01. Potret Istana Cipta

31 5 4
                                    

Rumah adalah istana paling nyaman. Harta terindah yang tidak ternilai harganya adalah keluarga. Walaupun didalam istana tidak ada seorang raja atau ratu, istana masih menjadi tempat paling nyaman dan paling dirindukan.

•|•|•|•|•

Suasana jalanan sore ini begitu padat, suara bising klakson mobil bersahutan satu sama lain membuat sore yang membosankan hari ini semakin membosankan. Mobil putih milik Renjana masih tidak bisa bergerak, sudah sekitar dua jam lamanya mobil itu masih diam ditempat. Hari ini jalanan benar-benar macet.

"Kaya gini kapan nyampenya?" Suara rendah Raga memecahkan kehening diantara mereka berempat.

"Iya, mana gue laper lagi." Cipta membalas, matanya melihat Ghali dari kaca tengah mobil.

"Sabar, kayanya udah mau lancar." Jawab Ghali, dia memajukan mobil milik adiknya sedikit, setelah itu kembali berhenti.

"Dari tadi lo ngomong kaya gitu, bang, tapi kita baru jalan,abis itu berhenti lagi. Bosen dah."

"Gue mikirin si Gabi sama Aris, mereka sendiri dirumah. Takut gue mereka ngapa-ngapain." Aydin masih melihat jalanan didepannya.

"Eh bener, coba telpon,din." Cipta memajukan tubuhnya mendekat ke kursi Aydin yang ada didepannya.

Aydin merogoh ponselnya, tepat sebelum dia menekan ikon kontak di layar pipihnya, Aris sudah menelpon terlebih dahulu.

"Pajang umur nih anak." Ucap Cipta.

Aydin menggeser ikon hijau itu kekanan lalu meletakan ponselnya di telinga kiri.

"Assalamualaikum, Mas Aydin."

"Waalaikumsalam, ada apa, Ris?"

"Mas dimana sih? Kok belum pulang?" Tanya Aris, nada suaranya terdengar kesal.

"Masih dijalan, mas sama yang lain kejebak macet. Udah dua jam di sini, nggak bisa gerak." Jelas Aydin.

"Cepetan dong mas, dirumah nggak ada makanan. Aris sama bang Gabi kelaparan, masa pulang sekolah nggak ada apa-apa. Nasi juga belum dimasak."

Aydin melihat Ghali, abang pertamanya masih menatap jalanan didepannya, mobil mereka sudah mulai bisa bergerak. Lalu Aydin menarik badanya kesamping melihat Cipta yang menaikan kedua alisnya menatap Aydin yang raut mukanya datar.

"Yaudah, bentar lagi mas sampe. Nanti mampir deh ke warung nasi padang, kalian tunggu ya."

Mendengar warung nasi padang disebut Ghali langsung menoleh melihat Aydin kaget, dia baru tersadar bahwa dia meninggalkan rumah dalam keadaan tidak ada makanan apa-apa, bahkan untuk memasak saja dia lupa- Cipta biang keroknya. Matanya beralih melihat Cipta dan Raga melalui kaca didalam mobil, mereka juga sama gelisahnya dengan Ghali. Bahkan Cipta sudah  menyandarkan punggungnya kembali.

Dia lupa memasak nasi, dan ini adalah salah satu tanda akan terjadinya kiamat.

Amarah Aydin.

"Iya mas, jangan lama-lama. Bang Gabi udah nggak tahan, dia mau masak telur dadar katanya."

"Eh...jangan! Jangan sentuh apapun didapur, apalagi kompor, bahaya! Pokoknya tunggu mas pulang, jangan pegang apa-apa!" Aydin sedikit berteriak, membuat tiga pasang mata saudaranya melihat dirinya kaget.

CIPTA || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang