxin berbalik badan. Netranya masih berbinar. "Kau lihat hujan meteor tadi 'kan?"

Jiaqi mengangguk.

"Apa kau membuat harapan?"

Sudah ia duga, Chengxin pasti menanyakan hal sama secara berulang. Pertanyaannya sangat random. Bahkan anak itu pernah mengatakan kalau seekor siput sebenarnya benci membawa rumahnya, tetapi dipaksa dengan cara mengikat tubuh lunaknya bersama cangkang keras menyerupai gendang telinga itu.

"Ayolah Ge, apa kau percaya mitos? Lagipun tak ada gunanya membuat harapan. Itu takkan terwujud."

Jiaqi kesal. Seketika kebahagiaan di wajah Chengxin sirna dan berubah sendu. Kepalanya terus menunduk membuat angin menyambar bebas anakan rambutnya.

Kakinya melangkah pelan memasuki rumah. Diikuti tatapan sendu Jiaqi di belakang sana, sudut bibirnya bergumam, "aku hanya tak ingin kau terjebak dalam imajinasimu, Ge."

***

Mei hwa berjatuhan. Bercak berwarna di sekeliling tempat bersinar ketika rembulan menyinarinya terang. Mungkin di atas sana, Chang'E tersenyum melihat kebahagiaan setiap orang. 

-Pranggg

Mata Jiaqi yang semula terpejam sontak terbelalak lebar. Pikiran gelisah menghantui kepalanya. Sebelum membuka pintu kamarnya, tangannya menyambar pisau lipat lalu mengacungkannya ke depan untuk berjaga-jaga.

Pencahayaan minim membuatnya sulit melihat. Ia tak menyalakan lampu atau semacamnya. Dalam kegelapan, matanya menangkap sosok seseorang secara meremang. "Gege?"

"Ah, aku membuat sebuah mahakarya."

Mengerutkan alis, Jiaqi menatap penuh selidik. Di tangan Chengxin, sebuah cutter meneteskan cairan merah dari tangan kirinya. Itu gila! Pemuda itu berusaha melukai dirinya tanpa merasakan sakit.

Membuat perlindungan, Jiaqi diam-diam mengeluarkan pisau lipat yang disembunyikan di balik blazer. Tubuhnya menegang ketika Chengxin berjalan ke arahnya.

"Hei Jiaqi, apa kau tahu harapanku tadi?"

Jiaqi mematung.

"Aku kepikiran untuk membuat sedikit permainan dengan menghancurkan bumi dan segala isinya."

"Tapi sebelum itu, aku ingin menghancurmanmu, Xiao Ma Ge."

-THE END-

流星 : as a monster✔Where stories live. Discover now